c. Mengajak umat manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah
d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini pun masih dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus, yaitu:
a Menanamkan rasa keagamaan pada anak
b Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
c Membiasakan berakhlak mulia
d Mengajarkan Al-Qur’an.
36
3. Bentuk-Bentuk Dakwah
a. Dakwah bi al-Lisan
Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain : a
Qaulun ma’rufun, dengan bebicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai dengan misi agama yaitu agama Islam, seperti penyebarluasan
salam, mengawali perbuatan dengan membaca basmalah. b
Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah dalam ibadah maupun perbuatan.
c Nasihatuddin yaitu memberi nasihat kepada orang yang dilanda problem
kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik, seperti bimbingan penyuluhan agama dan sebagainya.
d Majelis Ta’lim, seperti pembahasan pada bab-bab dengan menggunakan
buku atau dengan kitab dan berakhir dengan dialog. e
Penyajian Umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum. f
Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik satu
kesimpulan.
36
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, t.t, hal.54
b. Dakwah bi al-Hal
Yaitu dakwah yang dilakaukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau berdakwah melalui
perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah, rumah ibadah
dll.
37
c. Dakwah bi al-Qolam
Berbicara dakwah tentang dakwah bi al-Qalam tidak terlepas dengan memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua fungsi.
Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya
berupa karya seni jurnalistik.
38
Dakwah bi al-Qalam dengan kekuatannya mempengaruhi masa mampu membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan merupakan pola pikir dan
prilaku masyarakat. Perkembangan media cetak semakin mencuat karena media yang bisa diperoleh oleh siapa saja yang membutuhkan perkembangan masyarakat
sekarang ini, pada umumnya mampu membaca, selain itu media cetak cenderung bisa diperoleh siapa saja dan di mana saja berada.
39
37
Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal. 24
38
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal.175
39
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 175
BAB III PROFIL KH. ABDUL RAHMAN AL-MADINAH DAN PROFIL PONDOK
PESANTREN AL-HIDAYAH A.
Riwayat Hidup dan Pendidikan KH. Abdul Rahman al-Madinah
Sosok yang senantiasa menyeru ke jalan Allah serta mengamalkan sunnah- sunnah Nabi, akhlaknya yang mulia menjadi panutan bagi keluarga dan
masyarakat. KH. Abdul Rahman al-Madinah kelahiran Jakarta Tanggal 31 Agustus 1962. Ayah beliau bernama H. al-Madinah al-maghfurlah Ulama asli
Pondok Kelapa, dan Ibunda beliau bernama Hj. Tiharoh. Beliau berada di lingkungan pendidikan Agama yang sangat kuat dan patuh dalam menjalankan
Syariat Allah, karena ayah beliau selalu menekankan agar kelak dewasa nanti menjadi anak yang berilmu dan mampu meneruskan perjuangan ayahnya.
KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara, yaitu, H. Abdul Latif al-maghfurlah, H. Matroji, Hj. Rosadah, H.
Tamin Hadi, Hj. Dra. Rodemah, H. Abdul Rahman dan Rosidah. Sejak kecil mereka semua dididik dalam keluarga yang taat pada Agama.
KH. Abdul Rahman al-Madinah merupakan salah satu kyai yang disegani di mata masyarakat, karena ilmu dan wibawanya yang menjadi figure seorang
ulama. Beliau dikenal dimasyarakat sebagai panutan bagi para ustad-ustad atau para kyai, khususnya yang berada di daerah Pondok Kelapa dan sekitarnya.
Karena kegigihan beliau dalam berdakwah, beliau berhasil mendirikan Pondok Pesantren untuk anak yatim dan anak yang tidak mampu. Tidak hanya itu beliau
juga membuat Majlis Dzikir Watta’lim yang baru dirintisnya, walaupun Majlis Dzikir Watta’lim ini terbilang baru namun jamaah yang hadir setiap pertemuan
33