79
adalah beras yang berasal dari Siam Thailand, Myanmar, dan Vietnam serta ada beberapa impor beras dari Pulau Jawa. Selain beras kebutuhan-kebutuhan hidup yang
lainnya berasal dari Belanda, Penang, Inggris dan China. Kebutuhan dan perlengkapan perkebunan dan pertanian yang diimpor ke
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah Belanda, Jerman, Inggris, Jepang, Belgia, Luxemburg, Kanada dan Perancis. Selain kebutuhan kehidupan sehari-hari dan
perkebunan, terdapat kebutuhan operasional pemerintahan yang umumnya dikirim ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan melalui Belanda secara langsung atau melalui
Batavia sebagai pusat pemerintahan Kolonial Belanda. Kebutuhan penunjang lainnya adalah kebutuhan-kebutuhan mewah seperti mobil, motor dan perlengkapannya serta
minuman keras dan korek api. Komoditas-komoditas ini dikirim dari negara-negara seperti Swedia, Penang, Singapura, Belanda, Italia, Perancis, Jerrman, Inggris, dan
Kanada, Swiss, Spanyol, Portugal dan lainnya. Sama seperti komoditas ekspor, komoditas impor yang akan dikirim ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagian
besar transit di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Penang, Malaka dan Singapura.
85
3.6.3 Volume dan Nilai Ekspor-Impor
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa sebagian besar kuantitas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan hasil-hasil perkebunan.
Selain hasil-hasil perkebunan, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga mengekspor hasil olahan ikan, serta hasil-hasil yang di dapat dari hutan. Sebelum Sumatera Timur
85
op. cit., hlm. 48-100.
Universitas Sumatera Utara
80
menjadi keresidenan, Asahan yang berada di wilayah Sumatera Timur sebelumnya secara administratif masih berada di bawah kekuasaan Residensi Riouw en
Onderhorigen, sehingga segala aktivitas pelabuhan harus dengan persetujuan residen Riau. Misalnya, pada tahun 1865 hingga 1868 Pelabuhan melakukan kegiatan ekspor
dan impor dengan daerah tujuan seperti Singapura, Malaka, dan Penang yang ditandatangani residen Riau. Berikut adalah kuantitas ekspor dan impor pada tahun
1865 hingga 1868:
Tabel 14 Nilai Ekspor dan Impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Tahun 1865-1868
TujuanAsal Impor gulden
1865 1866
1867 1868
Singapura 991.582
1.099.324 1.332.477
1.467.748 Penang
2.202.079 1.721.326
2.894.060 2.251.150
Malaka 165.548
82.178 77.322
78.238
Jumlah 3.359.209
2.902.828 3.703.859
3.797.129 TujuanAsal
Ekspor gulden
Singapura 757.742
734.866 1.057.747
904.740 Penang
3.236.957 3.104.985
4.256.280 4.519.480
Universitas Sumatera Utara
81
Malaka 199.634
152.284 153.915
177.038
Jumlah 4.144.333
3.982.135 5.467.942
5.601.258
Sumber: Arsip Inventaris Riouw 1691-1913, No. 170 “Invoer en Uitvoer van Tandjoeng Baleh Assahan” Riouw, 2 Februari 1869.
Dari informasi tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan ekspor dan impor dari dan ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah tiga tujuan yang memang
pada abad ke-19 menjadi tempat transit perdagangan dunia. Kuantitas ekspor jika dibandingkan dengan kuantitas impor lebih besar nilainya. Berdasarkan kuantitas
nilai ekspor maupun nilai impor, maka tujuan yang mendapat jumlah terbesar adalah tujuan ekspor-impor ke Penang. Hal ini mengingat jarak antara Pelabuhan Tanjung
Balai Asahan ke Penang paling dekat jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaka.
Pada tahun 1880, wilayah Asahan banyak ditanami padi. Padi ditanam pada umumnya dengan sistem sawah. Banyaknya areal pertanian sawah di Asahan,
sehingga hasil panen yang melimpah dapat diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Kuantitas padi yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
adalah sekitar 15.000 ton dengan nilai ƒ 2.500.000.
86
86
T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van De Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan: TYP. Varekamp Co., 1928,
hlm. 33.
Tahun-tahun berikutnya yakni pada tahun 1903 kuantitas ekspor padi dari Asahan terus mengalami penurunan yang
sangat signifikan yakni kuantitasnya hanya 93.000 kg. Hal ini tentu saja berbeda jauh dengan kuantitas pada tahun 1880. Ini disebabkan karena para petani sawah tergusur
Universitas Sumatera Utara
82
dengan kehadiran onderneming-onderneming yang dilakukan oleh pihak Kolonial Belanda.
87
Di tahun yang sama yakni tahun 1903, penurunan kuantitas ekspor padi tidak dialami oleh kuantitas ekspor hasil-hasil hutan seperti rotan, getah, dan produksi
hutan lainnya. Kuantitas ekspor rotan mencapai 20.000 ton dengan nilai ƒ 180.000. sedangkan getah atau rambung kuantitas ekspornya mencapai 3.000 pikul dengan
nilai ƒ 350.000.
88
Pada tahun 1907 dan 1908, terjadi peningkatan kembali kuantitas ekspor beras namun jenis beras merah dan beras ketan. Jumlah ekspor beras pada tahun 1907
mencapai 2300 kguntuk merah dan 44.352 kg beras ketan dan keduanya benilai f 150.000, kemudian pada tahun 1908 kuantitas ekspor beras ketan mencapai 56.700
kg. dan 6.210 kg beras merah. Selain beras, kuantitas ekspor yang lainnya adalah kopra yang mencapai 968000 kg pada tahun 1907 dan 1.682.090 kg pada tahun 1908.
Pinang adalah komoditas selanjutnya, kuatitas ekspornya mencapai 113.910 kg pada tahun 1907 dan 1.528.720 kg pada tahun 1908. Sedangkan komoditas tembakau
hanya menyumbang 26.000 pikul dan kopi sebesar 456.000 kg. Hal ini dapat dimaklumi mengingat tanah di Asahan tidak cocok untuk budidaya tembakau.
Ini menandakan walaupun kuantitas ekspor padi menurun tetapi kuantitas hasil-hasil hutan tetap bertahan.
89
Komoditas ekspor lainnya pada tahun 1908 adalah produk olahan ikan dan gambir. Produk olahan ikan menyumbang kuantitas ekspor sebesar 21636 kg untuk
87
Ibid., hlm. 66.
88
Ibid., hlm. 68.
89
Anonim, “Aansvulling...”, op. cit., hlm. 396-397.
Universitas Sumatera Utara
83
ikan asin atau ikan kering, 5760 kg terasie, 8706 kg sirip dan 15.852 kg ikan pari. Sementara itu, gambir menyumbang kuantitas ekspor sebesar 3.384.064 kg.
90
Komoditas
Sebagai pelabuhan yang sebagian besar mengekspor hasil-hasil komoditas perkebunan, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan mengekspor beberapa hasil
perkebunan seperti karet, kopra, minyak kelapa sawit, gambir, teh dan beberapa komoditas perkebunan lainnya. Berikut adalah informasi mengenai komoditas-
komoditas yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan:
Tabel 15 Komoditas-komoditas yang Diekspor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
1937-1940 dalam ton Volume dalam ton
1937 1938
1939 1940
Lateks Karet
Coprakoeken Kopra
Palmpitten Kelapa Sawit
Gambir Teh
Lainnya 2.129
18.030 1.011
9.474 4.876
11.766 3.363
440 1.617
690 12.568
1.026 9.110
5.935 13.730
2.741 457
1.055 -
11.743 1.889
5.550 5.439
13.892 4.511
453 930
- 21.164
1.767 1.338
2.696 11.834
3.014 307
762
Jumlah 52.706
47.042 44.407
42.882
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm. 316. Tabel di atas merupakan komoditas-komoditas perkebunan yang diekspor
melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Dari informasi ini, dapat diketahui bahwa
90
Ibid., hlm. 398.
Universitas Sumatera Utara
84
jumlah kuantitas ekspor karet dan kelapa sawit lebih dari 50 dari jumlah seluruhnya. Ini menandakan bahwa kedua komoditas ini merupakan komoditas
unggulan. Selain kedua komoditas tersebut, kopra merupakan komoditas unggulan ketiga dan kopra merupakan komoditas yang paling banyak dikirim di Pelabuhan
Tanjung Balai Asahan di Sumatera Timur. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar penduduk pribumi Asahan bertani atau berkebun kelapa.
Selain dalam bentuk volume, komoditas-komoditas ekspor juga tersaji dalam bentuk nilai atau jumlah dalam gulden. Berikut adalah informasi mengenai
komoditas-komoditas yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dalam gulden:
Tabel 16 Komoditas-komoditas yang Diekspor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
1937-1940 dalam gulden Komoditas
Nilai dalam gulden 1937
1938 1939
1940
Lateks Karet
Coprakoeken Kopra
Palmpitten Kelapa Sawit
Gambir Teh
Lainnya 468
11.383 43
1.188 336
1.550 791
288 109
113 5.746
38 591
285 1.025
597 317
106 -
5.930 58
265 213
939 1.063
314 94
- 12.630
32 70
77 580
708 202
74
Jumlah 16.156
8.818 8.876
14.373
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm. 316.
Universitas Sumatera Utara
85
Jika dicermati terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tahun 1938, penurunan ini disebabkan adanya situasi dunia yang sedang berlangsungnya Perang
Dunia II, sehingga jumlah dan harga ekspor-impor dunia mengalami penurunan yang sangat drastis hingga mencapai 50 . Keadaan ini berlanjut hingga tahun 1939.
Penurunan jumlah guldens berkisar hampir 50 hal yang tidak sebanding jika dibandingkan dengan penurunan volume kuantitas pada tahun sebelumnya yang
berjumlah 52.706 menurun menjadi 47.042. Keadaan kembali pulih pada tahun 1940, namun keadaan Hindia Belanda yang mulai dihimpit oleh kekuasaan Jepang
mempengaruhi jumlah kuantitas ekspor baik dalam jumlah volumenya maupun dalam jumlah guldennya. Menjelang akhir tahun 1941, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
mengekspor komoditas unggulan seperti karet dan kelapa sawit masing-masing jumlahnya 1.100 ton dan 250 ton.
91
91
Algemeene Secretarie van Nederlands Indische Regering en de Daarbij Gedeponeerde Archieven 1942-1950, Noord Sumatra, hlm. 13.
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga melakukan kegiatan impor dari berbagai negara. Komoditas-komoditas yang diimpor umumnya adalah untuk
kebutuhan hidup sehari-hari, keperluan perkebunan dan sebagainya. Komoditas impor yang dikirim ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebelumnya sudah dibahas,
maka data yang disajikan adalah hanya meliputi volume dan nilainya dan tidak merinci komoditas-komoditas apa saja yang diimpor ke Pelabuhan Tanjung Balai
Asahan. Berikut adalah tabel yang menyajikan volume dan nilai impor ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan:
Universitas Sumatera Utara
86
Tabel 17 Volume dan Nilai Impor Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Tahun 1929-1940
Tahun Volume x 1.000 kg
gulden x f 1.000
1929 40.515
9.112 1936
30.180 2.580
1937 31.676
3.304 1938
35.717 3.447
1939 28.870
2.951 1940
12.240 1.975
Jumlah 179.198
23.369
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm. 116. Angka-angka ekspor-impor dari dan ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
pada masa kolonial bukanlah angka yang kecil. Angka-angka itu dapat dimaklumi mengingat wilayah cakupan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang sangat luas.
Secara keseluruhan angka ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan mengalami peningkatan di samping juga mengalami fluktuasi. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah angka total ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1935- 1940:
Universitas Sumatera Utara
87
Tabel 18 Total Ekspor-Impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Tahun 1935-1940
Tahun Impor ton
Ekspor ton Total
1935 31.000
41.000 72.000
1936 30.000
44.000 74.000
1937 32.000
53.000 85.000
1938 36.000
47.000 83.000
1939 29.000
44.000 73.000
1940 12.000
43.000 55.000
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm. 315.
Dari tabel total ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan di atas, memperlihatkan bahwa angka ekspor-impor secara umum mengalami peningkatan
walaupun juga terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 1940. Penurunan angka di tahun ini merupakan efek dari adanya penetrasi Jepang yang ingin
menguasai seluruh wilayah Asia Tenggara untuk melancarkan Perang Asia Pasifik dengan pihak sekutu. Penurunan aktivitas ekspor-impor ini bukan saja dialami oleh
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan tetapi juga pelabuhan-pelabuhan lain pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
88
Angka ekspor-impor di Pelabuhan Labuhan Bilik yang tertinggi adalah angka 85.000 ton pada tahun 1937, sebuah angka yang sangat tinggi dibanding
tahun-tahun sebelumnya 1935 dan 1936 yang mengalami peningkatan lebih dari 15 dan 13. Jika dirata-ratakan dari tahun 1935-1940, ekspor-impor di Pelabuhan
Tanjung Balai Asahan mengalami peningkatan sebesar 14 per tahunnya. Dengan angka yang melebihi 13.000 ton dalam satu tahun pada tahun terakhir itu, aktivitas
ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan rata-rata lebih dari 200 ton dalam satu hari.
Universitas Sumatera Utara
89
BAB IV PERAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN 1865-1942
Bab ini membahas bagaimana Pelabuhan Tanjung Balai Asahan memiliki peran bagi wilayah-wilayah cakupannya. Wilayah cakupan Pelabuhan Tanjung Balai
Asahan meliputi Sumatera Timur, Afdeling Asahan, onderneming dan pertanian rakyat. Peran ini muncul akibat adanya perkebunan yang membutuhkan pelabuhan