109
BAB V EKSISTENSI PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN 1865-1942
Bertahannya suatu tempat tentu disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Seperti halnya dengan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang
mampu bertahan hingga akhir kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Sumatera Timur setelah kehadiran Jepang. Bertahannya Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti letaknya. Hal ini sangat mempengaruhi pelabuhan yang letakny strategis karena berdekatan dengan pelabuhan transit
internasional dan terhindar dari gelombang arus yang tinggi. Selain itu, pembangunan sarana transportasi juga turut mempengaruhi
bertahannya Pelabuhan Tanjung Balai Asahan karena mempermudah akses pengangkutan yang kemudian dibawa ke pelabuhan untuk diekspor. Peran pemerintah
juga turut mempengaruhi karena setiap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah mengenai pelabuhan pasti sangat mempengaruhi keberadaan pelabuhan itu sendiri
seperti kebijakan ditetapkannya Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pelabuhan binaan dari Pelabuhan Belawan. hal-hal inilah yang dibahas dalam bab ini.
5.1 Letak
Awal hingga pertengahan abad ke-19 kekuasaan Melayu berhasil menanamkan kekuasaannya dari hegemoninya atas sungai yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
110
transportasi utama saat itu.
106
Beberapa kesultanan Melayu mendirikan pusat pemerintahannya di tepi sungai baik sungai kecil maupun sungai besar, di antaranya:
Kesultanan Langkat dengan pusat pemerintahan di Tanjung Pura dekat dengan Sungai Langkat, Kesultanan Deli dengan pusat pemerintahan Labuhan di pinggir
Sungai Deli, Kesultanan Serdang dengan pusat pemerintahan di Rantau Panjang di tepi Sungai Serdang, Kesultanan Asahan dengan pusat pemerintahan Tanjung Balai
di pinggir Sungai Asahan dan lainnya.
107
Letak pelabuhan yang berada di tepi sungai bukti bahwa pada saat itu sungai merupakan transportasi utama. Melalui sungai hasil bumi di bagian hulu dibawa ke
hilir, yang kemudian diperdagangkan dan diekspor ke luar terutama ke Penang, Setiap kesultanan membangun pelabuhan yang dalam arti hanya tempat
berlabuh kapal-kapal atau sampan di tepi sungai yang sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan ekonomi, serta
sebagai pusat aktivitas kebudayaan sehingga muncul apa yang disebut dengan pelabuhan tradisional. Demikian juga halnya dengan Kesultanan Asahan yang
membangun Pelabuhan Tanjung Balai. Kesultanan Asahan membangun pusat pemerintahan di tepi maupun dekat dengan Sungai Asahan agar dapat mengontrol
lalu lintas perdagangan yang melalui wilayah kekuasaannya yang kemudian berhak atas cukai atau pajak dari lalu lintas perdagangan tersebut.
106
J. Kathirittamby-Wells, “Hulu-hilir Unity and Conflict: Malay Statecraft inEast Sumatra before the Mid-Nineteenth Century”, dalam Archipel, 1993, hlm. 77-96.
107
Naf’an Ratomi, “Pelabuhan Labuhan Bilik Pada Masa Kolonial 1914-1939” Skripsi S-1 belum diterbitkan, Medan: Departemen Sejarah FIB USU, 2011, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara
111
Malaka dan Singapura. Sebaliknya barang-barang yang ada di hilir dibawa ke hulu, barang-barang yang di bawa ke hulu merupakan barang-barang impor.
108
Mengenai letak pelabuhan, Adrian menjelaskan bahwa tempat yang paling baik bagi kapal untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai yang letaknya agak jauh ke
dalam. Faktor gangguan alam dan keamanan serta jaringan dan komunikasi ke pedalaman yang lebih banyak menggunakan sungai menyebabkan pelabuhan yang
berada di muara sungai memberikan banyak keuntungan. Letak Pelabuhan Tanjung Balai Asahan ini sangat strategis, karena terletak
di tepi Sungai Asahan yang berhilir ke Selat Malaka dan berhulu ke Danau Toba. Sungai Asahan merupakan sungai yang bermuara ke Selat Malaka, serta Sungai
Asahan merupakan sungai yang lebar dan dalam serta memiliki air yang tenang sehingga sangat cocok untuk dilakukan pelayaran baik pelayaran kapal dengan
ukuran besar maupun kapal dengan ukuran kecil. Selain itu Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan yang terletak di antara pertemuan muara dua sungai
yakni Sungai Asahan dan Sungai Silau.
109
108
Bambang Triatmodjo,Pelabuhan, Jakarta: Beta Offset, 1992, hlm. 7.
109
Adrian B. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta: Penerbit Komunitas Bambu, 2008, hlm. 95-112.
Penjelasan Adrian mengungkapkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan
sungai yang letaknya agak ke dalam, ini menandakan bahwa letak Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan yang baik karena terhindar dari gangguan alam
seperti gelombang ombak yang tinggi yang dapat menghambat aktivitas bongkar muat.
Universitas Sumatera Utara
112
Selain itu letak pelabuhan yang dilalui oleh dua sungai membuat Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dapat membangun jaringan dan komunikasi dengan daerah
pedalaman. Masyarakat pedalaman yang bergerak dari hulu ke hilir melakukan aktivitas perdagangan seperti mengekspor komoditas-komoditas unggulan dari daerah
pedalaman. Selain itu, masyarakat pedalaman juga melakukan kegiatan impor yang banyak diperdagangkan di daerah hilir. Umumnya masyarakat pedalaman yang
melintasi sungai-sungai yang bermuara di Tanjung Balai merupakan masyarakat pedalaman Batak yang tinggal di daerah Tapanuli dekat dengan Danau Toba. Letak
yang terhindar dari gangguan alam dan dapat membangun komunikasi dan jaringan pelayaran dengan daerah lain menjadikan letak Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
sangat strategis. Letak yang strategis ini menjadikan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan
merupakan salah satu pelabuhan yang terpenting di Sumatera Timur sebelum kedatangan Kolonial Belanda hingga pada masa pemerintahan Kolonial Belanda.
Pada tahun 1850-an, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan perebutan antara dua kekuasaan antara pemerintah Kolonial Inggris di Semenanjung Malaya dan
Pemerintah Kolonial Belanda yang hampir menguasai seluruh wilayah Indonesia saat ini. Ini menandakan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan
yang sangat penting karena kuantitas komoditas ekspornya yang selalu tinggi serta letaknya yang sangat strategis dekat dengan pelabuhan-pelabuhan transit pelayaran
dan perdagangan dunia yakni Malaka dan Singapura.
Universitas Sumatera Utara
113
Perebutan akhirnya dimenangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, dengan demikian Pelabuhan Tanjung Balai Asahan berada di bawah kekuasaan pemerintahan
Kolonial Belanda. Selama kekuasaan Kolonial Belanda di Sumatera Timur umumnya dan khususnya Asahan, pemerintah banyak membuka peluang kepada investor-
investor asing untuk membuka perkebunan-perkebunan. Ini merupakan dampak dari politik pintu terbuka yang dijalankan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Di Sumatera
Timur, wilayah yang paling banyak terdapat perkebunan adalah di wilayah Asahan.
110
110
Mengenai banyaknya perkebunan yang berada di Afdeeling Asahan lihat Statistiek van Aanplant Produceerend en Aanplant en Produktie van De Groote Cultures van Sumatra’s Oostkust,
Atjeh en Tapanoeli Per 31 December 1926, Medan: Uitgegeven Door DeHandelsvereéniging te Medan en De A.V.R.O.S, 1927.
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Afdeeling Asahan yang merupakan wilayah dengan onderneming terbanyak di Keresidenan Sumatera Timur
sangat diuntungkan karena kegiatan ekspor dan impor yang dilakukan pihak onderneming sedikit banyak volumenya pasti melalui Pelabuhan Tanjung Balai
Asahan. Keadaan ini sangat menguntungkan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan karena aktivitasnya terus berjalan dengan mengekspor hasil-hasil perkebunan dan
mengimpor kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pihak perkebunan baik kebutuhan hidup maupun kebutuhan operasional perkebunan.
5.2 Dukungan Sarana Transportasi