52
membangun perumahan bagi perusahaan perkebunan dan pelayaran yang menggunakan jasa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
62
Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah saluran pipa air dan alat-alat operasional pelabuhan lainnya seperti kapal
keruk, kran dorong untuk mendorong kapal. Pipa-pipa air sangat penting keberadaannya karena untuk mengisi pasokan air bersih ke kapal-kapal yang akan
melakukan pelayaran. Pelayaran yang dilakukan berhari-hari tentu saja membutuhkan air bersih untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, air minum dan lainnya.
Kapal keruk disiapkan untuk menjaga keadaan pelabuhan. Umumnya, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sangat cepat mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur
yang dibawa dari hulu akibat dari adanya pembukaan hutan untuk perkebunan dan erosi arus sungai yang umumnya sangat tinggi. Selain itu, kran derek berfungsi untuk
mendorong dan menarik kapal-kapal yang akan masuk ataupun keluar kanal Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
63
3.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi Pelabuhan
Pengelolaan Pelabuhan di Tanjung Balai secara modern pada zaman Kolonial Belanda pertama-tama dapat diketahui dari adanya kantor pajak impor dan
ekspor serta kantor cukai yang dibangun pada tahun 1881. Kantor-kantor ini
62
Ibid., hlm. 83.
63
Verslag van de kleine havens.., op. cit., hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
53
dibangun juga di Labuhan Deli, Tanjung Pura, Labuhan Bilik, Rantau Panjang dan Pulau Gontong.
64
Meskipun pembangunan kantor-kantor duane pajak ekspor-impor sudah ada di setiap pelabuhan di Hindia Belanda, namun pelabuhan-pelabuhan yang ada
hanya dikelola sebagai sarana eksploitasi untuk kepentingan ekonomi dan tidak dikelola dengan baik sebagai pelabuhan yang dapat dikomersilkan. Setelah dalam
jangka waktu yang lama pemerintah Hindia Belanda kemudian menemukan cara yang paling cocok untuk mengelola pelabuhan-pelabuhan di Hindia Belanda yaknimeniru
model yang diterapkan Nederlandyang dalam mengelola pelabuhan sesuai dengan perkembangan manajemen pelabuhan-pelabuhan di negara-negara Eropa. Untuk
merealisasi pandangan itu, maka pada tahun 1910 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan Direktur Pekerjaan Umum Kotamadya Rotterdam, kota yang memiliki
pelabuhan internasional yang modern, yaitu G.J.de Jongh dan Y Kraus seorang insyinyur ahli dari s-Gravenhage untuk memberikan ceramah-ceramahnya tentang
managemen pelabuhan modern di Surabaya. Kantor-kantor ini mempunyai fungsi sebagai pos duane, yaitu
tempat pemeriksaan perahu-perahu atau kapal-kapal beserta muatannya baik yang masuk ataupun keluar akan dikenakan pajak atau cukai.
65
64
Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1881 No. 101. Lihat juga Besluit van den Gouverneur- Generaal van Nederlandsch-Indie van den 10 April 1881 No. 8.
65
Wouter Coll C.I., “Nederlandsch-Indische havenraden”, dalam Koloniale Studient, 4
de
Jaargang, deel I, 1920, hlm. 14. Lihat juga Sutejo K. Widodo, Ikan Layang Terbang Menjulang: Perkembangan Pelabuhan Pekalongan Menjadi Pelabuhan Perikanan 1900-1990, Semarang: Badan
Penerbit UNDIP dan Toyota Foundation, 2005, hlm. 42.
Universitas Sumatera Utara
54
Dalam hal ini bukan hanya Pelabuhan Surabaya yang kemudian dikelola secara modern, tetapi juga pelabuhan-pelabuhan besar lain seperti Makasar, Tanjung
Priok, Semarang, dan Belawan. Dalam perkembangannya kemudian penerapan manajemen modern juga dilakukan di pelabuhan-pelabuhan kecil seperti Cirebon,
Cilacap, Tegal, Pekalongan, Menado, termasuk Tanjung Balai Asahan.
66
Di samping memberikan jalan keluar bagi masalah manajemen pelabuhan, ceramah-ceramah itu juga memberikan masukan bagi masalah yang bersifat teknis.
Masalah teknis dan masalah manajemen pelabuhan menurut mereka memiliki kaitan yang sangat erat. Dengan berlandaskan pada contoh-contoh yang telah diterapkan di
Nederland ditentukan bahwa barang-barang komoditas tidak harus dibawa ke kantor dan gudangruang duane lagi, tetapi justru sebaliknya pegawai-pegawai duane harus
berjalan mendatangi dan memeriksa barang-barang yang disimpan di gudang-gudang di lapangan pelabuhan haven terein.
67
Khusus mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan manajemen pelabuhan disarankan bahwa pelabuhan hendaknya tidak semata-mata dijadikan
sebagai pelayan bagi kepentingan pemerintah kolonial sehingga tidak memiliki daya kreativitas untuk berkembang. Pelabuhan hendaknya memiliki dasar komersial dalam
operasinya. Hal ini bukan berarti pelabuhan harus menghilangkan sifat pelayaran umumnya, tetapi harus dikelola secara profesional dan komersial sebagaimana sebuah
66
Sutejo K. Widodo, Ibid.
67
Wouter Coll C.I.,loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
55
perusahaan tanpa harus mengesampingkan profit oriented, sekaligus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada inisiatif pihak swasta.
Sampai tahun 1913 eksploitasi pelabuhan di Hindia Belanda termasuk Pelabuhan Tanjung Balai Asahan masih dikelola secara sederhana. Dinas terpenting
yang berada di pelabuhan adalah sebagai berikut: 1.
De Dienst van den Waterstaat en ‘s-land burgerlijke openbare werken dinas pekerjaan umum, pemeliharaan jalan, jembatan, tanggul dan lain-lain yang
berfungsi membangun dan memelihara obyek-obyek pelabuhan. 2.
Dienst Scheepvaart dinas pelayaran dan in- en uitvoerrechten dan accijnezen. Dinas pelayaran ini misalnya memberi tugas kepada syahbandar
pengaturan lalu lintas dan tempat berlabuh kapal.
68
Setelah tahun 1913, semua pelabuhan yang berada di Hindia Belanda berada di bawah naungan Departemen Pekerjaan Umum BOW, yang di Sumatera Timur
menempatkan satu orang direktur pelabuhan yakni Direktur Pelabuhan Belawan. Direktur Pelabuhan Belawan membawahi beberapa kepala-kepala pelabuhan
syahbandar yang ada di Sumatera Timur, salah satunya adalah kepala Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Selain direktur dan kepala pelabuhan, masih terdapat
68
Agustinus Supriyono, Buruh Pelabuhan Semarang: Pemogokan-pemogokan pada Zaman Kolonial Belanda, Revolusi, dan Republik 1900-1965, Semarang: Badan Penerbit UNDIP dan Toyota
Foundation, 2007, hlm. 70-71.
Universitas Sumatera Utara
56
beberapa instansi-instansi lain yang berkewajiban untuk mengelola dan pengusahaan pelabuhan yakni:
69
1. Departemen Pekerjaan Umum BOW, yang menempatkan seorang
direktur pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan besar di Hindia Belanda. Dalam kasus ini BOW menempatkan direktur Pelabuhan Belawan yang
wilayah kerjanya juga meliputi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya, antara lain Labuhan Bilik, Bandar Khalifah, termasuk Tanjung Balai
Asahan. Tugas dari direktur pelabuhan antara lain membuat perencanaan pembangunan pelabuhan, pemeliharaan, eksploitasi dan perluasan
pelabuhan. 2.
Departement der Marine atau Departemen Kelautan, yang menempatkan seorang Havenmeester syahbandar dengan tugas-tugas sebagai berikut:
a. Menyediakan dan mengatur tempat berlabuh bagi kapal-kapal yang
datang dan mengatur pemberangkatan. b.
Menyediakan penerangan di wilayah pelabuhan. c.
Menyediakan kebutuhan akan air, khususnya untuk kapal-kapal. d.
Menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah pelabuhan, khususnya di wilayah perairan pelabuhan.
3. De Dients der Staatsspoorwegen dinas kereta api, yang berkepentingan
dalam pembuatan dan pengoperasian jaringan jalan kereta api di wilayah pelabuhan atau spoorwegenplacement, yang di Pelabuhan Tanjung Balai
69
Nederlandsch-Indische Havens, Deel I, Departement Der Burgerlijke Openbare Werken, Mededeelingen en Rapporten Batavia, 1920, hlm. 174. Lihat juga op. cit., hlm. 71-72.
Universitas Sumatera Utara
57
Asahan menempatkan perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij DSM. Perusahaan ini memonopoli pengangkutan hasil-hasil panen
perkebunan di Sumatera Timur termasuk di Asahan yang kemudian diangkut ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
4. Der Dients der In- en Uitvoerrechten en Accijnzen Dinas pajak ekspor dan
impor serta cukai dari Departement Financien Departemen Keuangan, yang menempatkan pegawai-pegawainya untuk memeriksa, menghitung
dan memungut pajak serta mengatur penyimpanan barang-barang di gudang-gudang dalam wilayah pelabuhan. Sejak tahun 1915 penyimpanan
barang-barang di gudang tidak diurus lagi oleh pegaai-pegawai duane, tetapi diserahkan kepada pemerintah yang dilaksanakan oleh pengelola
pelabuhan havenbestuur yang kemudian untuk sebagian besar disewakan kepada swasta, termasuk dalam pengelolaannya.
5. Dewan Daerah Locale Raad, yang mengurusi masalah-masalah yang
berhubungan dengan pelabuhan seperti membuat peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan pelabuhan.
6. Departement Binnenlandsch Bestuur Pemerintahan Dalam Negeri, yang
mengurusi pembebasan lahan untuk dibangun pelabuhan, maupun perluasan pelabuhan. Sejak tahun 1917 departemen ini sudah terlepas sama
sekali dari urusan pelabuhan, karena tanah-tanah pelabuhan telah diserahkan secara resmi kepada Departement BOW.
Universitas Sumatera Utara
58
Dari poin-poin di atas, dapat diketahui bahwa susunan perusahaan atau organisasi pelabuhan tidak hanya terdapat instansi-instansi pemerintah tetapi juga
swasta untuk pengelolaan dan pengusahaan serta pengembangan pelabuhan. Atas dasar ini, maka diperlukan suatu wadah yang dapat menjalin kerja sama lebih erat
lagi agar dapat dilakukan pengelolaan secara integral. Di pelabuhan-pelabuhan besar di Hindia Belanda, agar tercipta pengelolaan secara modern, maka dibentuklah suatu
komisi yang kemudian disebut dengan Komisi Bantuan Commissie van Bijstand. Komisi ini berfungsi sebagai dewan musyawarah dan pertimbangan dalam
pengembangan pelabuhan. Untuk wilayah Sumatera Timur, dimana terdapat pelabuhan besar yakni Pelabuhan Belawan, maka secara struktur yang menjadi ketua
komisi ini untuk wilayah Pelabuhan Belawan dan pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya yang berada satu kawasan adalah direktur Pelabuhan Belawan. Anggota-anggotanya
terdiri dari havenmeester syahbandar, pegawai tinggi dari dinas ekpor-impor dan cukai, dewan lokal, perwakilan perusahaan swasta yakni perusahaan perdagangan dan
pelayaran, perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan ke pelabuhan seperti perusahaan kereta api, dan firma-firma asing yang berkebangsaan Belanda.
70
1. Direktur Pelabuhan Belawan sebagai ketua, dan beranggotakan:
Berkaitan penjelasan di atas, maka susunan komisi bantuan yang terdapat di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah sebagai berikut:
2. Walikota Gemeente Tanjung Balai.
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
59
3. Pejabat dari Departement Financien yang mengawasi ekspor-impor dan
bea cukai. 4.
Havenmeester syahbandar Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. 5.
Perwakilan dari Konninklijk Paketvaart Maatschappij. 6.
Perwakilan dari Deli Spoorweg Maatschappij. 7.
Perwakilan dari firma dagang Guntzel en Schumacher. Pejabat-pejabat yang mengisi komisi ini seperti pada poin 1 sampai 4 adalah
pejabat Belanda yang berkedudukan di Sumatera Timur maupun gemeente Tanjung Balai, sedangkan untuk nomor 5 sampai 7 adalah orang-orang terpenting dari
perusahaan-perusahaan swasta. Walaupun tidak memiliki wewenang secara operasional, Commissie van Bijstandmempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis dalam usaha pengembangan fisik pelabuhan, perdagangan dan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Komisi ini juga telah banyak membantu
memajukan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dalam hal ekspor dan impor baik volume maupun nilai ekspor dan impornya. Selain itu, komisi ini juga membantu
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan untuk memperluas areal pelabuhan. Di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga terdapat beberapa bidang usaha
atau divisi-divisi seperti bidang pertanahan Grondbedrijf yang terdiri dari pemeliharaan bidang tanah pelabuhan, pemeliharaan jalan, pemeliharaan bangunan
dan tempat tinggal. Bidang pengairan yang terdiri dari retribusi air, pemeliharaan pipa air looppijpen, distribusi air, khususnya untuk kapal-kapal, serta yang terakhir
adalah bidang penyimpanan barang atau gudang yang terdiri dari pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara
60
gudang dan lapangan penimbunan barang, pemeliharaan gudang entrepot, dan penerangan dan penjagaan gudang.
71
3.5 Cukai, Pelayaran dan Perusahaan Pelabuhan 3.5.1 Cukai