104
Pada tahun 1911 telah berdiri beberapa perusahaan minyak kelapa sawit yang besar di Sumatera Timur. Sejak saat itu, wilayah Sumatera Timur menjadi salah
satu penghasil kelapa sawit yang terbesar di dunia disamping Afrika bahkan melampauinya.Produksi minyak kelapa sawit tahun 1925-1940 menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan, sehingga sampai tahun 1939 produksi minyak kelapa sawit di Sumatera Timur mencapai 251.000 ton.
104
Besarnya produksi minyak kelapa sawit membawa dampak yang positif bagi aktivitas ke pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Artinya, Pelabuhan
Tanjung Balai Asahan memiliki peran dalam mengekspor kelapa sawit itu sendiri. Berdasarkan verslag van de handelsvereeniging te medan tahun 1940, Pelabuhan
Tanjung Balai Asahan merupakan pelabuhan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar ketiga di bawah Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Labuhan Bilik.
105
4.4 Pertanian Rakyat
Keterangan-keterangan di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan memiliki peran yang begitu kuat dalam mengekspor hasil-hasil
produksi perkebunan maupun mengimpor kebutuhan hidup serta perlengkapan dan peralatan perkebunan maupun pertanian. Berdasarkan besarnya kuantitas maupun
nilainya, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan telah dapat menempati urutan kedua setelah Pelabuhan Belawan.
104
Ibid., hlm 73.
105
Verslag van de handelsvereniging....., 1940, op. cit, hlm. 212.
Universitas Sumatera Utara
105
Peran yang tidak kalah pentingnya bagi Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah mengangkut hasil-hasil komoditas milik rakyat bukan milik perusahaan besar.
Pertanian rakyat dapat dibagi menjadi dua hal yakni perkebunan yang dikelola secara pribadi oleh rakyat dan perikanan yang dilakukan oleh rakyat. Di Asahan, sektor
perikanan merupakan sektor yang tidak dapat dikesampingkan. Sektor pertama adalah pertanian karet rakyat. Karet rakyat merupakan
komoditas unggulan rakyat di Asahan pada khususnya dan di Sumatera Timur pada umumnya. Karet rakyat di Asahan jika masa produksi tiba, banyak petani yang
menjualnya ke eksportir yang kemudian eksportir tersebut mengirimkan produksi tersebut ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Peran ini terus dipegang hingga masa
restriksi karet. Masa restriksi karet, banyak petani karet yang mengeluhkan kebijakan ini, sehingga mau tidak mau produksi karet rakyat terus menurun.
Produksi yang lainnya adalah hasil-hasil hutan seperti getah, rotan dan lainnya. Hasil hutan di Asahan cukup melimpah mengingat wilayah Asahan sebagian
besar berhulu ke Dataran Tinggi yang mayoritas penduduknya beretnis Batak. Masyarakat pedalaman banyak melakukan jaringan pelayaran ke Pelabuhan Tanjung
Balai Asahan. Adanya hubungan ini Pelabuhan Tanjung Balai Asahan memiliki peran untuk mengekspor hasil-hasil hutan yang diperdagangkan oleh masyarakat pedalaman
yang umumnya menetap di hulu Sungai Asahan yakni di sekitar Danau Toba. Selain hasil hutan, hasil-hasil perkebunan yang dikelola secara pribadi oleh
masyarakat adalah kopra dan pinang. Kopra dan pinang banyak di jumpai di Asahan.
Universitas Sumatera Utara
106
Secara data, komoditas yang terbesar dan utama yang diekspor oleh Pelabuhan Tanjung Balai Asahan adalah kopra. Kopra umumnya dibudi dayakan oleh
masyarakat pribumi. Hal ini dipilih karena biaya untuk merawat tanaman kelapa tidak begitu besar jika dibandingkan dengan karet dan lainnya. Sama seperti halnya dengan
karet rakyat, kopra dan pinang dijual kepada perusahaan eksportir yang kemudian di kirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
Berikut adalah tabel volume ekspor kopra dan pinang di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan tahun 191937-1940:
Tabel 23 Volume Ekspor Kopra dan Pinang di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Tahun
1937-1940 Tahun
Kopra dalam kg Pinang dalam kg
Tanjung Balai Sumatera Timur Tanjung Balai Sumatera Timur
1937 9.298.461
19.748.885 219.942
14.988.894 1938
8.953.194 20.978.426
394.274 19.970.784
1939 5.451.111
17.038.491 173.055
17.402.371 1940
1.310.858 8.353.389
- -
Jumlah 25.013.624
65.219.191 787.271
52.362.049
Sumber: 1937-1939: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1939, 1940: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar
1940.
Tabel di atas merupakan komoditas-kpmoditas pertanian rakyat yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Komoditas kopra merupakan
komoditas pertanian rakyat yang besar dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Hal ini dapat terjadi karena rakyat di Asahan maupun sekitarnya banyak
Universitas Sumatera Utara
107
yang membudidayakan kopra. Dari tabel di atas, jumlah kopra yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dari tahun 1937 hingga 1940 adalah sebesar
25.013.624 kg. Dari jumlah ini, maka Pelabuhan Tanjung Balai Asahan berperan mengekspor kopra rakyat sebesar 38,5 untuk Sumatera Timur keseluruhan.
Pinang merupakan salah satu komoditas yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Volume ekspor pinang yang melalui Pelabuhan Tanjung Balai
Asahan jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya di Sumatera Timur. Volumenya hanya 787.271 kg pada tahun 1937 hingga
1940. Kecilnya jumlah volume ekspor pinang yang melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan kecil pula peran yang dipegangnya, jika dipersentasekan, maka peran
Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dalam mengekspor pinang hanya sebesar 1,5. Selain sektor pertama yang menyangkut mengenai hasil-hasil perkebunan
yang dikelola secara pribadi oleh penduduk setempat, terdapat sektor yang lain yakni sektor perikanan sebagai sektor kedua. Sektor kedua yang diusahakan oleh rakyat
adalah sektor perikanan. Perikanan di Tanjung Balai Asahan umumnya masyarakat pribumi mengusahakan berbagai jenis olahan ikan seperti ikan asin, terasi, sirip ikan
dan ikan pari. Berbeda dengan hasil-hasil perkebunan yang dikelola oleh rakyat, sektor perikanan diperdagangkan langsung di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan tidak
lagi melalui perantara eksportir. Pertanian rakyat yang dibedakan atas dua sektor yakni sektor perkebunan
dan perikanan banyak menggunakan sarana Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Dengan demikian peran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan begitu berarti bagi
keberlangsungan pertanian rakyat meskipun sektor perkebunan yang dikelola
Universitas Sumatera Utara
108
masyarakat harus melalui perantara eksportir untuk menjualnya yang kemudian dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.
Universitas Sumatera Utara
109
BAB V EKSISTENSI PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN 1865-1942