Pelayaran Cukai, Pelayaran dan Perusahaan Pelabuhan .1 Cukai

67 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan dari pajak ekspor merupakan pendapatan utama dan terbesar, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pajak impor. Hal ini terjadi mengingat wilayah Asahan yang sebagian besar merupakan wilayah perkebunan sudah jelas mengekspor hasil-hasil panen dari perkebunan tersebut yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan.

3.5.2 Pelayaran

Besarnya nilai ekspor dan impor berdampak pada kemajuan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Pelayaran yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dapat dibagi menjadi dua kelas yakni pelayaran antar pantai, serta pelayaran antar pulau dan internasional. Pelayaran pantai yang dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan selalu transit di Pelabuhan Belawan, artinya pelayaran dilakukan tidak menyeberangi pulau tetapi masih dalam jangkauan satu wilayah. Alasan ini dilakukan karena masalah keamanan. Pelayaran internasional dan antar pulau yang dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dilakukan melalui aktivitas pelayaran dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan ke pulau-pulau yang ada di sekitar Pulau Sumatera seperti Pulau Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang ada di Kepulauan Riau. Sementara itu, pelayaran internasional yang dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dilakukan dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan ke Penang, Singapura, Malaka, Amerika dan Eropa. Pelayaran yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dilakukan berbagai perusahaan pelayaran yang secara periodik selalu mengunjungi Pelabuhan Universitas Sumatera Utara 68 Tanjung Balai Asahan pada tahun 1908. Pelayaran-pelayaran ini umumnya adalah pelayaran ekspor untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan yang dikirim ke berbagai negara-negara yang ada di Benua Amerika dan Eropa. Berikut adalah daftar pelayaran melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dengan nama kapal tiap perusahaan: Tabel 9 Pelayaran Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada Tahun 1908 No Perusahaan Nama Kapal Muatan ton Periodik Negara 1 Norddeutscher Lloyd “S.S. Ranee” 298 Setiap Bulan Jerman 2 The Eastern Shipping Company Limited “S.S. Mary Austin” 121 5 hari Inggris 3 Koninklijke Paketvaart Maatschappij “S.S. Valentijn” 243 14 hari Belanda 4 Koninklijke Paketvaart Maatschappij “S.S. Merkus” 379 14 hari Belanda Sumber: Anonim, “Aanvullingsnota van Toelichting Betreffende het Landschap Asahan” dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, Deel LIII, Batavia: Albrechtco dan Deen Haag: Martinus Nijhoff, 1911, hlm. 399. Pelayaran-pelayaran di atas, jika waktu panen hasil-hasil perkebunan tiba, maka Pelabuhan Tanjung Balai Asahan selalu sibuk dikunjungi kapal-kapal uap yang berukuran besar. Selain kapal uap, terdapat banyak tongkang yang mengunjungi Pelabuhan Tanjung Balai Asahan terutama untuk mengangkut atap nipah dan kayu- kayu bulat yang kemudian dikirim ke daerah-daerah lain di Pantai Timur Sumatera. Universitas Sumatera Utara 69 Kebutuhan atap nipah dan kayu bulat adalah untuk kebutuhan rumah maupun bangsal untuk pemeraman tembakau yang terdapat di wilayah perkebunan-perkebunan di Deli, Serdang dan Langkat. Kapal-kapal tongkang ini setiap seminggu sekali mengangkut muatan kurang lebih sebanyak 794 ton. 75 75 Ibid., hlm. 399. Kemudian periode berikutnya, di tahun 1920-an pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan terus mengalami peningkatan. Kemajuan ini dibarengi dengan kemajan ekonomi perkebunan yang mengalami pertumbuhan pesat. Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pelabuhan yang mengekspor hasil-hasil perkebunan ikut terkena dampaknya. Melalui tabel 10 dapat diketahui bahwa kemajuan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan mulai dari tahun 1920 hingga 1925 terus meningkat. Tabel 10 Pelayaran dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada Tahun 1921-1925 Universitas Sumatera Utara 70 No Tahun Kapal yang Datang Kapal Uap Tongkang Jumlah Kapal Muatan M 3 Jumlah Kapal Muatan M 3 1 2 3 4 5 1921 1922 1923 1924 1925 171 175 211 248 378 128.076 128.386 137.277 155.963 357.205 1620 1413 1653 1614 1589 58.055 64.117 70.771 67.785 68.885 Sumber: Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie Over Het Jaar 1924- 1925, hlm. 4. Kemajuan pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan terus meningkat. Pelayaran kapal uap terus meningkat baik jumlah kapal yang datang maupun muatan yang dibawa, begitu juga dengan kapal-kapal tongkang yang datang ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan mengalami peningkatan walaupun ada beberapa penurunan jumlah tongkang yang datang maupun muatan yang dibawa. Penurunan ini diakibatkan penurunan daya beli penduduk lokal mengingat pelayaran tongkang umumnya dilakukan untuk melayani wilayah-wilayah sekitar dalam mendistribusikan kebutuhan sekunder dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pelayaran selanjutnya mengalami masa depresi ekonomi dunia, dimana pelayaran dan perdagangan di seluruh dunia menurun. Begitu juga dengan pelabuhan- pelabuhan yang ada di Hindia Belanda, termasuk Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Peningkatan pelayaran di Tanjung Balai Asahan mulai meningkat kembali setelah Universitas Sumatera Utara 71 depresi ekonomi berlalu. Peningkatan itu terjadi tepat pada tahun 1937, pelayaran pada tahun ini meningkat sesuai meningkatnya kebutuhan dunia. Berikut adalah daftar pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada tahun 1937-1939: Tabel 11 Pelayaran di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada Tahun 1937-1939 No Tahun Kapal yang Datang Kapal Uap Tongkang Jumlah Kapal Muatan M 3 Jumlah Kapal Muatan M 3 1 2 3 1937 1938 1939 731 731 674 897.000 963.000 792.000 1295 1359 1433 32.000 37.000 65.000 Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over Het Jaar 1939, hlm. 348. Dari tabel 11 diketahui bahwa jumlah kapal uap yang datang terus meningkat hingga tahun 1938, begitu juga dengan muatannya. Peningkatan ini akibat dari pulihnya perekonomian dunia yang semula mengalami depresi. Penurunan terjadi pada tahun 1939. Diduga penurunan ini akibat dari adanya situasi dunia yang mengalami masa Perang Dunia II, sehingga kegiatan pelayaran di dunia ikut berimbas dengan menurunnya pelayaran dan perdagangan di seluruh dunia termasuk di Hindia Belanda. Penurunan ini diakibatkan karena turunnya permintaan dan keamanan selama pelayaran. Namun justru sebaliknya peningkatan secara terus-menerus dialami pelayaran kapal tongkang. Kapal tongkang terus mengalami kenaikan mulai Universitas Sumatera Utara 72 dari tahun 1937 hingga tahun 1939. Peningkatan pelayaran kapal tongkang dianggap masih aman karena dilakukan antar wilayah dan semakin meningkatnya permintaan terutama permintaan akan kebutuhan sekunder. Selain itu, penurunan pelayaran kapal uap jika dilihat masanya, penurunan ini bisa saja terjadi akibat adanya penetrasi Jepang yang mulai memasuki Hindia Belanda. 3.5.3 Perusahaan Pelabuhan Banyaknya arus pelayaran dan perdagangan di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan, membuka peluang keuntungan yang sebesar-besarnya mengingat Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dikelola sebagai perusahaan. Keuntungan itu didapat dari pajak, cukai, penyewaan baik tanah maupun gudang dan sebagainya. Berikut adalah daftar pendapatan dan pengeluaran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan: Tabel 12 Pendapatan dan Pengeluaran Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Tahun 1921- 1925 gulden No Tahun Pendapatan f Pengeluaran f Keuntungan f Universitas Sumatera Utara 73 1 1921 20.527,05 15.260,23 5.266,82 2 1922 21.493,53 25.341,60 - 3.848,07 3 1923 20.728,12 9.374,13 11.353,99 4 1924 23.374,53 7.582,77 15.791,76 5 1925 26.982,71 8.147,66 18.835,05 Sumber: 1921-1923, Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het Jaar 1923, hlm. 9-10. 1924-1925, Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het Jaar 1924-1925, hlm. 4. Dari tabel di atas, beban pengeluaran pelabuhan pada tahun 1921 hingga 1922 sangat besar. Bahkan, pengeluaran pada tahun 1922 lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh. Pengeluaran ini digunakan untuk biaya-biaya infrastruktur untuk perluasan pelabuhan. Pengeluaran ini dibutuhkan untuk membangun sejumlah gudang, pembangunan dermaga baru dan pembangunan penerangan dan penanaman pipa-pipa air untuk kebutuhan kapal. 76 76 Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het Jaar 1923, hlm. 11-12. Setelah pembangunan selesai, pihak pelabuhan sebagai perusahaan secara bertahap menerima pendapatan dari dermaga, gudang dan bangunan-bangunan yang lainnya untuk disewakan. Pada tahun berikutnya pihak pelabuhan melakukan perawatan pelabuhan yang dananya diambil dari uang pendapatan dari hasil sewa. Penerimaan pelabuhan sebagai perusahaan pada tahun 1937 hingga 1939 di dapat dari uang barang masuk dan keluar, uang sewa kapal-kapal yang berlabuh di dermaga, penyewaan tempat penumpukan barang, penyewaan gudang, penyewaan lapangan dan gedung lainnya, serta lain-lainnya. Tabel 13 Universitas Sumatera Utara 74 Penerimaan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai Perusahaan Tahun 1937- 1939 gulden No Penerimaan 1937 1938 1939 1 Uang Barang Masuk dan Keluar 75.416 74.309 65.700 2 Uang Sewa Dermaga 7.976 7.851 6.547 3 Uang Sewa Penumpukan Barang 6.058 5.819 5.546 4 Sewa Gudang 332 191 352 5 Penyewaan Lapangan dan Gedung lainnya 14.392 10.524 10.453 6 Lain-lain - 625 932 Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over Het Jaar 1939, hlm. 348. Tabel di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan benar- benar dikelola sebagai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan memperoleh pendapatan tambahan melalui aktivitas dari dan ke pelabuhan. Pendapatan ini tidak hanya didapat dari pajak dan cukai atas barang yang diimpor maupun diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. 3.6 Aktivitas Ekspor dan Impor Pelabuhan 3.6.1 Komoditas Ekspor dan Impor