Metode Studi Kasus Pendekatan dan Metode Penelitian

118 Berbasis Zikir dan Doa dalam Mengembangkan Kepribadian Kaffah” ini dengan metode kualitatif. Latar dalam penelitian ini alamiah, kemudian penulis melakukan penggalian makna pezikir mengenai fenomena yang disadari dan dialami, dan perilaku mereka dalam konteks tertentu.

1. Metode Studi Kasus

Penelitian tentang “Model Pendidikan Nilai Berbasis Zikir dan Doa dalam Mengembangkan Kepribadian Kaffah” ini menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif menyeluruh mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau situasi sosial. Pada studi kasus, Mulyana menjelaskan bahwa : Penulis secara seksama dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau suatu kejadian. Penelitian ini bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti Mulyana, 2004:201 Jadi selain mempelajari semaksimal mungkin individu atau kelompok, dalam studi kasus disajikan pula deskripsi terperinci dan mendalam tentang subyek penelitian. Sevilla dkk 1993 menambahkan bahwa studi kasus dilakukan selama kurun waktu tertentu. Yin 1996 menyebutkan bahwa studi kasus merupakan penelitian naturalistik yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata dan memanfaatkan multisumber bukti. Studi kasus merupakan penelitian terhadap latar belakang dan kondisi dari individu, kelompok atau komunitas tertentu dengan tujuan untuk memberikan 119 gambaran yang lengkap mengenai subjek atau objek, dan suatu kejadian yang diteliti. Studi kasus adalah pendekatan dengan pokok pertanyaan yang berkenaan dengan “how” atau “why”. Peneliti tidak mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki. Fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Srudi kasus memiliki beberapa keistimewaan. Menurut Lincoln dan Guba Mulyana, 2004:201-202, keistimewaan studi kasus meliputi: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi peneliti emik, yaitu menyajikan pandangan subjek yang diteliti. 2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. 3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden. 4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan trust-worhness. 5. Studi kasus memberikan ‘uraian tebal’ yang diperlukan bagi penelitian atau transferabilitas. 6. Studi kasus terbuka bagi peneliti atau konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dan konteks tersebut. Pendekatan studi kasus memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menggali lebih banyak lagi informasi untuk mendapatkan fakta dan data yang dibutuhkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Frey et al., “Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Contoh-contoh yang dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kreativitas dalam mengidentifikasi dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan, dan 120 dalam merancang strategi yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus”. Mulyana, 2004:202 Menurut Yin, pertama, studi kasus harus signifikan. Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas serta menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum. Kedua, studi kasus harus lengkap. Dengan kata lain, meski menghadapi berbagai keterbatasan, kasus yang diangkat haruslah diselesaikan dengan tuntas. Untuk masalah yang disebutkan terakhir ini peneliti harus membuat desain studi kasus sedemikian rupa dengan mengingat berbagai keterbatasan yang sangat boleh jadi akan muncul. Ketiga, studi kasus mempertimbangkan alternatif perspektif. Bahwa kemungkinan munculnya bukti- bukti danatau jawaban yang berbeda dari perspektif yang berbeda harus dapat diantisipasi dengan baik, misalnya dengan membuat desain yang dapat memberikan tempat bagi berbagai alternatif pandangan. Keempat, studi kasus harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung atas kasus yang diteliti. Kelima, laporan hasil studi kasus haruslah ditulis dengan cara yang menarik dan menggugah minat pembaca. Gaya penulisannya hendaklah jelas sehingga rasa ingin tahu orang lain untuk membacanya. Karena itu, penulisan laporan dalam studi kasus tidak selayaknya disajikan hanya dengan menggelar data-data yang melimpah saja dan kemudian membosankan bahkan menimbulkan kesan bahwa membacanya terlalu banyak menguras tenaga dan memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian teknik penyajian dan penulisan yang menarik sungguh penting dalam laporan penelitian, khususnya dalam studi kasus. 121 Lebih rinci lagi, Prof. Mudjia Rahardjo yang aktif menulis di internet, dalam situsnya, mengemukakan beberapa pandangannya tentang studi kasus http:www.mudjiarahardjo.commateri-kuliah203.html?task=view: 1. Unit analisis bisa berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. 2. Studi kasus sebaiknya dilakukan terhadap peristiwa atau gejala yang sedang berlangsung. Bukan gejala atau peristiwa yang sudah selesai. 3. Studi kasus lebih menekankan kedalaman pemahaman atas masalah yang diteliti, bukan pada jumlah subjek yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tentang berapa banyak subjek yang diteliti dan berapa banyak sampel tidak relevan dalam studi kasus. 4. Karena menekankan kedalaman, penelitian dengan studi kasus dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dengan lingkup yang sempit. 5. Kedalaman penelitian diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Data atau informasi bisa dari banyak sumber, tetapi perlu dibatasi hanya pada kasus yang diteliti. 6. Untuk memperoleh informasi yang mendalam dalam penelitian, informan adalah maximum variety, yakni orang yang tahu banyak tentang masalah yang diteliti, kendati tidak harus bergelar akademik tinggi. 122 7. Hasil penelitian studi kasus bersifat transferabilitas, artinya hasil penelitian bisa berlaku di tempat lain manakala tempat lain itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan tempat atau lokus penelitian itu dilakukan. Uraian Yin dan Rahardjo di atas mempertegas bahwa penelitian terhadap pezikir TQN dilakukan pada aktivitas yang masih mereka lakukan, menekankan kedalaman penelitian, jumlah informan bukan patokan utama dan dapat memanfaatkan multisumber untuk mengumpulkan data. Selanjutnya, berdasarkan pendapat Bogdan dan Biklen 1982, penelitian terhadap pezikir TQN ini menggunakan tipe studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Peneliti melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari aktivitas zikir yang dilakukan mereka. Metode zikir yang unik dalam kehidupan sehari-hari dilakukan setiap usai shalat lima waktu. Aktivitas itu tentunya memiliki makna tersendiri bagi masing-masing individu. Kenyataan bahwa zikir itu unik dan memiliki makna yang khas bagi para pezikir menjadi pusat perhatian dalam penelitian tipe ini.

2. Pengumpulan Data