15
”Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan untuk berbakti beribadah kepada-Ku” Q.S Adz-Dzaria 51: 56.
b. Dimensi al-Ruhu ruh
ada dua pengertian, pertama ruh bermakna al- lathifah halus bersumber dari rongga hati jasmani kemudian menyebar ke
seluruh tubuh melalui sarana nadi. Penyebaran ruh ke seluruh tubuh mengalirkan kehidupan dalam ujud perasaan, penglihatan, pendengaran dan
penciuman seperti cahaya lampu menyinari seluruh sudut rumah listrikbatre. Makna kedua, ruh yang berpotensi untuk mengetahui dan
mengenal segala sesuatu abstrak. Ruh inilah yang menimbulkan kecerdasan qalbu jisim lathif sehingga menacapai kematangan yang sempurna. Jika
manusia berada pada anasir malaikat, maka manusia berada pada tingkat musyahadah penyaksian pada Dzat Maha Agung, Maha Indah dan
melepaskan diri dari nafsu angkara murka. Dalam konteks ini, manusia harus mengenal dirinya sendiri sehingga mampu menuju jalan Ilahi. Sabda Nabi
saw: ”Barangsiapa telah mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya” al-Hadits.
Al-Ghazali 2000: 41 mengatakan: ”Jika manusia ingin mengenal dirinya sendiri, maka ketahuilah bahwa
manusia terdiri dari dua hal yaitu qalbu hati dan ruh jiwa. Ruh manusia pada apapun juga mengikuti dan mengiringinya. Untuk mengetahui hakikat
dan sifat-sifatnya merupakan kunci mengenal Allah SWT. Karena itu manusia harus melakukan mujahadah perjuangan hingga dapat mengenalinya. Ia
merupakan unsur mulia dan anasir malaikat yang sumber asalnya adalah Allah SWT. Maka dari tempat itu ia datang dan kepada-Nya ia akan kembali”
16
Manusia tidak akan mampu memahami hakikat ruh yang sesungguhnya karena merupakan kerahasiaan ilmu Allah, seperti firman-Nya: ” Dan mereka
bertanya kepadamu Muhammad tentang ruh. Katakanlah Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit”
Q.S Al-Isra 17: 85. Oleh karena itu hakikat ruh merupakan bagian dari kekuasaan dan hak prerogatif kewenangan Allah semata. Memahami hakikat
ruh ini begitu unik, ajaib dan sungguh mengagumkan, semua potensi akal manusia tidak akan mampu untuk memahami substansi dan hakikat yang
sebenarnya.
c. Dimensi al-Nafs nafsu