Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah

77 diteruskan kepada Syaikh Abdul Karim al-Bantani dan beserta seluruh keluarganya pindah ke Makkah pada tahun 1876 atas perintah gurunya. Murid Syaikh Ahmad Khatib yang lain adalah Syaikh Ahmad Thalhah yang mengembangkan tarekat tersebut secara mandiri di daerah Cirebon Trusmi. Kemursyidan yang dirintis Syaikh Ahmad Thalhah ini dilanjutkan oleh muridnya antara lain KH Abdullah Mubarak ibn Nur Mubarak. Kemudian dia menyebarkan tarekat itu di wilayah Suryalaya Tasikmalaya. Di tempat tersebut didirikan pondok pesantren sebagai salah satu basis dari Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah di Jawa Barat. KH Abdullah Mubarak dikenal dengan sebutan Abah Sepuh. Sepeninggal Abah Sepuh kepemimpinan tarekat dilanjutkan oleh putranya K. H. Shahibul Wafa Tajul Arifin yang dikenal dengan panggilan Abah Anom. Kepemimpinannya berjalan hingga sekarang dengan para pengikut yang cukup banyak tersebar di 35 wilayah termasuk di Singapura, Australia, Malaysia dan Brunai Darussalam. Di Pulau Jawa ada lima organisasi Tarekat Qadiriah Naqsyabandiah yang paling berpengaruh dan berpusat di lima pesanten besar yaitu Pesantren Pagentongan di Bogor, Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Pesantren Mranggen di Semarang, Pesantren Rejosa di Jombang dan Pesantren Tebuireng di Jombang.

d. Inti Ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah

Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah memiliki empat ajaran pokok sebagai metode mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keempat ajaran tersebut adalah 78 kesempurnaan suluk, adab etika, dzikir dan muraqabah kontemplasi. Semua ajaran tersebut berlandaskan pada Alquran, hadits dan perkataan para ulama arifin dari kalangan salafus shalihin. Ajaran pertama kesempurnaan suluk yaitu merambah jalan kesufian untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tiga dimensi dasar iman, Islam dan ihsan. Ketiganya dikemas dalam satu metode yaitu syariat, thareqat dan haqiqat. Syariat sebagai perundangan-undangan Islam merupakan ketetapan Allah SWT melalui rasul-Nya sebagai syar’i yang menyangkut perintah maupun larangan. Pengamalan terhadap syariat termasuk pula pada domain tharikat dengan unsur utamanya iman dan kebenaran syariat. Dimensi hakikat menggariskan penghayatan atas pengamalan syariat guna merasakan manisnya ma’rifat iman. Ajaran kedua adalah adab yang memiliki kekhususan dan sangat prinsip, karena tanpa adab ini tidak mungkin seorang salik pelaku spiritual mampu mencapai tujuan suluk-nya. Ada empat fokus adab yaitu adab kepada Allah dan Rasul-Nya, adab terhadap syaikh mursyidguru, adab kepada saudara seiman ikhwan dan adab kepada diri sendiri. Adab kepada Allah SWT dengan mensyukuri segala nikmat dan karunia-Nya serta menjaga rasa syukur tersebut selamanya. Adab murid kepada mursyidnya sebagai syarat riyadhoh dan suluk seorang murid. Dalam lingkungan tarekat ini ada etika yang terjalin kuat antara murid dan mursyid menyerupai adab para sahabat terhadap Rasul SAW. Model interaksi murid dan mursyid tersebut dalam hal irsyad pemberian petunjuk dan ta’lim pengajaran yang bertujuan untuk melestarikan 79 sunah tradisi pada masa Nabi dahulu. Adab terhadap sesama ikhwan tidak hanya berlaku antara sesama pengikut tarekat saja, tetapi juga kepada saudara seiman muslim yang menjiwai semangat ukhuwah Islamiyah seperti diajarkan Nabi SAW. Sedangkan adab terhadap diri sendiri merupakan inti dari prinsip kehidupan sufistik seperti wara’, zuhud, berakhlak karimah dan muraqabah yaitu selalu merasa diperhatikan dan diawasi Allah SWT. Pengamalan zikir pada tarekat ini berbeda dengan cara yang dilakukan oleh penganut tarekat lain. Zikir berupa aktivitas lidah, baik lidah fisik maupun ”lidah batin”. Untuk menyebut dan mengingat Allah, baik berupa jumlah kalimat maupun isim mufrad kata tunggal. Ada dua jenis zikir, yaitu zikir nafi itsbat dan zikir ismudzat. Zikir nafi itsbat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut ”La ilaha illallah” dengan jahar suara kerasjelas. Selanjutnya sesudah menjadi ajaran tarekat ini, tidak harus dengan suara keras. Zikir ismudzat dengan menyebut nama Allah yang Agung ism al-a’dham, ”Allah, Allah, Allah” dilakukan secara sirri atau khafi dalam hati, zikir ini disebut pula zikir latha’if zikir secara lembut, sebagai ciri khas ajaran tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah Mujaddidiyah. Ajaran muraqabah yang berarti mengamat-amati atau menantikan sesuatu dengan penuh perhatian merupakan sebuah kontemplasi yaitu kesadaran pada salik yang secara terus menerus merasa diawasi dan diperhatikan Allah SWT. Kegiatan ini dilakukan sebagai riyadhah al-nafs pelatihan kejiwaan. 80

e. Silsilah Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah