122
7. Hasil penelitian studi kasus bersifat transferabilitas, artinya hasil penelitian
bisa berlaku di tempat lain manakala tempat lain itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan tempat atau lokus penelitian itu dilakukan.
Uraian Yin dan Rahardjo di atas mempertegas bahwa penelitian terhadap pezikir TQN dilakukan pada aktivitas yang masih mereka lakukan, menekankan
kedalaman penelitian, jumlah informan bukan patokan utama dan dapat memanfaatkan multisumber untuk mengumpulkan data.
Selanjutnya, berdasarkan pendapat Bogdan dan Biklen 1982, penelitian terhadap pezikir TQN ini menggunakan tipe studi kasus komunitas sosial atau
kemasyarakatan. Peneliti melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari aktivitas zikir yang dilakukan mereka. Metode zikir yang unik dalam kehidupan sehari-hari dilakukan
setiap usai shalat lima waktu. Aktivitas itu tentunya memiliki makna tersendiri bagi masing-masing individu. Kenyataan bahwa zikir itu unik dan memiliki makna yang
khas bagi para pezikir menjadi pusat perhatian dalam penelitian tipe ini.
2. Pengumpulan Data
Untuk mengamati dan merasakan bagaimana aktifitas dan pengalaman pezikir, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
a. Pengamatan Berperan Serta
Penulis melakukan pengamatan berperan serta participant observatory dalam melakukan penelitian. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak
123
mungkin aktivitas dan pengalaman murid dan wakil mursyid sebagai pelaku. Teknik ini digunakan dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Penulis memilih pengamatan berperanserta secara terbuka berlatar alamiah
seperti yang dikemukakan Moleong 2006:176, agar dapat memperoleh semua informasi yang dibutuhkan termasuk yang dirahasiakan sekalipun.
Peneliti mencatat perilaku dan kejadian yang mendukung penelitian, dan terlibat langsung dengan pelaku yang menjadi sampel penelitian. Menurut
Denzin, pengamatan berperan serta adalah strategi lapangan yang secara simultan memadukan analisis dokumen, wawancara dengan responden dan
informan, partisipan dan observasi langsung dan introspeksi. Untuk teknik ini, penulis berperan serta dalam kegiatan manaqiban, zikir bersama, dan
khataman. b.
Wawancara Mendalam
Untuk melengkapi data dalam upaya memperoleh data yang akurat tentang penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan murid dan wakil
mursyid. Menurut Guba dalam Moleong, 2006 : 186, wawancara dilakukan untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Dalam konteks penelitian ini, peneliti melakukan wawancara tentang aktifitas dan pengalaman mereka.
Cara melakukan wawancara adalah mengikuti saran Moustakas 1994 :
124
114, yaitu wawancara bersifat informal, interaktif atau dialogis, dan menggunakan pertanyaan terbuka.
Penulis menggunakan teknik wawancara tak terstruktur atau wawancara terbuka dengan tujuan memperoleh kedalaman data tentang makna aktifitas
dan pengalaman zikir. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara dengan berbagai pihak yang berkompeten dengan penelitian,
yakni sembilan orang murid dan dua orang wakil mursyid yang bersedia penulis wawancarai.
c. Studi Kepustakaan