53
4. Sifat-sifat yang harus dimiliki Murid
Menurut Al Ghazali Fathiah, 1964: 39 ada 10 sifat yang harus dimiliki muridnya agar dapat memenuhi pembelajaran dan ilmu pengetahuan. Sepuluh sifat
tersebut adalah: 1.
Belajar adalah ibadah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla. Oleh karena itu murid harus berjiwa bersih kalbu yang suci
dengan menjauhkan diri dari akhlak yang tercela seperti pemarah emosional, syahwat godaan seksual, pendendam, dengki, sombong,
arogan ujub dan lain sebagainya. Semua sifat tercela tersebut bisa dihindari dengan hati yang suci.
2. Menjauhkan dan menahan diri dari daya tarik keduniaan yang berlebihan
ketergantungan. Ahli hikmah berkata bahwa ilmu tidak akan memberimu, sehingga engkau serahkan sepenuh jerih payahmu. Apabila
telah kau penuhi, maka dia ilmu akan patuh padamu dan mengangkat derajatmu. Akal pikiran mampu memilah-milah menganalisa setiap
permasalahan sebagaimana parit mengalirkan air membasahi setiap jengkal tanah yang gersang, menyejukkan udara sekitarnya, tak pernah
lama mengendap dan selalu mengairi lahan-lahan pertanian. Atau seakan pembicaraan yang takkan pernah habis terhenti untuk menggapai ilmu
dengan tema-tema yang diinginkan dimanapun dan kapanpun.
54
3. Tawadlu’. Sifat ini tidak dimaksudkan agar murid mengkultuskan guru
atau mengelu-elukan ilmu gurunya, akan tetapi agar murid mengikuti jejak perilaku gurunya, mengindahkan perintah dan petunjuk bagaikan
pasien yang bodoh berobat kepada dokter yang berilmu. Sikap hormat murid kepada gurunya dengan cara memuliakannya secara spontanitas.
Sesungguhnya Allah memberi balasan pahala kepada murid yang menghormati gurunya dengan berlaku sopan, menyambut kehadirannya
dengan rasa kasih sayang, rendah hati, rasa syukur terima kasih, menggembirakannya sebagai penghargaan kepadanya. Selain itu juga
memaklumi kekurangannya, memaafkan kesalahannya dan tidak mengumpatnya. Sikap tersebut dilakukan murid, karena murid itu ibarat
tanah yang menganga kekeringan, kemudian turun hujan lebat, maka diserapnya air itu oleh semua lapisan tanah sebagai tanda menerimanya.
Demikian pula cara dan sikap guru ketika mengajar hendaknya menjalin komunikasi dengan murid dikemas dengan rasa kasih sayang, santun, dan
bijak secara timbal balik. 4.
Sikap toleran dan menghormati perbedaan pendapat. Perbedaan mahzab sering menimbulkan perdebatan. Sebelum berdiskusi, sebaiknya murid
mempelajari dulu madzhab yang dianggap shahih valid menurut pendapat gurunya. Kemudian baru mendiskusikan bersama hal-hal yang
dianggap berbeda diantaranya madzhab-madzhab yang dibicarakan. Guru sebaiknya bersikap netral agar murid tidak merasa takut dalam
55
mengemukakan pendapatnya. Perselisihan pendapat itu sebaiknya dikonsultasikan dan didiskusikan pula dengan ulamapakar yang lebih
tahu, sehingga murid lebih memahami setiap perbedaan mazhab-mazhab yang berkembang dan akan terhindar dari kepicikan.
5. Murid harus banyak membaca buku. Ilmu itu saling berkaitan dan
janganlah membiarkan murid belajar hanya satu bidang ilmu saja, baik ilmu keagamaan maupun ilmu-ilmu keduniaan umum. Wawasan
keilmuan murid yang sangat luas lebih baik dari pada pengetahuan yang sempit terbatas, karena dapat mengakibatkan pandangan ta’ashub
fanatis. Pengajaran hendaknya meliputi pula mata pelajaran umum yang berkenaan dengan pengembangan budaya masyarakat dan
penerapannya dalam arti luas. Pendidikan yang luas dan variatif akan membuka cakrawala pandangan murid dari kepicikan dalam membina
kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih cemerlang. 6.
Pada tahap permulaan seharusnya murid terlebih dahulu belajar agama islam dengan penuh ketakwaan. Kemudian baru belajar ilmu-ilmu
lainnya sesuai dengan kebutuhannya. Jika kesempatan waktu belajar sangat terbatas, maka pelajarilah ilmu-ilmu tersebut inti sarinya saja.
Murid harus tahu seni belajar dengan skala prioritas materi yang amat pokok, mendasar dan penting. Dari semua yang baik, maka yang terbaik
itulah sebagai prioritas pertama dan ilmu yang mengarah pada kesempurnaan adalah ilmu yang membahas kehidupan diakhirat.
56
7. Murid hendaknya belajar secara teratur. Materi pembelajaran saling
berkolerasi antara satu dengan lainnya termasuk teori dan metodologinya. Murid belajar mulai dari materi yang rendah, kemudian meningkat ke
materi yang lebih tinggi, maju berkelanjutan. Mungkin terdapat perbedaan diantara pakar ilmu dalam penemuan teori maupun hukum
sebagai hak otoritas bagi setiap ilmuwan. Namun bagi siswa tetap harus menghormati hak mereka kemudian ambillah yang dianggap benar dan
kesampingkan perbedaannya. Sebagaimana sabda Rasul saw, “Da’ mā yarībuka ilā mā lā yarībuka”, artinya “Tinggalkanlah apa yang kamu
ragukan dan perbuatlah apa yang tidak kamu ragukan”. H.R. At Tirmidzi dan An Nasa’i.
8. Murid harus memahami nilai dan kegunaan ilmu yang dipelajarinya,
materi pokok dan keutamaannya link and useful. Ditinjau dari urgensi keilmuan, maka ilmu lebih menguatkan temuan dalil, hukum atau teori
baru, misalnya ilmu agama islam dan ilmu kedokteran. Ilmu agama dimaksudkan untuk keperluan kehidupan yang kekal abadi dan ilmu
kedokteran untuk menaggulangi dalam kehidupan yang fana. Sedangkan ilmu matematika dan astronomi keutamaannya lebih difokuskan pada
temuan hukum dan teori. Dilihat dari segi kemanfaatan atau kebutuhan yang mendasar, suatu ilmu sangat kuat daya tariknya dan lebih banyak
dipelajari dari pada ilmu-ilmu yang hanya bersifat teoritis the best of the better.
57
9. Murid harus memahami niat dan tujuan belajar. Seyogianya pembelajaran
yang dilakukan murid didasarkan pada dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek untuk memperindah jiwakepribadian dan tingkat pendidikannya.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah taqorrub mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla setingkat dengan kedudukan malaikat.
Karena itu ilmu-ilmu keagamaan Islam dan ilmu kependidikan harus diprioritaskan
diutamakan dengan
tidak sama
sekali mengenyampingkan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu agama diibaratkan sebagai
devisi penyerang sedangkan ilmu-ilmu lainnya bagian penyediaan logistik dan kebutuhan lainnya. Dikhawatirkan murid belajar semata-mata hanya
untuk kepentingan materi harta, pangkat kedudukan dan membiarkan orang lain dalam kedustaan serta kebodohan.
Sebagaimana lazimnya bagi guru, murid pun dituntut harus memahami akan nilai dan kegunaan suatu ilmu. Ilmu agama menurut Al-Ghazali dikategorikan
sebagai ilmu yang banyak memberikan manfaat karena merupakan jembatan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi kehidupan akhirat.
D. Hakikat Zikir dan Doa