commit to user
15 cenderung memperparah kesenjangan antar daerah maju dan
terbelakang. Hal ini yang disebut Myrdal 1957 sebagai Backwash effects
. f.
Model Daya Tarik Adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak
digunakan. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian
subsidi dan insentif.
3. Ketimpangan Ekonomi
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan masyarakat
berpendapatan rendah dan tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan proverty line merupakan dua masalah besar di
banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Di Indonesia, isu kesenjangan ekonomi antar daerah telah lama menjadi bahan kajian para
pakar ekonomi regional. Hendra Esmara 1975 merupakan peneliti pertama yang mengukur kesenjangan ekonomi antar daerah di Indonesia Wie, 1983.
Berdasarkan data tahun 1950 sampai dengan 1960, ia menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kategori kesenjangan daerah yang
rendah apabila sektor migas diabaikan. Menurut Wie 1983, masalah ketimpangan dalam pembagian
pendapatan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
commit to user
16 a.
Pembagian pendapatan antara golongan pendapatan size distribution of income
atau ketimpangan relatif Ketimpangan yang terjadi antar golongan ini sering kali diukur
dengan menggunakan koefisien Gini. Kendati koefisien Gini bukan merupakan indikator yang ideal mengenai ketimpangan pendapatan antar
berbagai golongan, namun sedikitnya angka ini dapat memberikan gambaran mengenai kecenderungan umum dalam pola distribusi
pendapatan. b.
Pembagian pendapatan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan urban-rural income disparities
Ketimpangan dalan distribusi pendapatan dapat juga ditinjau dari segi perbedaan pendapatan antara masyarakat desa dengan masyarakat
perkotaan urban-rural income disparities. Untuk membedakan hal ini, digunakan dua indikator: 1 perbandingan antara tingkat pendapatan per
kapita di daerah perkotaan dan pedesaan, dan 2 disparitas pendapatan daerah perkotaan dan daerah pedesaan perbedaan pendapatan rata-rata
antara kedua daerah sebagai persentase dari pendapatan nasional rata- rata. Menurut Bank Dunia, pola pembangunan Indonesia memang
memperlihatkan suatu urban bias dengan tekanan berat pada sektor industri, yang merupakan landasan bagi ketimpangan distribusi
pendapatan di kemudian hari. c.
Pembagian pendapatan antara daerah regional income disparities Satu lagi sisi lain dalam melihat ketimpangan distribusi pendapatan
nasional, adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar
commit to user
17 berbagai daerah di Indonesia, yang mengakibatkan pula terjadinya
ketimpangan pendapatan per kapita antar daerah regional income disparities
. Ketimpangan pendapatan seperti ini disebabkan oleh karena penyebaran sumberdaya alam yang tidak merata serta perbedaan dalam
laju pertumbuhan antar daerah, dan belum berhasilnya usaha-usaha pembangunan yang merata antar daerah di Indonesia.
Banyak perhatian telah diberikan terhadap bagaimana distribusi pendapatan berubah dalam masa pembangunan. Simon Kuznets 1995
membuat hipotesis adanya kurva U terbalik Interved U Curve bahwa mula – mula ketika pembangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak
merata. Namun, setelah mencapai suatu tingkat distribusi tertentu, distribusi pendapatan semakin merata.
Pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan, menurut para pengeritik pembangunan ekonomi terdapat suatu trade off. Dengan implikasi
bahwa pemerataan dalam distribusi pendapatan hanya dapat tercapai apabila pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang
tinggi selalu akan disertai menurunnya distribusi pendapatan yang rata atau meningkatnya ketimpangan relatif Wie, 1983.
Faktor–faktor yang menyebabkan timbulnya ketimpangan pembangunan antara lain, sebagai berikut Tambunan, 2001: 190-199:
a. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat. Ketimpangan pembangunan sektor industri
manufaktur antar propinsi sebagai salah satu faktor terjadinya
commit to user
18 ketimpangan ekonomi antar daerah. Dibandingkan dengan sektor
ekonomi yang lain, industri manufaktur merupakan sektor yang sangat produktif, dilihat dari kontribusinya terhadap PDB atau PDRB. Majunya
sektor industri di suatu daerah akan memberi dampak positif terhadap kegiatan ekonomi sektor lain di wilayah tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan asumsi, tidak ada distorsi terhadap economic linkages
antar sektor. b.
Alokasi Investasi Berdasarkan Teori Pertumbuhan Harrod–Domar yang menerangkan
bahwa ada korelasi positif antara investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dapat dikatakan bahwa kurangnya investasi di suatu daerah
menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat juga rendah, karena tidak ada kegiatan ekonomi yang
produktif seperti industri manufaktur. Terpusatnya alokasi investasi di Jawa dan kebijakan birokrasi yang
terpusat selama orde baru, serta keterbatasan infrastruktur dan SDM di luar Jawa adalah penyebab terjadinya ketimpangan pembangunan antar
propinsi di Indonesia. c.
Tingkat Mobilisasi Yang Rendah Antar Daerah Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan
kapital antar daerah juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar propinsi
menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pendapatan perkapita.
commit to user
19 d.
Perbedaan Sumberdaya Alam Antar Daerah Aliran Klasik sering mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
pada daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. Pada tingkat
tertentu, anggapan tersebut masih bisa dibenarkan, namun pada perkembangan selanjutnya diperlukan adanya faktor-faktor yang lain.
Faktor-faktor tersebut adalah SDM dan teknologi serta infrastruktur lainnya.
e. Perbedaan Kondisi Demografi Antar Wilayah
Ketimpangan ekonomi regional juga disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis antar daerah. Terutama dalam hal jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, tingkat kedisiplinan masyarakat, dan etos kerja. Faktor-faktor
ini mempengaruhi tingkat pembangunan lewat sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar
merupakan potensi bagi pertumbuhan pasar dan juga sebagai pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran, populasi yang
besar dengan tingkat pendidikan, kesehatan, kedisiplinan serta etos kerja yang tinggi merupakan aset yang penting dalam kegiatan produksi.
Perbedaan kondisi geografis suatu daerah juga bisa mengakibatkan adanya kesenjangan. Semakin luas suatu daerah maka efek penyebaran
hasil-hasil pembangunan akan semakin lambat, apalagi kalau sarana transportasi dan komunikasi kurang memadai Williamson dalam
Jhingan, 1994.
commit to user
20 f.
Kurang Lancarnya Perdagangan Antar Wilayah. Perdagangan antardaerah meliputi perdagangan barang jadi, barang
modal, input perantara, bahan baku, serta material-material lain untuk keperluan produksi barang dan jasa. Keterbatasan transportasi dan
komunikasi menyebabkan tidak lancarnya perdagangan antar propinsi. Jadi tidak lancarnya arus barang dan jasa antar daerah dapat menghambat
Ketimpangan pada kenyataannya tidak dapat dihilangkan dalam pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan
dorongan kepada daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauh tertinggal dengan daerah
sekitarnya. Selain itu daerah-daerah tersebut akan bersaing guna meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal ini
memberikan dampak positif. Akan tetapi ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan antar wilayah. Dampak
negatif tersebut berupa inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak
adil Todaro dalam Angelia, 2010. Upaya dalam menanggulangi ketimpangan adalah dengan strategi
campur tangan pemerintah. Apabila pemerintah tidak secara aktif campur tangan di dalam kegiatan ekonomi yang berarti bahwa perekonomian tersebut
diatur oleh mekanisme pasar, tingkat pembangunan yang berbeda diantara berbagai daerah akan memberikan akibat yang buruk pada corak
pembangunan selanjutnya. Dari masa ke masa tingkat kesejahteraan dan tingkat pembangunan antara daerah yang miskin dengan kaya menjadi
commit to user
21 semakin tinggi perbedaannya. Dalam hal ini diupayakan pembagian yang
merata dari sumberdaya-sumberdaya yang ada kepada golongan masyarakat termiskin, sehingga kesejahteraan mereka dapat meningkat. Wie, 1983
4. Keuangan Daerah