commit to user
21 semakin tinggi perbedaannya. Dalam hal ini diupayakan pembagian yang
merata dari sumberdaya-sumberdaya yang ada kepada golongan masyarakat termiskin, sehingga kesejahteraan mereka dapat meningkat. Wie, 1983
4. Keuangan Daerah
Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak dapat
dilakukan pemisahan dan merupakan satu kesatuan. Ketentuan tentang pokok – pokok pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah telah diatur dengan dengan Peraturan Pemerintah PP no. 65 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah. Pokok – pokok peraturan pemerintah tersebut antara lain: a.
Prinsip – prinsip transparansi dan akuntan bilitas mengenai penyusunan, perubahan dan perhitungan APBD, pengelolaan, kas, tata cara pelaporan,
pengawasan internal ptoritas dan sebagainya, serta merupakan pedoman bagi system dan prosedur pengelolaan;
b. Pedoman laporan pertanggungjawaban yang berkaitan dengan pelayanan
yang dicapai, biaya satuan komponen kegiatan, dan standar akuntansi pemerintah daerah, serta persentase jumlah penerimaan APBD untuk
membiayai administrasi umum dan pemerintah umum.
commit to user
22 Pengelolaan keuangan daerah dapat dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang – undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan.
Adisasmita, 2010; 42 Dalam upaya untuk mengoptimalkan sumber – sumber pembiayaan
untuk pembangunan daerah, baik yang bersumber dari luar daerah negeri maupun yang bersumber dari dalam negeri adalah:
1 Pendapatan Asli Daerah
a Hasil Pajak Daerah
b Hasil Retribusi Daerah
c Hasil pengelolaan kekayaan daerah
d Pendapatan lain yang sah
2 Dana Perimbangan
a Dana Bagi Hasil
b Dana Alokasi Umum DAU
c Dana Alokasi Khusus DAK
3 Lain – lain penerimaan yang sah, antara lain hibah, dana darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
5. Dana Alokasi Umum DAU
Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Dana ini diserahkan kepada
commit to user
23 daerah dalam bentuk block grand yang pemanfaatannya diserahkan
sepenuhnya kepada daerah. Adapun cara menghitung dana alokasi umum menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
a. Dana alokasi umum DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dari
penerimaan dalam negeri yang sitetapkan dalam APBN. b.
Dana alokasi umum DAU untuk daerah propinsi dan untuk daerah kabupatenkota ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari dana alokasi
umum sebagaimana ditetapkan diatas. c.
Dari dana alokasi DAU untuk suatu daerah kabupatenkota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah
kabupatenkota yang ditetapkan APBN denga porsi daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
d. Porsi daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud diatas merupakan
proporsi bobot daerah kabupatenkota diseluruh indonesia. Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah propinsi tertentu ditetapkan
berdasarkan jumlah Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah Propinsi yang ditetapkan dalam APBN dikalikan dengan rasio bobot daerah propinsi yang
bersangkutan terhadap jumlah bobot seluruh propinsi Adisasmita, 2011;177. Porsi daerah propinsi ini merupakan persentase bobot daerah propinsi yang
bersangkutan terhadap jumlah bobot semua daerah propinsi di seluruh Indonesia. Rumus Dana Alokasi Umum untuk suatu propinsi tertentu, yaitu:
Perhitungan Dana Alokasi Umum berdasarkan rumus di atas dilakukan oleh Sekretariat Bidang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Landasan
commit to user
24 hukum pelaksanaan DAU adalah UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah. Sebagai amanat UU No.33 Tahun 2004, alokasi yang dibagikan kepada Pemerintah Daerah oleh
Pemerintah Pusat minimal 26 persen dari total penerimaan dalam negri netto. Dengan ketentuan tersebut maka, bergantung pada kondisi APBN dan Fiscal
Sustainability Pemerintah Indonesia, alokasi DAU dapat lebih besar dari 26
persen dari total pendapatan dalam negeri netto. DAU diberikan berdasarkan celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal
merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah, kebutuhan daerah dihitung berdasarkan variabel-variabel yang ditetapkan
undang-undang sedangkan perhitungan kapasitas fiskal didasarkan atas Penerimaan Asli Daerah PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah.
Sementara Alokasi Dasar dihitung berdasarkan gaji PNS daerah. Kebutuhan Fiskal dapat diartikan sebagai kebutuhan daerah untuk
membiayai semua pengeluaran daerah dalam rangka menjalankan fungsikewenangan daerah dalam penyediaan pelayanan publik. Dalam
perhitungan DAU, kebutuhan daerah tersebut dicerminkan dari variabel- variabel kebutuhan fiskal sebagai berikut :
a. Jumlah Penduduk
b. Luas Wilayah
c. Indeks Kemahalan Konstruksi IKK
d. Indeks Kemiskinan Relatif IKR
Kapasitas fiskal daerah merupakan kemampuan pemerintah daerah untuk menghimpun pendapatan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Potensi
commit to user
25 penerimaan daerah merupakan penjumlahan dari potensi PAD dengan DBH
Pajak dan SDA yang diterima oleh daerah. Berdasarkan UU no. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, setiap daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang lebih besar dari kebutuhan fiskal maka dapat menerima
penurunan DAU, dan atau tidak menerima sama sekali pada tahun berikutnya. Dasar inilah yang digunakan pemerintah untuk memberikan predikat daerah
“kaya” DKI Jakarta, Riau dan Kaltim dan memperoleh penghapusan DAU.
6. Belanja Modal