48
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Diet Menurunkan Berat Badan
Perilaku diet ketat sudah dianggap wajar oleh remaja putri untuk dilakukan, hal ini dapat dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
prevalensi perilaku diet yang tinggi pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan Neumark Sztainer 2000 di Amerika Serikat dalam Brown 2005, menunjukkan
bahwa sebesar 44 remaja putri dengan umur 12-17 tahun melakukan diet untuk menurunkan berat badannya. Pada penelitian Sedangkan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa sebesar 18 dari 310 remaja putri di SMA Negeri 7 Medan melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
French 1995 bahwa perkiraan prevalensi perilaku diet untuk menurunkan berat badan sekitar 14 sampai dengan 77 dan kejadian yang paling banyak terjadi pada
remaja putri. Dari hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa remaja putri banyak
melakukan diet yang tidak sehat, di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putrid dengan status gizi normal lebih banyak yang berdiet, bahkan terdapat 4
responden berstatus gizi kurus melakukan diet. Hal tersebut dikarenakan remaja putri yang sedang menginjak masa remaja menengah 15-17tahun mulai memperhatikan
perubahan fisik yang terjadi Brown, 2005.
5.2 Pengetahuan Tentang Diet
Pada penelitian ini menunujukkan bahwa sebesar 25,0 memiliki tingkat pengetahuan diet yang baik, sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan diet yang kurang sebanyak 30,4. Hal ini disebabkan siswi hanya mendapatkan informasi tentang diet dari teman sebaya, sosial media, dan televisi.
Mereka tidak mendapatkan penididikan tentang diet dari sekolah maupun keluarga. Menurut Dwyer remaja putri yang berdiet memiliki pengetahuan diet yang tinggi
dibanding remaja putri yang tidak melakukan diet. Pada penelitian ini tidak menunjukkan kecenderungan seperti penelitian Dwyer sebelumnya karena pada
remaja putri yang berdiet lebih besar yang berpengetahuan kurang tentang diet dibanding berpengetahuan baik.
5.3 Pola Konsumsi Makanan Remaja Putri
5.3.1 Jenis dan Frekuensi Makan Remaja Putri
Dari hasil penelitian dapat diketahui pada umumnya jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh remaja putri adalah nasi dengan frekuensi makan 1xhari menu
utama, remaja putri mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Alasan remaja putri mengkonsumsi nasi sebagai pilihan utama dengan frekuensi 1xhari dikarenakan
masih banyak remaja putri yang beranggapan bahwa mengkonsumsi makanan pokok terutama nasi dapat mengakibatkan kegemukan. Nasi merupakan makanan pokok
yang dikonsumsi oleh keluarga secara turun-temurun, bahwa kebiasaan makan pada seseorang bersifat turun-menurun dan kemudahan untuk memperolehnya Gunanti,
2006. Namun ada juga sebagian remaja putri yang mengkonsumsi mie dan jagung sebagai makanan jajanan.
Untuk jenis makanan hewani yang paling banyak dikonsumsi remaja putri adalah ikan dengan frekuensi 1x sehari. Artinya ikan telah dikonsumsi setiap kali
Universitas Sumatera Utara
makan. Pada umumnya ikan disajikan dengan cara di goreng. Sedangkan untuk mengkonsumsi telur, daging sapi, dan daging ayam dikonsumsi hanya sesekali saja.
Jenis makanan lauk nabati yang dikonsumsi remaja putri adalah tempe dan tahu. Namun sebagian besar remaja putri tersebut kurang menyukai lauk nabati
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dimana frekuensi tempe lebih banyak yaitu1-3x seminggu. Jarangnya remaja putri mengkonsumsi tahu dan tempe
disebabkan remaja putri kurang menyukai rasanya dan tidak dibiasakan mengkonsumsi tahu dan tempe. Biasa nya tahu dan tempe disajikan dengan cara
digoreng. Jenis makanan berupa sayur-sayuran yang dikonsumsi remaja putri adalah
kol, sawi, daun singkong, dan sayur sop. Ada sebagian remaja yang jarang mengkonsumi jenis sayur tertentu seperti kol dengan frekuensi 1xbulan dengan
alasan tidak suka.berdasarkan tabel 4.7 frekuensi remaja mengkonsumsi sayur sop wortel dan kentang dengan frekuensi 1x sehari.
Untuk buah-buahan, jenis buah yang sering dikonsumsi remaja putri adalah jeruk. Buah-buahan yang paling jarang dikonsumsi adalah apel dan mangga dengan
frekuensi 1x sebulan. Dalam hal mengkonsumsi susu, pada umumnya remaja putri mengkonsumsi
dengan frekuensi 1xbulan. Biasanya susu diminum pagi hari sebelum berangkat sekolah sebagai pengganti sarapan.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Tingkat Kecukupan Gizi Remaja Putri
5.4.1 Tingkat Kecukupan Energi dan Protein
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecukupan energi remaja putri pada umunya adalah mengalami defisit, hal ini dikarenakan remaja putri yang melakukan
diet tidak mengetahui cara berdiet yang sehat dan mereka lebih suka jajan diluar rumah. Menurut remaja putri yang melakukan diet jenis makanan yang disajikan di
rumah membuat badan mereka menjadi gemuk. Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan jika berlanjut akan mengkibatkan keadaan gizi kurang. Pada keadaan gizi kurang akan mengakibatkan terhambatnya proses
pertumbuhan remaja. Pada remaja keadaan gizi kurang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar dan kekurangan konsumsi energi dapat menurunkan produktivitas
kerja. Bahan makanan hewani kaya dalam protein bermutu tinggi, tetapi hanya
18,4 konsumsi rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati dalam protein adalah kacang-kacangan. Konstribusi protein hanya 9,9. Sayur-sayuran dan buah-
buahan rendah dalam protein, kontribusi rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3 Almatsier, 2001.
Berdasarkan penelitian Susanti 2012, sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein reamaja putri dalam kategori kurang, dimana rata-rata energi total
pada remaja putri yang dikonsumsi sebesar 1,777kkal dan rata-rata protein yang dikonsumsi sebesar 40,5 gram.
Universitas Sumatera Utara
5.5 Status Gizi
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT remaja putri yang berumur 14-17 tahun di SMA Negeri 7 Medan berstatus gizi lebih overweight dan
obese sebanyak 5 orang 8,9, hal ini dikarenakan remaja putri tersebut disamping memakan makanan utama responden juga suka ngemil makanan yang mengandung
tinggi karbohidrat, sedangkan yang tidak berstatus gizi lebih underweight dan normal sebanyak 41 orang 91,1.
Jika dilihat dari tingkat kecukupan energi dan protein remaja putri, remaja putri banyak mengalami defisit. Sedangkan banyak juga remaja putri berstatus gizi
normal, hal ini dikarenakan remaja putri masih menjalankan berdiet menurunkan berta badan dengan suka-suka atau tidak dengan aturan, dimana mereka mengambil
kesempatan seminggu sekali untuk makan sepuas-puasnya atau melupakan diet dengan makan sebanyak-banyaknya seperti mengkonsumsi pizza, sphageti, fried
chicken, burger, dan minuman yang lagi digemari remaja sekarang seperti share tea chatime yaitu minuman dengan varian rasa bercampur es dan gula.
5.6 Tabulasi Silang Antara Cara Berdiet Dengan Status Gizi