Dampak Psikologis Dampak Kognitif

2.2.2.2 Media Massa

Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi.Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurusdalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot, Tiggemann dalam Cash Pruzinsky, 2002.

2.2.3 Dampak Perilaku Diet

Menurut Raisa dalam Hawks, 2008, Perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang yaitu: 2.2.3.1Dampak Biologis Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level sistemyc cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang berisiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.

2.2.3.2 Dampak Psikologis

Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional daripada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya Universitas Sumatera Utara penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intra personal.

2.2.3.3 Dampak Kognitif

Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan performansi kognitif dipengaruhi oleh tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet. Diet yang sering dilakukan remaja terutama remaja putri yaitu diet untuk menurunkan berat badan. Sementara diet untuk menaikkan atau menurunkan berat badan dilakukan berdasarkan pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori yang dibakar tubuh untuk melakukan suatu kegiatan. Jika seseorang mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang dibutuhkannya, maka berat badannya akan naik dan sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum melakukan diet jenis ini kita berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi Adriani, 2012.

2.3 Pola Makan Remaja

Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia yang didasarkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya dimana seseorang hidup Macclany dan Macbeth, 2004. Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai pola makan yang tidak berebihan posinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan nutrisi-nutrisi penting bagi tubuh. Sutanto, 2013. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian Khudin 2012, terdapat gangguan perilaku makan pada responden yang melakukan diet sebesar 9,2 dari 87 responden. Penelitian pada mahasisiwi FK USU tahun 2010 didapatkan sebesar 8 responden memiliki gangguan perilaku makan. Angka ini menunjukkan pada saat ini remaja memiliki resiko perilaku makan. Hal ini dikarenakan arus informasi yang berkembang dan penilaiann terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diterima di masyarakat adalah bentuk tubuh yang ideal seperti role models iklan sehingga mendorong mereka untuk melakukan diet. Berdasarkan penelitian Widianti 2012, sebanyak 40,3 remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan 59,7 merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Sebesar 56,9 remaja putri belum menjalankan perilaku makan yang baik dan 43,1 sudah menjalankan perilaku makan yang baik. Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja putri. Ketika mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dalam jumlah yang banyak. Sesudah masa pertumbuhan yang cepat growth spurt, biasanya mereka akan lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang Adriani, 2012. Universitas Sumatera Utara Menurut Sediaoetama dalam, Vivi 2004, Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yaitu: Tabel 2.1. Jenis dan Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun Makan pagi Pukul 06.00-07.00 WIB Makan siang Pukul13:00-14:00WIB Makan malam Pukul 20:00 WIB Nasi 1 porsi 100gr beras Telur 1 butir 50gr Susu sapi 200gr Nasi 2 porsi 200gr beras Daging 1 porsi 50gr Tempe 1 porsi 100 gr Buah 1 porsi 75gr Nasi 1 porsi 100gr beras Daging 1 porsi 50gr Tahu 1 porsi 100gr Sayur 1 porsi 100gr Buah 1 porsi 100gr Susu skim 1 porsi 20gr Sumber : Sediaoetama, 2004 Untuk menerapkan pola makan yang sehat, anda perlu memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Cukup kalori untuk menjaga tubuh bertenaga, sedangkan pada saat yang sama, anda perlu memastikan makanan tersebut mengandung protein, karbohidrat, dan lemak dalam jumlah yang seimbang. Anda perlu memilih makanan yang sehat dari ketiga kategori makanan itu. Kualitas dan kuantitas makanan berpengaruh terhadap pengaturan selera makan Roizen, 2012. Suatu saat, ketika ketidakseimbangan sedikit saja pada organ-organ tubuh ini makan akan banyak berdampak pada kenyamanan hidup kita, timbulnya penyakit misalnya, penyakit tentu akan membuat sistem dalam tubuh kita menjadi tidak seimbang dan pada gilirannnya tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pola makan adalah : 1. Jumlah atau porsi makanan yang kita konsumsi 2. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi 3. Jadwal atau waktu makan Universitas Sumatera Utara Pola makan yang sehat adalah pola makan yang tidak berlebihan porsinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keanekaragaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan zat gizi penting bagi tubuh. Selain itu, mengingat masing-masing organ tubuh kita mempunyai fungsi yang khusus untuk menjalankan proses-proses tertentu proses kimia, fisika, biologis, dan lain-lain maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana dan kapan proses-proses penting dalam tubuh kita terjadi. Hal ini perlu diketahui karena akan berpengaruh pada optimal atau tidaknya penyerapan gizi makanan yang kita konsumsi. Sehingga zat-zat gizi yang kita makan tidak akan terbuang percuma karena makanan yang kita konsumsi tidak tepat waktu Sutanto, 2013. Diet sangat erat hubungannya dengan kesehatan tubuh kita. Menjaga pola hidup sehat khususnya pola makan merupakan hal yang sangat penting bagi kita semua Saraswati, 2013.

2.3.1 Gangguan Pola Makan