didahului oleh diet.Akibatnya, diet dianggap sebagai faktor risiko yang penting untuk pengembangan gangguan makan Savige, 2007.
Gangguan perilaku makan terdiri atas dua yaitu anoreksia nervosa dan bulimia. Berikut penjelasan yang saya rangkum dari beberapa literatur yaitu:
2.3.1.1 Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa, adalah salah satu gangguan makan dengan prevalensi sebesar 0.48 hingga 0.70 pada remaja wanita dan merupakan gangguan serius
yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. Dampak gangguan fisik antara lain terhambatnya pertumbuhan, keterlambatan atau gangguan puberitas, dan
pengurangan massa tulang. Dampak fisik juga bisa dilihat dari besarnya tingkat kematian akibat anoreksia di Amerika Serikat, yaitu diperkirakan sebesar 5.6 per
dekade, dimana sekitar setengah kematian disebabkan karena gagal jantung dan setengahnya lagi karena bunuh diri. Sedangkan dampak psikologis seperti kondisi
penyerta psikologis yang umum, antara lain gangguan depresi, kecemasan, termasuk gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian Lock, 2010.
Prevalensi anoreksia diperkirakan sebesar 0.3 pada remaja perempuan dan dewasa muda di Amerika Serikat, prevalensinya meningkat selama transisi dari
remaja ke dewasa muda. Badan statistik Kanada memperkirakan sekitar 0.5-4 wanita akan mengalami anoreksia selama hidup mereka, dan mereka yang
kebanyakan dirawat karena keluhan anoreksia sebagian besar adalah remaja. Namun, hanya sepertiga dari penderita anoreksia yang menjalani pengobatan mental Bell,
2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2 Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa, merupakan gangguan yang ditandai dengan binge eating dan purguing, yang diikuiti dengan perilaku yang tidak nyaman untuk mencegah
kenaikan berat badan. Gangguan ini umumnya biasa terjadi selama masa remaja, dengan periode sekitar usia 18 tahun. Rasio penderita antara wanita dan laki-laki
adalah berkisar 10:1 hingga 20:1, dan berasal dari status ekonomi yang berbeda-beda ADA, 2011.
Remaja yang berisiko mengalami gangguan ini adalah kemungkinan mereka yang mengalami kelainan depresi biologis, yang diperburuk dengan konflik keluarga
dan aturan ekspektasi sosial. Penekanan sosial akan tubuh yang langsing seringkali membantu identifikasi penurunan berat badan seseorang sebagai solusi masalah. Diet
yang menyebabkan makan yang berlebihan, sehingga memulai gangguan yang seperti siklus. Penderita bulimia ini memiliki pola makan yang tampaknya kacau meskipun
ada aturan untuk mengonsumsi makanan yang mesti dimakan, seberapa banyak dan makanan
yang baik
serta makanan
yang dihindari.Meskipun
kriteria diagnosisgangguan makan berfokus pada perilaku makan berlebihan atau muntah,
sebagian besar penderita menghindari makanan mereka Mehler, 2003. Penyebab bulimia belum diketahui dengan baik, ada indikasi yg menytkn
bahwa faktor genetik memiliki peran penting. Gangguan sistem serotonergik, yang terlibat dalam pengaturan asupan makanan, serta budaya terhadap standar daya tarik
fisik, juga diyakini memiliki kontribusi Mehler,2003. Kebanyakan penderita dengan bulimia memuntahkan makanan tanpa stimulasi
medis. Untuk mengeluarkan kembali makanan yang masuk, penderita
Universitas Sumatera Utara
melakukanberbagai cara. Misalnya memuntahkan makanan yang telah ditelannya dengan memasukkan jari tangan, sedotan, sikat gigi, dan sebagainya. Cara lain adalah
berpuasa selama 24 jam tanpa makan dan minum, mengonsumsi pil pelangsing, dan obat pencahar Andriani, 2012.
2.3.2 Aspek-Aspek Pola Makan