Latar Belakang Gambaran Pola Makan dan Status Gizi Remaja Putri yang Melakukan Diet Menurunkan Berat Badan di SMA Negeri 7 Medan

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah kelompok manusia yang berada diantara usia 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami perkembangan psikologi danpolai dentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Selain itu, terjadi peralihan dari ketergantungan social dan ekonomi yang penuh kepada orang tua menuju keadaan yang relative lebih mandiri. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikan. Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat dan matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda antara remaja putra dan remaja putri. Remaja putrid mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan remaja putra Proverawati, 2010. Banyak remaja putri yang tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Bentuk tubuh yang tinggi dan langsing merupakan hal yang di inginkan oleh remaja putri. Pada kenyataannya, saat ini banyak remaja putri mengalami obesitas. Penelitian Tarigan yang dilakukan di Yogyakarta menunjukkan hasil bahwa 67 remaja obesitas dan 33 remaja yang tidak obesitas yang mengatakan ketidakpuasannya terhadap bentuk tubuhnya. Banyak remaja putri yang menginginkan tubuh yang lebih tinggi dan langsing dengan melakukan perubahan makan. Hal ini membuat remaja yang menginginkan tubuh ideal melakukan diet yang terlalu ketat. Penelitian di Asia, yang dilakukan di Jepang menunjukkan dampak dari perilaku berdiet menurunkan berat badan, yaitu Universitas Sumatera Utara 72,9 remaja putri yang berdiet menerapkan perilaku diet yang tidak sehat dan menyebabkan perilaku makan menyimpang eating disorder Suka, et.al, 2006. Berbagai penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui prevalensi diet menurunkan berat badan yang dilakukan oleh remaja putri dan seluruh hasil penelitian menunjukkan tingginya prevalensi diet yang dilakukan oleh remaja putri. Hasil survey Neumark sztaimer, et. al di Amerika Serikat yang dilakukan oleh populasi remaja putri 12-17tahun yang berasal dari 4 negara bagian yang menunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan diet sebesar 44Brown, 2005. Akan tetapi pola makan yang di lakukan selama diet menurunkan berat badan tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi. Remaja putri sering mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan, mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Beberapa remaja khususnya remaja putri sering mengonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan Arisman, 2004. Remaja merupakan kelompok yang rentan pada masalah kesehatan terutama masalah gizi. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, serta meningkatnya kebutuhan, disamping tidak sedikit remaja yang makan berlebihan yang menimbulkan obesitas Arisman, 2002. Universitas Sumatera Utara Diet yang dilakukan remaja, bukannlah hal yang dapat disepelekan. Saat remaja adalah saat tubuh seseorang mengalami perkembangan pesat dan seharusnya mendapatkan asupan gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk berkembang. Kebiasaan diet yang mereka lakukan dapat membatasi masukan gizi yang mereka butuhkan agar tubuh dapat tumbuh. Dampak gangguan makan pada remaja tergantung pada berat dan lamanya gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan terjadi dalam waktu beberapa hari saja dapat menyebabkan remaja kekurangan energi akan tetapi bila hal ini berlangsung lama dapat berakibat hambatan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian. Sebuah studi dilakukan terhadap remaja putri di SMPN 1 Surabaya menunjukkan bahwa sebesar 45 responden melakukan diet dengan tujuan menurunkan berat badan Arini, 2006. Sebuah penelitian yang dilakukan di jakarta pada siswi di SMA 70 menunjukkan sebanyak 51,3 responden memiliki riwayat diet dalam satu tahun terakhir. Alasan terbanyak yang menyebabkan mereka berdiet adalah untuk menurunkan berat badan agar tampil lebih menarik Kurnia, 2008. Terkait dengan masalah gizi adalah masalah asupan makanan yang tidak seimbang. Secara nasional, prevalensi gemuk pada remaja di Indonesia sebesar 10.8, terdiri dari 7,3 gemuk, 3,5 sangat gemuk obesitas dan prevalensi kurus 11,1 terdiri dari 3,3 sangat kurus dan 7,8 kurus. Perubahan data Riskesdas dari tahun 2010 ke 2013 pada prevalensi remaja gemuk yaitu pada tahun 2010 remaja gemuk 1,4 dan pada tahun 2013 remaja gemuk 7,3. Data ini menunjukkan bahwa setiap tahun semakin banyak remaja yang tidak seimbang dalam mengatur pola makan Riskesdas, 2013. Universitas Sumatera Utara Di Sumatera Utara prevalensi status gizi remaja berdasarkan indeks masa tubuh IMT diperoleh data sangat kurus 3,1, kurus 7,8, normal 75,6 dan gemuk 11 dan sangat gemukobesitas 2,5. Prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih tinggi diperkotaan dibandingkan di pedesaan yaitu 9,7 dan 8,0. Riskesdas, 2013. Kota Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, dimana sumber informasi sangat mudah diperoleh yang akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat terutama remaja yaitu remaja putri yang sangat memperhatikan penampilan. Remaja sebagai suatu masa transisi dari anak-anak ke dewasa sangat peka terhadap informasi dan perubahan lingkungan yang berdampak terhadap perilaku kesehatan. Pada survei awal yang peniliti lakukan di SMAN 7 Medan. Dari 8 siswi yang saya wawancarai secara langsung, ada 5 siswi yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Mereka mulai melakukan diet saat memasuki tingkat SMA, dengan alasan pengaruh teman sebaya yang banyak memperhatikan penampilannya, dengan cara berdiet untuk menjaga berat badan agar mendapatkan tubuh yang ideal. Selama diet mereka hanya makan utama sehari sekali yaitu pada siang hari. Mereka tidak makan cemilan. Mereka juga menghindari mengonsumsi daging karena menurut mereka daging sumber lemak yang dapat membuat berat badan mereka bertambah. Mereka merasa sedikit lemas, mengaku mudah lelah. Kegiatan mereka yaitu masuk sekolah mulai dari jam 07:30 dan pulang 14:00, setelah sekolah beberapa siswi melakukan les tambahan di luar sekolah. Dengan diet yang mereka lakukan dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap status gizi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan”.

1.2 PerumusanMasalah