Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran pola makan dan status gizi
remaja putri yang melakukan diet menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan”.
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangtersebutmakarumusanmasalahpenelitianiniadalahba gaimana gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet
menurunkan berat badan di SMA Negeri 7 Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui gambaran pola makan dan status gizi remaja putri yang melakukan diet untuk menurunkan berat badan di SMAN 7 Medan.
1.3.2 TujuanKhusus
Mengetahui pengetahuan tentang diet pada remaja putri di SMAN 7 Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi remaja
putri mengenai gambaran pola makan dan status gizi pada remaja putri yang diet menurunkan berat badan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi, khususnya penelitian
yang berhubungan dengan pola makan dan status gizi pada remaja putri yang diet menurunkan berat badan.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang usia berusia 12-21 tahun, yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial ekonomi Santrock, 2003. Seorang remaja haruslah sehat dan bertanggung jawab yaitu sehat secara fisik, psikologi, dan secara sosial.
Pada masa remaja, pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan cepat, baik anatomis tubuhnya maupun psikis. Banyak jenis penyakit dan gangguan pada tubuh
yang disebabkan oleh kebiasaan salah sejak masa remaja, sehingga sulit mengubah di saat dewasa seperti pola makan yang tidak sehat, pola tidur yang tidak baik, serta
kurang olahraga Roizen, 2012.
2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Masa Remaja 2.1.1.1 Pertumbuhan Fisik
Proses perkembangan fisik dari usia anak menjadi dewasa disebut pubertas. Pertumbuhan meningkat menjelang masa remaja, dan akhirnya pada masa remaja
terjadi laju pertumbuhan yang cepat seperti pada bayi. Masa remaja merupakan waktu tumbuh cepat kedua setelah bayi. Saat terjadinya perubahan laju pertumbuhan ini
sangat bervariasi Almatsier, 2011. Menurut Brown dalam Yulianti, 2005, Pertumbuhan fisik yang terjadi pada
remaja adalah pertumbuhan berat badan dan tinggi badan. Pada remaja puncak pertambahan berat badan terjadi selama growth spurt pertumbuhan cepat. Remaja
putri mengalami kenaikan berat badan sekitar 8,3 kg pertahun, umumnya terajdi saat
Universitas Sumatera Utara
umur 12,5 tahun dan kenaikan berat badan mulai stabil setelah mengalami menarche dan saat menginjak masa remaja akhir kenaikan berat badan berkisar 6,3 kg. Pada
remaja putri mengalami perubahan drastis pada komposisis tubuh sepanjang masa pubertas. Masa otot mengalami penurunan sebesar 14 sedangkan komposisi lemak
dalam tubuh meningkat 11, hal ini wajar terjadi pada remaja putri untuk pertumbuhan dan perkembangan seksualnya. Namun remaja putri memandang negatif
dan diikuti dengan ketidakpuasan terhadap berat badan, sehingga memicu mereka melakukan perilaku kesehatan yang buruk.
2.1.1.2 Perkembangan Psikososial
Berdasarkan perkembangan psikososial, remaja dibagi menjadi tiga periode yaitu remaja awal, remaja menengah, dan remaja akhir Brown, 2005:
1. Remaja awal, usia 12-14 tahun
Karakteristik remaja awal adalah mengalami percepatan pertumbuhan fisik dan seksual. Mereka kerap kali membandingkan sesuatu dengan teman sebaya dan
sangat mementingkan penerimaan oleh teman sebaya, hal ini mengakibatkan kemandirian dan cenderung mulai mengabaikan pengaruh yang berasal dari
lingkungan rumah. 2.
Remaja menengah, usia 15-17 tahun Remaja menenga memiliki karakteristik yaitu berkembangnya kesadaran
terhadap identiras diri. Khususnya pada remaja putri mereka mulai memperhatikan pertumbuhan fisik dan memiliki citra tubuh yang cenderung salah. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan pada bentuk tubuh sehingga menyebabkan mereka mulai berusaha merubah bentuk tubuh ideal menurut persepsi mereka. Mereka lebih
Universitas Sumatera Utara
mementingkan menghabiskan waktu di luar lingkungan rumah dan lebih terpengaruh oleh teman sebaya. Tekanan sosial yang timbul untuk menjadi kurus merupakam hal
yangn sangat sulit dilakukan untuk sebagian besar remaja putri, hal ini tentu saja akan meningkatkan pergolakan tekanan seksual dan sosial. Mereka berusaha diterima dan
mendapatkan dukungan dari teman sebaya dan orang tua. 3.
Remaja akhir, usia 18-21 tahun Remaja akhir ditandai dengan kematangan atau kesiapan menuju tahap
kedewasaan dan lebih fokus opada masa depan baik pendidikan, pekerjaan, seksual, dan individu. Karakteristik remaja akhir umumnya sudah nyaman dengan nilai
dirinya dan pengaruh teman sebaya sudah berkurang. Remaja putri adalah kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi
khususnyadefisiensi zat besi.Pada saat remaja putri sedang dalam masa pertumbuhan puncak peakgrowthdibutuhkan zat besi yang lebih tinggi yaitu untuk kebutuhan
basal tubuh dan pertumbuhan itu sendiri. Satu tahun setelah peak growth, remaja putri biasanya akan mengalami haid pertama menarche. Kebutuhan zat besi yang lebih
tinggi pada saat peak growthakan menetap karena selanjutnya diperlukan untuk menggantikan zat besi yang hilang pada saat menstruasi atau haid Briawan 2008.
Pada saat remaja putri memulai masa menstruasi, kebutuhan akan zat besi meningkatkan secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar
dibandingkan dengan remaja putra. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-harinya.
Remaja putri umumnya mengalami kekurangan zat besi, kalsium, dan vitamin A.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu, juga kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan magnesium dalam diet sehari-harinya Andri, 2013.
2.1.2 Kebutuhan Gizi Remaja
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, maupun aktivitas yangs emakin meningkat, makan kebutuhan akan
makanan yang mengandunfg zat-zat gizi pun menjadi cukup besar. Dibandingkan dengan fase-fase lainnya bayi, balita, anak-anak, dewasa, dan manula, total
kebutuhan zat-zat gizi selama masa remaja relatif lebih besar, kecuali pada masa menyusui dan kehamilan. Agar tubuh tetap sehat serta tumbuh berkembang dengan
baik, sebaiknya remaja mengonsumsi makanan yang sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan Andri, 2013.
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recomended Daily Allowwance RDA. Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh
remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis besar, remaja putra membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan remaja putri Arisman, 2004.
Kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh remaja putri memuncak pada usia 12 tahun 2.550 kkal, kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Kebutuhan energi tersebut sebagian besar diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan zat gizi di dalam tubuh dan aktifitas fisik daripada untuk
pertumbuhan.fisik. Remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan berat badan atau obesitas, walaupun asupan energi lebih rendah dari kebutuhan yang
direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif akan membutuhkan energi yang lebih banyak dari kebutuhan energi yang direkomendasikan. Konsumsi
Universitas Sumatera Utara
energi yang kurang dapat terjadi karena sumbernya, kebutuhan yang meningkat atau pada penyakit kronis Soetjiningsih, 2004.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk memperoleh energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh
manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat gizinya.Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air Kartasapoetra Marsetyo,2005.
2.1.2.1 Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam kehidupan karena merupakan sumber energi utama bagi manusia yang harganya relatif murah Almatsier, 2001.
Budiyanto 2004 juga menyatakan bahwa karbohidrat selain murah juga mengandung serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet dietary fiber yang
berguna bagi pencernaan dan kesehatan manusia.Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong,
talas dan sagu Almatsier, 2001.
2.1.2.2 Protein
Protein merupakansuatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.Protein juga mensuplai
sekitar12-14 asupan energi selama masa remaja.Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan pada remaja berkisar antara 44-59g, tergantung pada jenis
kelamindan usia. Berdasarkan BB, remaja usia 15-18 tahun berkurang menjadi
Universitas Sumatera Utara
0,8gkg. Rata-rata asupan sehari protein untuk wanita adalah 65 ghari Soetjiningsih, 2004.
Secara umum dikenal dua jenis protein yaitu protein hewani yang berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat diperoleh
dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari
kacang. Seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, oncom,tahu dan tempe Nurachmah, 2001.
2.1.2.3 Lemak
Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37 dari asupan energi total remaja,baik laki-laki maupun perempuan.Remaja sering mengkonsumsi lemak yang
berlebih.Sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi.Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah dengan memanfaatkan anekabuah dan sayur
serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan yang rendah lemak Soetjiningsih, 2004.
2.1.2.4 Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentukoleh tubuh.Vitamin termasuk
kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.Karena vitamin adalah zat organik maka
vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan Almatsier, 2001. Vitamin dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan.Kandungan vitamin
dan mineral pada buah dan sayuran bermanfaat untuk mengatur pengolahan bahan
Universitas Sumatera Utara
makanan serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.Biasanya banyak remaja yang kurang suka makan sayuran dan buah-buahan.Padahal, makanan tersebut sangat
bermafaat bagi tubuh. Vitamin yang yang dibutuhkan antara lain adalah vitamin B6, B12, asam folat, A, C, D dan E Choco, 2009.
2.1.2.5 Mineral
Mineral merupakan zat-zat anorganik yang masukke dalam tubuh berbentukgaram-garam mineral dan bersatu dengan zat organik dalam makanan.
Unsur mineral
ini sedikit
sekali diperlukan
tubuh, tetapi
mutlak dibutuhkan.Kekurangan unsur mineral dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan Fatimah, 2006. Pada masa remaja kebutuhan akan semua mineral juga meningkat.
Peningkatan akan zat besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium
yangdianjurkan sebesar 800 mg praremaja sampai 1.200 mg remaja.
2.1.3 Obesitas
Obesitas pada masa remaja dapat disebabkan faktor psikologis, fisiologis maupun adat istiadat. Makin lama remaja mengalami obesitas, makin besar
kecenderungannya menjadi
obesitas sampai
dewasa. Pendidikan
tentang penanggulangan kegemukan dapat dibuat lebih efektif dengan melalui berbagai cara
pendekatan, misalnya melalui organisasi pemuda atau kelompok olah raga. Agar berhasil, program terapi harus meliputi diet, olah raga, dan dukungan psikologis
termasuk dan keluarganya Narendra,2002.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.1 Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para remaja. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan
untuk mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala psiko logismerupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologisyang
paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk
tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Bagi remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah kepercayaan diri yang rendah dan
kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja putra yang lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal Dewi, 2004.
Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang ideal agar menjadi kurus. Pada umumnya mereka melakukan diet, berolahraga,
melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan.Tidak berbeda
dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki bobot yang berlebihan dianggap akan memiliki
permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau
berotot dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga merupakan kegiatan
yang menyiksa Dacey dan Kenny, 2001
Universitas Sumatera Utara
Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan fisik bagus cantik dan tidak gemuk akan meningkatkan kepercayaan diri pada
remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk obesitas adalah hal yang sangat ditakuti Dewi, 2004.
Hasil penelitian dari Pope, Philips, Olivardia 2000 menunjukkan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan pria. Penjelasan ini
bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria pun terkadang memperhatikan penampilan mereka.
Santrock 2003 mengatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja
putri maupun remaja putra.
2.2 Diet
Diet adalah pengaturan makanan yang harus dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang. Pada dasarnya, pengaturan makanan yang dianjurkan adalah
membatasi jumlah asupan makanan jauh dibawah kebutuhan tubuh yang bersangkutan, sehingga terjadi keseimbangan energi negatif yang disebut sebagai
defisit kalori. Dalam keadaan demikian, tubuh terpaksa memakai cadangan energi berupa cadangan glikogen maupun cadangan lemak Wirakusumah, 2001.
Saat ini diet merupakan salah satu cara yang paling populer untuk menurunkan berat badan, karena diet dapat dilakukan hampir semua orang, tidak
mahal, dan diterima secara sosial, dan tidak mendatangkan efek yang langsung terasa Hill dalam Elga, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian Kurnianingsih 2009, menunjukkan sebanyak 37,4 remaja putri melakukan diet penurunan berat badan. Faktor yang
mempengaruhi yaitu, status gizi, pengetahuan gizi, pengaruh keluarga, teman sebaya, media massa, dan tokoh idola yang menunjukkan bahwa ada nya hubungan terhadap
penurunan diet untuk menurunkan berat badan. Diet sebagai upaya untuk mengatur asupan zat gizi di bagi dalam beberapa
jenis, yaitu: -
Menurunkan berat massa badan; Misalnya bagi model dan aktris yang ingin menjaga penampilannya.
- Meningkatkan berat massa badan.
Misalnya bagi olahragawan atau atlet binaraga yang ingin meningkatkan massa otot.
- Pantang terhadap makanan tertentu, misalnya bagi penderita diabetes rendah
karbohidrat dan gula.
2.2.1 Jenis Perilaku Diet
Berikut dijabarkan beberapa perilaku diet sehat dan tidak sehat menurut KimLennon 2006:
2.2.1.1 Diet Sehat
Diet sehat dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat, seperti mengubah pola makan dengan menkonsumsi makan rendah kalori atau
rendah lemak , dan menambah aktivitas fisik secara wajar.Diet sehat dapat membuat seseorang memiliki tubuh ideal tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya
bagi tubuh. Diet sehat dapat dilakukan dengan cara mengurangi masukan kalori ke
Universitas Sumatera Utara
dalam tubuh namun tetap menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi seimbang Anwar, dalam Elga, 2007. Orang yang melakukan diet untuk alasan
kesehatan akan melakukan cara yang sehat pula, misalkan mengikuti pola makan yang dianjurkan KimmLennon, 2006.
Pola makan sehat yang dianjurkan agar pelaku diet senantiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang bagi tubuh mereka :
- Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran sebaiknnya
dikonsumsi paling sedikit lima porsi sehari. -
Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat sebaiknya dikonsumsi, khususnya yang mengandung serat tinggi seperti roti, pasta, sereal, dan
kentang. Untuk Indonesia sendiri, Karbohidrat lebih umum dikonsumsi dalam bentuk nasi, roti, mie, atau kentang sebagai makanan pokok yang dimakan
setiap hari Anwar, dalam Elga, 2007. -
Daging, ikan, dan sejenisnya sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah sedang dan lebih dianjurkan untuk memilih yang rendah lemak.
- Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya dikonsumsi dalam
jumlah yang sedang dan mengandung kadar lemak yang rendah, apabila memungkinkan.
- Cemilan dan makanan yang mengandung gula seperti keripik kentang,
permen, dan minuman yang mengandung gula sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah kecil dan jarang.
-
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2 Diet Tidak Sehat
Diet tidak sehat dapat diasosiasikan dengan perilaku yang membahayakan kesehatan dapat dilakukan dengan berpuasa diluar niat ibadah atau melewatkan
waktu makan dengan sengaja, penggunaan obat-obat penurun berat badan, penahan nafsu makan, atau
laxative , muntah dengan disengaja, dan
binge eating . Orang-orang
yang berdiet semata-mata bertujuan untuk memperbaiki penampilan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan mereka
KimmLennon, 2006.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Diet
Beberapa ahli menyatakan bahwa gambaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai
berikut:
2.2.2.1 Jenis Kelamin
Hal tersebut dikarenakan pada saat mulai memasuki masa remaja, seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya
semakin jauh dari bentuk tubuh yang ideal, sedangkan remaja laki-laki menjadi lebih puas karena massa otot yang meningkat. Brooks-Gunn Paikoff dalam Santrock,
2003. Ketidakpuasan terhadap gambaran tubuh pada remaja perempuan umumnya
mencerminkan keinginan untuk menjadi lebih langsing Davison,Markey, Birch dalam Markey, 2005.Sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan terhadap
tubuhnya juga timbul karena keinginan untuk menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot Evans, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.2 Media Massa
Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang.
Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial.Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi.Konsumsi
media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang
kurusdalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga
menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot, Tiggemann dalam Cash Pruzinsky, 2002.
2.2.3 Dampak Perilaku Diet
Menurut Raisa dalam Hawks, 2008, Perilaku diet dapat menimbulkan dampak bagi seseorang yaitu:
2.2.3.1Dampak Biologis
Peneliti mengatakan bahwa diet akan meningkatkan level sistemyc cortisol. Cortisol merupakan pertanda dari timbulnya stres, yang merupakan prediktor
terhadap level rasa lapar dan hal ini merupakan faktor yang berisiko terhadap timbulnya tulang yang rapuh.
2.2.3.2 Dampak Psikologis
Individu yang melakukan diet biasanya akan lebih depresi dan emosional daripada individu yang tidak diet, dan akan mengalami kecemasan, serta kurangnya
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian diri yang baik pada area sosialisasi, kematangan, tanggung jawab, dan struktur nilai intra personal.
2.2.3.3 Dampak Kognitif
Kerusakan dalam working memory, waktu reaksi, tingkat perhatian dan performansi kognitif dipengaruhi oleh tubuh, makanan, dan diet, yang disebabkan
oleh kecemasan yang dihasilkan oleh efek stres terhadap diet. Diet yang sering dilakukan remaja terutama remaja putri yaitu diet untuk
menurunkan berat badan. Sementara diet untuk menaikkan atau menurunkan berat badan dilakukan berdasarkan pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori
yang dibakar tubuh untuk melakukan suatu kegiatan. Jika seseorang mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang dibutuhkannya, maka berat badannya akan naik
dan sebaliknya. Oleh sebab itu, sebelum melakukan diet jenis ini kita berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi Adriani, 2012.
2.3 Pola Makan Remaja
Pola makan atau kebiasaan makan adalah cara-cara individu atau kelompok individu dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang tersedia
yang didasarkan oleh faktor-faktor sosial dan budaya dimana seseorang hidup Macclany dan Macbeth, 2004.
Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai pola makan yang tidak berebihan posinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam.
Keberagaman jenis makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan nutrisi-nutrisi penting bagi tubuh. Sutanto, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Khudin 2012, terdapat gangguan perilaku makan pada responden yang melakukan diet sebesar 9,2 dari 87 responden. Penelitian pada
mahasisiwi FK USU tahun 2010 didapatkan sebesar 8 responden memiliki gangguan perilaku makan. Angka ini menunjukkan pada saat ini remaja memiliki
resiko perilaku makan. Hal ini dikarenakan arus informasi yang berkembang dan penilaiann terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diterima di masyarakat adalah
bentuk tubuh yang ideal seperti role models iklan sehingga mendorong mereka untuk melakukan diet.
Berdasarkan penelitian Widianti 2012, sebanyak 40,3 remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya dan 59,7 merasa puas dengan bentuk
tubuhnya. Sebesar 56,9 remaja putri belum menjalankan perilaku makan yang baik dan 43,1 sudah menjalankan perilaku makan yang baik. Dari hasil penelitian ini
terdapat hubungan antara body image dan perilaku makan dengan status gizi remaja putri.
Ketika mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dalam jumlah yang banyak. Sesudah masa pertumbuhan yang cepat
growth spurt, biasanya mereka akan lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan
dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan mempengaruhi
kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang Adriani, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sediaoetama dalam, Vivi 2004, Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yaitu:
Tabel 2.1. Jenis dan Porsi Makanan yang Dianjurkan pada Usia 15-18 Tahun Makan pagi
Pukul 06.00-07.00 WIB Makan siang
Pukul13:00-14:00WIB Makan malam
Pukul 20:00 WIB
Nasi 1 porsi 100gr beras Telur 1 butir 50gr
Susu sapi 200gr Nasi 2 porsi 200gr beras
Daging 1 porsi 50gr Tempe 1 porsi 100 gr
Buah 1 porsi 75gr Nasi 1 porsi 100gr beras
Daging 1 porsi 50gr Tahu 1 porsi 100gr
Sayur 1 porsi 100gr Buah 1 porsi 100gr
Susu skim 1 porsi 20gr
Sumber : Sediaoetama, 2004 Untuk menerapkan pola makan yang sehat, anda perlu memperhatikan
kualitas dan kuantitas makanan tersebut. Cukup kalori untuk menjaga tubuh bertenaga, sedangkan pada saat yang sama, anda perlu memastikan makanan tersebut
mengandung protein, karbohidrat, dan lemak dalam jumlah yang seimbang. Anda perlu memilih makanan yang sehat dari ketiga kategori makanan itu. Kualitas dan
kuantitas makanan berpengaruh terhadap pengaturan selera makan Roizen, 2012. Suatu saat, ketika ketidakseimbangan sedikit saja pada organ-organ tubuh ini
makan akan banyak berdampak pada kenyamanan hidup kita, timbulnya penyakit misalnya, penyakit tentu akan membuat sistem dalam tubuh kita menjadi tidak
seimbang dan pada gilirannnya tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pola makan adalah :
1. Jumlah atau porsi makanan yang kita konsumsi
2. Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi
3. Jadwal atau waktu makan
Universitas Sumatera Utara
Pola makan yang sehat adalah pola makan yang tidak berlebihan porsinya dan terdiri dari jenis-jenis makanan yang sehat dan beragam. Keanekaragaman jenis
makanan yang dikonsumsi bermanfaat untuk mendapatkan kesempurnaan zat gizi penting bagi tubuh. Selain itu, mengingat masing-masing organ tubuh kita
mempunyai fungsi yang khusus untuk menjalankan proses-proses tertentu proses kimia, fisika, biologis, dan lain-lain maka sangat penting untuk mengetahui
bagaimana dan kapan proses-proses penting dalam tubuh kita terjadi. Hal ini perlu diketahui karena akan berpengaruh pada optimal atau tidaknya penyerapan gizi
makanan yang kita konsumsi. Sehingga zat-zat gizi yang kita makan tidak akan terbuang percuma karena makanan yang kita konsumsi tidak tepat waktu Sutanto,
2013. Diet sangat erat hubungannya dengan kesehatan tubuh kita. Menjaga pola
hidup sehat khususnya pola makan merupakan hal yang sangat penting bagi kita semua Saraswati, 2013.
2.3.1 Gangguan Pola Makan
Remaja yang melakukan diet bahkan ketika mereka memiliki berat badan normal, dapat mengancam status gizi mereka dalam hal kehilangan sejumlah besar
lemak. Kehilangan lemak tersebut dapat mengakibatkan amenorea, ketosis, massa tubuh berkurang, jaringan otot berkurang tanpa lemak, mengurangi angka
metabolisme basal, kelelahan, lekas marah, insomnia, kurang konsentrasi, dan kegagalan pertumbuhan. Selain itu, diet intermiten pada remaja obesitas dapat
menurunkan kebutuhan energi basal dan membuat penurunan berat badan lebih sulit.Gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa biasanya
Universitas Sumatera Utara
didahului oleh diet.Akibatnya, diet dianggap sebagai faktor risiko yang penting untuk pengembangan gangguan makan Savige, 2007.
Gangguan perilaku makan terdiri atas dua yaitu anoreksia nervosa dan bulimia. Berikut penjelasan yang saya rangkum dari beberapa literatur yaitu:
2.3.1.1 Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa, adalah salah satu gangguan makan dengan prevalensi sebesar 0.48 hingga 0.70 pada remaja wanita dan merupakan gangguan serius
yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis. Dampak gangguan fisik antara lain terhambatnya pertumbuhan, keterlambatan atau gangguan puberitas, dan
pengurangan massa tulang. Dampak fisik juga bisa dilihat dari besarnya tingkat kematian akibat anoreksia di Amerika Serikat, yaitu diperkirakan sebesar 5.6 per
dekade, dimana sekitar setengah kematian disebabkan karena gagal jantung dan setengahnya lagi karena bunuh diri. Sedangkan dampak psikologis seperti kondisi
penyerta psikologis yang umum, antara lain gangguan depresi, kecemasan, termasuk gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian Lock, 2010.
Prevalensi anoreksia diperkirakan sebesar 0.3 pada remaja perempuan dan dewasa muda di Amerika Serikat, prevalensinya meningkat selama transisi dari
remaja ke dewasa muda. Badan statistik Kanada memperkirakan sekitar 0.5-4 wanita akan mengalami anoreksia selama hidup mereka, dan mereka yang
kebanyakan dirawat karena keluhan anoreksia sebagian besar adalah remaja. Namun, hanya sepertiga dari penderita anoreksia yang menjalani pengobatan mental Bell,
2010.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2 Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa, merupakan gangguan yang ditandai dengan binge eating dan purguing, yang diikuiti dengan perilaku yang tidak nyaman untuk mencegah
kenaikan berat badan. Gangguan ini umumnya biasa terjadi selama masa remaja, dengan periode sekitar usia 18 tahun. Rasio penderita antara wanita dan laki-laki
adalah berkisar 10:1 hingga 20:1, dan berasal dari status ekonomi yang berbeda-beda ADA, 2011.
Remaja yang berisiko mengalami gangguan ini adalah kemungkinan mereka yang mengalami kelainan depresi biologis, yang diperburuk dengan konflik keluarga
dan aturan ekspektasi sosial. Penekanan sosial akan tubuh yang langsing seringkali membantu identifikasi penurunan berat badan seseorang sebagai solusi masalah. Diet
yang menyebabkan makan yang berlebihan, sehingga memulai gangguan yang seperti siklus. Penderita bulimia ini memiliki pola makan yang tampaknya kacau meskipun
ada aturan untuk mengonsumsi makanan yang mesti dimakan, seberapa banyak dan makanan
yang baik
serta makanan
yang dihindari.Meskipun
kriteria diagnosisgangguan makan berfokus pada perilaku makan berlebihan atau muntah,
sebagian besar penderita menghindari makanan mereka Mehler, 2003. Penyebab bulimia belum diketahui dengan baik, ada indikasi yg menytkn
bahwa faktor genetik memiliki peran penting. Gangguan sistem serotonergik, yang terlibat dalam pengaturan asupan makanan, serta budaya terhadap standar daya tarik
fisik, juga diyakini memiliki kontribusi Mehler,2003. Kebanyakan penderita dengan bulimia memuntahkan makanan tanpa stimulasi
medis. Untuk mengeluarkan kembali makanan yang masuk, penderita
Universitas Sumatera Utara
melakukanberbagai cara. Misalnya memuntahkan makanan yang telah ditelannya dengan memasukkan jari tangan, sedotan, sikat gigi, dan sebagainya. Cara lain adalah
berpuasa selama 24 jam tanpa makan dan minum, mengonsumsi pil pelangsing, dan obat pencahar Andriani, 2012.
2.3.2 Aspek-Aspek Pola Makan
Menurut Levidalam purwaningrum,2008, tindakan manusia terhadap maknanan dipengaruhi oleh aspek-aspek yaitu pengetahuan, perasaan, dan persepsi
terhadap makanan tersebut. Aspek-aspek pola makan adalah sebagai berikut:
2.3.2.1 Keteraturan Makan
Keteraturan makan yaitu dimana seperti saat memperlihatkan waktu makan pagi, siang, dan malam. Keteraturan makan ini dilihat dari waktu yang digunakan
untuk makan dan apakah di setiap waktu-waktu itu di penuhi dengan melakukan kegiatan makan.
2.3.2.2 Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal, diantaranya cara makan, tempat makan, dan beberapa aktivitas yang dilakukan saat makan.
Dilihat dari cara makan, seperti duduk, berdiri, ataupun berbaring ketika makan, dan aktivitas apa saja yang dilakukan saat makan yang dapat menghabiskan makanannya.
2.3.2.3 Alasan Makan
Makan yang dilakukan karena kebutuhan fisiologis rasa lapar, kebutuhan psikologis mood, perasaan, atau perasaan hati, kebutuhan sosial gengsi atau konformitas
antara teman sebaya. Bermacam-macam alasan inilah yang membuat seseorang memenuhi kebutuhan makannya tercapai.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.4 Jenis Makanan yang Dimakan
Makan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Seseorang akan senang dan meningkat selera makannya apabila disajikan dengan jenis makanan yang
disukainya. Hal ini akan berbanding terbalik di saat disajikan dengan makanan yang tidak disukai. Jenis makanan itu akan dihindari bahkan tidak akan di sentuh sama
sekali.
2.4 Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet Beck, 2001. Berdasarkan penelitian Khudhin 2012, pada perilaku makan terhadap status
gizi yaitu terdapat 4,8 remaja underweight mengalami gangguan makan, pada remaja yang berstatus gizi normal tidak ditemukan adanya gangguan perilaku makan,
responden dengan status gizi overweightmemiliki gangguan perilaku makan sebanyak 40, Sedangkan pada responden yang obesitas sebanyak 30 mengalami gangguan
perilaku makan.
Konsumsi makan yang kurang memenuhi syarat merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi. Keadaan pertumbuhan sangat erat
kaitannya dengan masalah konsumsi energi dan protein, maka ukuran tubuh sederhana sebagai refleksi keadaan misalnya berat badan dan tinggi badan dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan keadaan kurang gizi yang diakibatkan oleh kekurangan energi dan protein Almatsier, 2002.
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena remaja masih mengalami masa pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Remaja memiliki, kebutuhan gizi yang unik apabila ditinjau dari sudut pandang
sosial. Secara biologis kebutuhan gizi mereka selaras dengan aktivitas mereka. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap
energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum mengalami pubertas Andriani, 2012.
Pada masa remaja kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian karena: a.
Kebutuhan akan gizi yang meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan.
b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada
kebutuhan dan asupan zat gizi. c.
Kebutuhan khusus gizi perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang memiliki aktivitas olahraga, gangguan perilaku makan, konsumsi alkohol, obat-obatan
maupun hal-hal yang biasa terjadi pada remaja. Pada saat remaja putri mulai mendapat menstruasi, kebutuhan akan zat besi
meningkat secara drastis. Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut lebih besar dibandingkan remaja putra. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja banyak
mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makan sehari-harinya. Remaja putri umumnya kekurangan zat besi, kalsium dan vitamin A. Disamping itu juga
Universitas Sumatera Utara
kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan magnesium dalam diet sehari-harinya Sumanto, 2009.
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Usia Remaja Zat Gizi
Laki – laki
Perempuan 10
– 12 13 – 15 16 - 18 10 – 12 13 – 15 16 – 18
Energi kkal Protein g
Vitamin A RE Vitamin D μg
Vitamin E mg Vitamin K μg
Tiamin mg Riboflavin mg
Niasin mg
Asam folat μg Piridoksinmg
Vitamin B ₁₂ μg
Vitamin C mg Kalsium mg
Fosfor mg Magnesium mg
Besi mg
Yodium μg Seng mg
Selenium μg Mangan mg
Fluor mg 2050
50 600
5 11
35 1,0
1,0 12
300 1,3
1,8 50
1000 1000
170 13
120 14,0
20 1,9
1,7 2400
60 600
5 15
55 1,2
1,2 14
400 1,3
2,4 75
1000 1000
220 19
150 17,4
30 2,2
2,3 2600
65 600
5 15
55 1,3
1,3 16
400 1,3
2,4 90
1000 1000
270 15
150 17,0
30 2,3
2,7 2050
50 600
5 11
35 1,0
1,0 12
300 1,2
1,8 50
1000 1000
180 20
120 12,6
20 1,6
1,8 2350
57 600
5 15
55 1,1
1,0 13
400 1,2
2,4 65
1000 1000
230 26
150 15,4
30 1,6
2,4 2200
55 600
5 15
55 1,1
1,0 14
400 1,2
2,4 75
1000 1000
240 26
150 14,0
30 1,6
2,5
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 Untuk menilai status gizi dapat digunakan Indeks Massa Tubuh IMT dengan
rumus sebagai berikut : Berat Badan kg
IMT = Tinggi Badan ² meter
Universitas Sumatera Utara
Sesuai anjuran WHO status gizi baik mempunyai IMT 18,5-25. Nilai antara 25-30 termasuk status gizi lebih atau kelebihan berat badan dan nilai 30-40 disebut
kegemukan atau obesitas Tirtawinata, 2012.
Tabel 2.3. Status gizi, berat badan dan indeks masa tubuh Status Gizi
Berat Badan Indeks Massa Tubuh
Gizi lebih
Gizi baik Gizi kurang
Kegemukan Obesitas Gemuk Kelebihan BB
BB Ideal – BB Normal
Kurus Kurus sekali
30 - 40 25
– 29,9 ≥ 18,5 - 25
17 -18,4 16-16,9
Sumber : James WPT et al, modern nutrition in health and disease, 1994 2.4.1 Metode Penilaian Konsumsi Pangan
Menurut Supriasa dalam Vivi, 2001, Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. Untuk menilai status gizi
individu dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah pangan dan kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek, dari informasi tersebut dapat dihitung konsumsi gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan DKBM. DKBM adalah memuat susunan
kandungan zat -zat gizi berbagai jenis bahan makanan atau makanan. Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus
diketahui dari subjek penelitian, metode konsumsi makanan yang dipakai adalah metode ingatan 24 jam 24 hours food recall dan metode frekuensi konsumsi pangan
food frequency.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1.1 Metode Ingatan 24 Jam 24 hours recall method
Metode ingatan 24 jam digunakan untuk mengetahui kuantitas makanan yang dikonsumsi selama satu hari dengan menggunakan formulir food recall 24 jam. Pada
metode ini responden diminta menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu, dimulai dari sejak bangun tidur pagi sampai tidur malam
harinya. Metode ingatan 24 jam, jika dilakukan satu hari tidak dapat menggambarkan informasi rata-rata konsumsi. Sebaiknya dilakukan minimal 2x24 jam dengan selang
waktu 2 hari selama per sepuluh hari. Minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan
gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.
2.4.1.2 Metode Frekuensi Konsumsi Pangan food drequency method
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti
hari, minggu, bulan atau tahun Supariasa, 2001.
2.5 Kerangka Teori
Studi yang dilakukan oleh Adiningsih 2003 dan Apriadji 1986 menyebutkan bahwa status gizi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
psikologi harga diri, citra diri, konflik psikis, konsep kesehatan, persepsi, biologis umur, jenis kelamin, status pertumbuhan, status kesehatan, keturunan, individu
pengetahuan gizi, sikap makan, praktek makan, sosial ekonomi tren makanan modern, nilai makanan, makanan yang tersedia, tren mode, uang saku, pendidikan,
kebiasaan makan, perilaku makan frekuensi makan, diet, meninggalkan,
Universitas Sumatera Utara
makanan,perilaku makan juga dapat dipengaruhi lingkungan atau teman sebaya. Aktivitas tubuh menonton TV, rekreasi, tidur, olahraga, kegiatan sekolah, dan
kelainan metabolik akan membuat penggunaan zat gizi tidak efisien yang akan mempengaruhi status gizi.
Universitas Sumatera Utara
2.6.Kerangka Konsep
Dari tinjauan pustaka tersebut maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
: Variabel independen : Variabel dependen
Gambar 2.1. Kerangka konsep
Variable dependen pada penelitian ini adalah status gizi dan variable independen yang diteliti terbagi tuga yaitu pengetahuan tentang diet pada remaja
putrid, pola makan dalam penelitian ini adalah jenis, jumlah, dan frekuensi, dan metode diet yang terdiri dari diet sehat dan tidak sehat.
Pengetahuan tentang diet pada remaja putri
Pola makan: -
Jenis -
Jumlah -
frekuensi Status Gizi
Metode diet: -
Sehat -
Tidak sehat
Universitas Sumatera Utara
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenisdan Rancangan Penelitian