4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan Parameter Fisika-Kimia Perairan
Kondisi lingkungan fisika-kimia habitat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi senyawa metabolit sekunder karang lunak. Karang lunak
merupakan organisme yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap ekologi perairan Dinensen et al., 1983. Walaupun demikian, terdapat beberapa faktor
yang tidak dapat ditolerir seperti kekeringan yang terlalu lama, endapan yang tebal, dan penurunan kadar garam yang drastis. Data pendukung berupa hasil
analisis parameter fisika-kimia pada lokasi pengambilan sampel disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis parameter kualitas lingkungan perairan fisika-kimia pada lokasi pengambilan sampel karang lunak
No Parameter
Unit Lokasi
Barat pulau Pramuka Baku mutu
Fisika
1 Suhu
C 31
28-30 2
Kadar garam ppt
33 33-34
3 Kecerahan
100 5
Kimia
1 TSS
mgl 37
20 2
Derajat Keasaman pH
8,17 7-8,5
3 Nitrat
mgl 0,0032
0,008 4
Fosfat mgl
0,0099 0,015
5 COD
mgl 52,2941
80
Keterangan: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 untuk Biota Perairan Laut
Bapedalda DKI Jakarta – LP ITB, 1998
Kedua jenis sampel karang lunak dikoleksi pada lokasi yang sama yaitu pada perairan Barat pulau Pramuka. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
perairan pada lokasi pengambilan sampel masih berada pada kisaran baku mutu
air laut untuk mendukung kehidupan biota yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004.
Kondisi perairan pada lokasi pengambilan sampel terlihat jernih. Hal tersebut ditunjukkan oleh persentase kecerahan pada lokasi pengambilan sampel
mencapai 100 sampai dasar perairan. Kondisi perairan tersebut sangat mendukung kehidupan karang lunak mengingat intensitas cahaya matahari yang
tinggi sangat mendukung proses fotosintesis alga simbiotik dari karang lunak zooxanthellae. Zooxanthellae sendiri merupakan sumber nutrisi dan warna bagi
karang lunak Birkeland, 1997. Suhu pada lokasi pengambilan sampel karang lunak mencapai 31
C. Nilai suhu yang diperoleh melebihi batas kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan karang 25-29
C. Namun menurut Nybakken 1992 terdapat beberapa jenis karang lunak yang mampu mentolerir perubahan suhu
sampai kira-kira sekitar 36-40 C. Pengaruh perubahan suhu terhadap binatang
karang adalah respon makan menurun, banyak mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi menjadi berkurang.
Kadar garam merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan karang. Kadar garam pada lokasi pengambilan sampel mencapai 33 ppt, sehingga dapat
dikatakan kadar garam pada lokasi pengambilan sampel masih berada dalam kisaran yang masih mendukung hidup karang lunak. Derajat keasaman pada lokasi
pengambilan sampel sebesar 8,17. Angka tersebut menunjukkan bahwa derajat keasaman perairan masih dalam batas standar baku mutu menurut Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Effendi 2003 bahwa pH air laut umumnya berada pada kisaran 7-8,5.
Kesuburan suatu perairan dapat diukur dari nutrien yang terkandung pada perairan
tersebut. Nutrien yang diukur pada lokasi pengambilan sampel adalah nitrat dan fosfat. Kandungan nitrat pada lokasi pengambilan sampel adalah 0,00321 mgl
dan fosfat sebesar 0,0099 mgl. Kandungan nutrien tersebut berfungsi untuk mendukung pertumbuhan karang lunak. COD Chemical Oxygen Demand
merupakan suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan
organik dalam kondisi aerobik. Hasil pengukuran COD pada penelitian ini mengindikasikan bahwa perairan tersebut kemungkinan mengalami kontaminasi
bahan organik, atau menunjukkan bahwa perairan tersebut merupakan perairan yang cukup subur namun masih tergolong normal
Hariyadi, 2004.
4.2. Identifikasi Karang Lunak