mengandung bakteri dan bersifat tidak merusak inangnya Kim, 1994. Bakteri yang disolasi dari avertebrata laut merupakan sumber yang menjanjikan dalam
pencarian produk hayati laut dengan berbagai aktivitas biologis. Raveendran dan Limna 2009 menyatakan bahwa Pseudoalteromonas tunicata yang diisolasi dari
tunicate Ciona intensitanalis, memperlihatkan adanya aktifitas antifouling melawan larva Balanus amphitrite dan Ciona intestinalis. Selain itu juga
Alteromonas sp. yang diisolasi dari sponge Halichondria okadai yang menghasilkan ubiquinone-8 metabolit penghambat mampu menghambat
terbentuknya biofilm. Bukti-bukti keterlibatan bakteri asosiasi dalam menghasilkan senyawa bioaktif menjadikan bakteri asosiasi tersebut sebagai hal
yang sangat penting dalam bidang biologi laut dan produk alami laut. Hal tersebut dikarenakan potensi yang dimilikinya dapat menjadi sumber baru sehingga dapat
menyelesaikan masalah suplai produk alami laut tanpa harus melakukan pemanenan biomassa inang secara berlebihan Li, 2009.
2.3. Senyawa Bioaktif sebagai Sumber Antifoulant Alami
Karang lunak merupakan salah satu organisme bentik sesil yang memiliki kemampuan menghasilkan metabolit sekunder sebagai salah satu upaya
pertahanan diri terhadap lingkungan. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh karang lunak diantaranya terpenoid, steroid, dan steroid glikosida. Salah satu
senyawa kimia yang paling banyak ditemukan pada karang lunak adalah terpenoid. Terpenoid merupakan suatu kelompok senyawa kimia dari golongan
hidrokarbon isometrik dengan rumus molekul C
10
H
16
yang memiliki aroma atau bau harum Coll dan Sammarco, 1983. Senyawa terpen dari beberapa jenis
karang lunak disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Senyawa terpenoid dari beberapa jenis karang lunak Nama senyawa
Jenis karang lunak Literatur
Lobolide Lobophytum crassum
Tursch et al., 1978 Crassolide
Lobophytum crassum Tursch et al., 1978
Nephtenol Lobophytum pauciflorum
Tursch et al., 1978 Sinularide
Sinularia flexibilis Tursch et al., 1978
Dihydrosinularian Sinularia flexibilis
Tursch et al., 1978 11-Episinularide acetate
Sinularia queciformis Tursch et al., 1978
Sarcopane Sarcophyton glancum
Tursch et al., 1978 Flexibilide
Sinularia flexibilis Sammarco dan Coll, 1988
Isosarcophytoxides Sarcophyton sp
Sammarco dan Coll, 1988 13-Hydroxylobolide
Lobophytum crassum Sammarco dan Coll, 1988
Epoxypulide Sinularia sp
Sammarco dan Coll, 1988 Lobohediliolide
Lobophytum hedleyi Sammarco dan Coll, 1988
Pukalide Lobophytum
microbulatum Sammarco dan Coll, 1988
Sumber: Tursch et al. 1978 dan Sammarco dan Coll 1988
Senyawa biaoktif bioactive compound merupakan senyawa kimia aktif yang dihasilkan secara alamiah oleh organisme melalui jalur biosintetik metabolit
sekunder. Metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi pada saat kebutuhan metabolisme primer sudah terpenuhi dan digunakan dalam
mekanisme evolusi spesies atau strategi adaptasi terhadap lingkungan Torsell, 1983. Pembentukan senyawa metabolit sekunder sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan organisme. Produksi metabolit sekunder karang lunak merupakan kompetisi akibat interaksi dengan lingkungan biotik, abiotik dan sebagai senjata
kimia terhadap predator Harper et al., 2001. Metabolit sekunder tersebut berperan penting dalam fungsi ekologis terutama untuk perlindungan terhadap
predator, kompetisi ruang hidup serta memberikan pertahanan kimia sebagai
antimikroba untuk mencegah terjadinya infeksi dan fouling Sammarco dan Coll,
1992.
Bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak juga diketahui dapat menghasilkan senyawa aktif sebagai penghambat organisme fouling pada
inangnya Armstrong et al., 2000. Hasil penelitian Sabdono et al. 2005 menunjukan bahwa 10 isolat dari 371 isolat bakteri yang berhasil diisolasi dari
karang lunak Sarcophyton sp. dan Sinularia sp. di perairan Ujung Kulon dan Karimunjawa menunjukkan adanya aktifitas antifoulant. Selain itu juga ekstrak
kasar dari Pelagiobacter variabilis UPS3.37 diketahui mempunyai aktifitas antifouling terhadap bakteri fouling. Uji macrofouling menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak kasar tanpa campuran cat mampu menurunkan jumlah penempelan bernakel Sabdono, 2007. Metabolit sekunder yang dihasilkan
organisme laut merupakan penemuan baru yang dapat dijadikan sebagai alternatif teknologi non-toksik untuk mengontrol biofouling di laut.
2.4. Aktivitas Biofouling di Laut