5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bakteri asosiasi yang terisolasi pada karang lunak Sinularia dura Sd dan Lobophytum strictum Ls memperlihatkan bahwa jumlah isolat bakteri asosiasi
Sd lebih banyak dibandingkan bakteri asosiasi Ls. Hasil isolasi menunjukkan 16 isolat bakteri asosiasi telah berhasil diisolasi dari Sd dan 8 isolat bakteri asosiasi
dari Ls. Uji antagonis menunjukkan bahwa 95,83 dari total bakteri asosiasi karang lunak memiliki sifat antagonis terhadap bakteri pembentuk biofilm dan
mampu menghambat pembentukkan biofilm. Berdasarkan diameter zona hambatan yang dihasilkan, bakteri asosiasi Sd memiliki tingkat aktivitas
penghambatan yang lebih tinggi daripada bakteri asosiasi Ls. Uji penghambatan terhadap biofilm menunjukkan bahwa biofilm menjadi lebih resisten terhadap
isolat bakteri asosiasi karang lunak dibandingkan dengan bakteri pembentuk biofilm. SD6 dan LS1 merupakan bakteri asosiasi karang lunak yang memiliki
tingkat aktivitas penghambatan paling tinggi terhadap bakteri pembentuk biofilm dan biofilm. Sehingga bakteri SD6 dan LS1 berpotensi sebagai sumber anti-
microfouling alami yang ramah lingkungan.
5.2. Saran
Perlu dilakukan uji ulangan dengan menggunakan biofilm target untuk mencari penyebab tinggi atau rendahnya efektivitas uji hambat, serta dilakukan uji
ulangan dengan menggunakan substansi dari intra dan ekstraseluler bakteri sebagai bahan ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Adonizio, A.L. 2008. Anti-quorum sensing Agents From South Florida Medicinal Plants and Their Attenuation of Pseudomonas aeruginosa
Pathogenicity. FIU Electronic Theses and Dissertations, Florida International University. http:biobakteri.wordpress.com200906078-
biofilm. 25 Agustus 2011.
Armstrong, E., L. Yan, K.G. Boyd, P.C. Wright, dan J.G. Burgess. 2001. The symbiotic role of marine microbes on living surfaces. Hydrobiologia, 461:
37-40. Arlyza, S.I. 2007. Bahan aktif dari organisme laut sebagai pengendali biota
penempel. Oseana. 321: 39-48. Bauman. 2009. biofilm, Pseudomonas putida, Streptococcus mutans.
http:biobakteri.wordpress.com200906078-biofilm. 9 Agustus 2011. Bayer, F.M. 1956. Octocorallia. In : Treatise on Invertebrata Palaeotology,
Coelenterata. R.C. Moore. Dan F. Part ed. Univ. Kansas Press. Lawrence. Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. International Thomson
Publishing. New York. Chambers, L.D., K.R. Stokes, F.C. Walsh, dan R.J.K. Wood. 2006. Modern
approaches tomarine antifouling coating. Surface Coatings Technology, 201: 3642
–3652. Coll, J.C. dan P.W. Sammarco. 1983. Terpenoid toxins of soft corals Cnidaria,
Octocorallia their nature, toxicity and ecological significance. Toxicol Suppl, 413: 69-72.
Davidstout. 1971. Disc plate method of microbiological antibiotic assay. Journal of Microbiology, 224: 659-665.
Dewanti, R., dan Haryadi. 1997. Pembentukan biofilm bakteri pada permukaan padat. Buletin Teknolgi dan Industri Pangan, 81: 70-76.
Dinensen, Z.D. 1983. Pattern in the distribution of soft coral across the central Great Barrier Reef. Coral Reefs, 1: 229-236.
Donlan, R.M. 2002. Biofilm: Microbial Life on Surface. Emerging Infectious Diseases. 89.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Jakarta..
Fabricius, K. dan P. Alderslade. 2001. Soft coral and sea fans: a comprehensive guide to tropica; shallow-water genera of the central-west pasific, the indian
ocean and the red sea. Institute of Marine Science. Town. Fachrul, M.F. 2007. Metode sampling bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Faulkner, D.J., M.. Harper, M.G. Haygood, C.E. Salomon, dan E.W. Schmidt. 2000. Symbiotic bacteria in sponges: source of bioactive substances. In: N.
Fusetani ed. Drugs from the sea. Basel. Karger. Harder, T. 2004. Analytical chemistry of natural product with Marine Biology,
Larval Biology, Environmental Microbology and Molecular Biology. Hariyadi, D. 2004. BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku
mutu air limbah. [Tesis]. Institut pertanian Bogor. Bogor. Harper, M.K., T.S. Bugni, B.R. Copp, J.D. James, B.S. Lindsay, A.D. Richardson,
P.C. Schnabel, D. Tasemir, F.M.V. Wagoner, S.M. Veritski, dan C.M. Ireland. 2001. Introduction to the Chemical Ecology of Marine Natural
Products. Hlm.3-29. In J.B. McClintock, B.J. Baker ed. Marine Chemical Ecology. CRC Press USA. New York.
Ine dan Ant. 2001. RI Tandatangani Konvensi Larangan Penggunaan Cat Kapal. Warta. Ed. Kamis, 11 Oktober 2001.
Ismet, S.A. 2007. Penapisan senyawa bioaktif spons Aaptos aaptos dan Petrosia sp. dari lokasi yang berbeda. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kim, K.Y. 1994. Antimicrobial activity in Gorgonian corals Coelenterata, Octocorallia. Coral Reefs, 13: 75-80.
Li, Z. 2009. Advance in marine microbial symbionts in the china sea and related pharmaceutical metabolites. Mar. Drugs, 7: 113-129.
Loeb, G.I. dan R.A. Neihof. 1975. Marine conditioning films. In R.E Baier ed Applied chemistry at protein interfaces. American Chemical Society,
Washington, DC. Advances in Chemistry Series, 1045: 319-335 . Manuputty, W.E.A. 1986. Karang lunak, salah satu penyusun terumbu karang.
Oseana, 114: 131-141. Manuputty, W.E.A. 2002. Karang lunak soft coral perairan Indonesia.
Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. Marhaeni, B. 2011. Potensi bakteri simbion tumbuhan lamun sebagai penghambat
terjadinya biofouling di laut. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mearns-Spargg, A., M. Bregu, K.G. Boyd, dan J.G. Burgess. 1998. Cross-species
induction and enhancement of antimicrobial activity produced by epibiotic bacteria from marine algae and invertebrates, after exposure to terrestrial
bacteria. Letter Applied Microbiology, 27: 142-146.
Munn, C.B. 2004. Marine Microbiology, Ecology and Aplication. Garland Science BIOS Science Publishers.
Murniasih, T. 2005. Substansi kimia untuk mempertahankan diri dari hewan laut tak bertulang belakang. Oseana, 302: 19-27.
Murniasih, T. dan A. Rasyid. 2010. Potensi bakteri yang berasosiasi dengan spons asal Barang Lompo Makassar sebagai sumber bahan antibakteri. Oseana,
363: 281-292. Nofiana, R., Kadarisno, Daryat, dan A. Sapan. 2009. Characteristics of
Antimicrobial Activity of Eucheuma cottonii Doty-Associated Bacteria Extracts. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 122: 14-153.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, dan S.
Sukardjo. PT. Gramedia. Jakarta. Pelczar, M. J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2.
Diterjemahkan oleh R.S. Hadioetomo, T. Imas, S.S. Tjitrosomo, dan S.L. Angka. Penerjemah. UI Press, Jakarta.
Proksch, P., R.A. Edraa, dan R. Ebel. 2002. Drugs from the seas-current status and microbiological implications. Appl. Microbiol. Biotechnol, 59:125-134.
Radjasa, O.K., A. Sabdono. dan Suharsono. 1999. The growth inhibition of marine biofilm-forming bacteria by the crude extract of soft coral Sinularia
sp. J. Coastal Development, 2: 329-334. Radjasa, O.K. 2004. Marine invertebrate-associated bacteria in coral reef
ecosystem as a new source of ioactive compounds. J. Coast. Dev, 7: 65-70. Railkin, A.I. 2004. Marine Biofouling; Colonization Processes and Defence. CRC
Press. Florida. Raveendran, T.V. dan M.P.V. Limna. 2009. Natural Product Antifoulants. Review
Article. National Institute of Oceanography Regional Centre. India. Rittchof, D. 2001. Natural poduct antifoulant and coatings development. In: J.B.
Mcclintock, dan B.J. Baker ed. Marine Chemical Ecology eds. CRC Press
Sabdono, A., O.K. Radjasa, dan T. Bachtiar. 2005. Eksplorasi senyawa bioaktif antifoulant bakteri yang berasosiasi dengan avertebrata laut sebagai
alternatif penanganan biofouling di laut. Pusat studi pesisir dan laut tropis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sabdono, A. 2007. Pengaruh ekstrak antifouling bakteri karang Pelagiobacter variabilis Strain USP3.37 terhadap penempelan bernakel di perairan pantai
Teluk Awur, Jepara. J. Coast. Dev, 121: 18-23
Sammarco, P.W. dan J.C. Coll. 1988. The chemical ecology of alcyonarian corals Coelenterata: Octocorallia. In: Scheuer, P. J. ed.. Bioorganic marine
chemistry, 2: 87-116. Sammarco, P. W. dan J.C. Coll. 1990. Lack of predictability in terpenoid
function: multiple roles and integration with related adaptations in soft corals. J. Chem. Ecol, 16: 273-289.
Sammarco, P.W. dan J.C. Coll. 1992. Chemical adaptation in the Octocorallia: Evolutionary considerations. Marine Ecology Progress Series, 88: 93-104.
Soedharma, D. dan A. Fauzan. 1996. Imposex pada Neogastropoda Thais sp sebagai akibat kontaminasi Tributyltin Senyawa Sn dari cat pelapis Kapal
di sekitar Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 41: 45-53.
Sudaryanto, A., M. Muhtar, H. Razak, dan S. Tanabe. 2001. Pencemaran Senyawa Butyltin di sedimen dari perairan Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi,
35: 64-69. Torsell, K.B.G. 1983. Natural product chemistry: a mechanistic and biosynthetic
approach to secondary metabolisme. British: John Wiley Sons,Ltd. Tursch, B., C.J. Braekman, D. Dalose, dan M. Kasin. 1978. Terpenoid from
Coelenterata. In: P.J. Scheuer ed. Marine Natural Products. Chemical and Biological Perpectures II, Academic Press. New York.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Identifikasi Sampel Karang Lunak 1.
Sinularia dura
a. Pengamatan dengan Mikroskop
a.Fragmen karang lunak b. Potongan fragmen c. Perendaman
d. Koloni karang lunak e. Spikula bagian lobus f. Spikula bagian basal
b. Perbandingan dengan Literatur Manuputty, 2002
Hasil Pengamatan Literatur
a. Spikula pada bagian lobus
b. Spikula pada bagian basal
2. Lobophytum strictum