Uji Hambat Uji Antagonisme Bakteri Asosiatif Karang Lunak terhadap Pembentukkan

Gambar 15. Persentase bakteri pembentuk biofilm yang dihambat oleh bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls Persentase bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls yang aktif dalam uji antagonisme terhadap bakteri pembentuk biofilm memperlihatkan bahwa bakteri asosiasi Ls memiliki persentase penghambatan lebih besar terhadap ke tiga bakteri pembentuk biofilm dibandingkan dengan bakteri asosiasi Sd. Secara keseluruhan, berdasarkan grafik dapat dikatakan bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls memiliki aktivitas penghambatan lebih besar terhadap bakteri C. Hal tersebut dikarenakan bakteri C merupakan bakteri Gram - yang mana bakteri Gram - memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis 10-15 nm dibandingan dengan bakteri Gram +, sehingga bakteri ini umumnya kurang rentan terhadap senyawa dan gangguan fisik.

4.6. Uji Hambat Uji Antagonisme Bakteri Asosiatif Karang Lunak terhadap Pembentukkan

Biofilm Uji antagonisme selanjutnya dilakukan antara isolat bakteri asosiasi karang lunak terhadap biofilm campuran dari ketiga bakteri pembentuk biofilm. Gambar 16 merupakan tingkat aktivitas penghambatan bakteri asosiasi karang lunak terhadap pembentukkan biofilm dilihat dari diameter zona hambat yang dihasilkan Sumber: Diolah dari Lampiran 10 Gambar 16. Diameter zona hambatan mm uji penghambatan bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls terhadap biofilm Uji kuantitatif menunjukkan bahwa setiap isolat bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls semuanya memperlihatkan adanya aktivitas penghambatan terhadap biofilm. Hal tersebut dapat dilihat dari terbentuknya diameter zona hambatan pada setiap isolat bakteri asosiasi karang lunak Gambar 16. Zona hambat uji antagonisme memperlihatkan hasil bahwa bakteri asosiasi Sd memiliki aktivitas penghambatan yang lebih beragam terhadap pembentukkan biofilm. Hal tersebut dapat dilihat dari diameter zona hambatan yang dihasilkan pada setiap isolat bakteri asosiasinya. Sementara bakteri asosiasi Ls memiliki aktivitas penghambatan yang hampir sama pada setiap isolatnya. Adonizio 2008 menyatakan jika suatu bakteri telah membentuk biofilm dan berkolonisasi dalam suatu jaringan atau organ biasanya sudah resisten terhadap beberapa jenis antibakteri. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Tingkat resistansi bakteri pembentuk biofilm dan biofilm terhadap bakteri asosiasi Sd dan Ls Berdasarkan Gambar 17 secara keseluruhan dapat dikatakan tingkat resistansi biofilm cenderung lebih tinggi terhadap isolat bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls. Meningkatnya tingkat resistansi biofilm dilihat dari menurunnya diameter zona hambatan yang dihasilkan oleh setiap bakteri asosiasi. Semakin kecil diameter zona hambatan yang dihasilkan artinya semakin tinggi resistansi yang dimiliki oleh bakteri uji. Tingginya tingkat resistansi pada biofilm disebabkan karena adanya interaksi dan komunikasi antar bakteri dalam biofilm, sehingga resistansi yang diperoleh tidak hanya berasal dari satu bakteri saja. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Bauman 2009 bahwa ketika bakteri tersebut menjadi bagian dari biofilm maka bakteri akan saling bekerja sama dan mendapatkan resistensi dari bakteri lainnya sehingga tingkat resistansinya menjadi meningkat. Namun demikian, bakteri asosiasi karang lunak masih menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap biofilm meskipun dalam tingkatan yang lebih rendah. Bakteri SD6 merupakan bakteri asosiasi Sd yang menghasilkan diameter zona hambat paling tinggi 3,7 mm. Sementara bakteri asosiasi Ls yang menghasilkan diameter zona hambat paling tinggi adalah bakteri dengan kode isolat LS1 1,9 mm. Besarnya diameter zona hambatan yang melebihi diameter zona hambat kontrol 1 mm, diduga menujukkan suatu indikasi tingginya kandungan metabolit sekunder yang bersifat antibakteri pada bakteri tersebut.

5. KESIMPULAN DAN SARAN