Uji Hambat Uji Antagonisme Bakteri Asosiasi Karang Lunak terhadap Pertumbuhan Bakteri Pembentuk

satu isolat bakteri C berasal dari bakteri Gram -. Ketiga bakteri pembentuk biofilm tersebut akan dijadikan sebagai bakteri uji untuk mengetahui kemampuan bakteri asosiatif karang lunak dalam menghambat pertumbuhan biofilm yang merupakan rantai utama terbentuknya biofouling di laut.

4.5. Uji Hambat Uji Antagonisme Bakteri Asosiasi Karang Lunak terhadap Pertumbuhan Bakteri Pembentuk

Biofilm Penapisan bakteri asosiasi karang lunak dilakukan dengan uji antagonisme antara bakteri asosiasi karang lunak terhadap bakteri pembentuk biofilm. Bakteri pembentuk biofilm tersebut terdiri dari bakteri A dan bakteri B sebagai perwakilan bakteri Gram + dan bakteri C sebagai perwakilan bakteri Gram -. Hasil uji antagonis antar isolat bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak Sd dan Ls terhadap pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil uji antagonis antar populasi bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak Sd dan Ls terhadap bakteri pembentuk biofilm No Kode Sinularia dura Kode Lobophytum strictum Bakteri pembentuk biofilm Bakteri pembentuk biofilm A B C A B C 1 SD1 + - + LS1 + + + 2 SD2 - - - LS2 + - + 3 SD3 + - - LS3 - + + 4 SD4 - - + LS4 - - + 5 SD5 - + + LS5 + - + 6 SD6 + + + LS6 + + - 7 SD7 - - + LS7 - + + 8 SD8 - + + LS8 + - + 9 SD9 + + - 10 SD10 + - + 11 SD11 + + - 12 SD12 - + + 13 SD13 + - + 14 SD14 - + - 15 SD15 - - + 16 SD16 + - + Keterangan: + = antagonis; - = tidak antagonis Masing-masing isolat bakteri asosiasi memiliki kemampuan antagonisme yang beragam pada setiap bakteri uji. Hasil analisis uji sifat antagonisme antar isolat bakteri asosiasi menunjukkan bahwa dari 24 total bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak Sd dan Ls, hanya satu isolat bakteri yang tidak memiliki sifat antagonisme terhadap semua bakteri pembentuk biofilm yaitu bakteri dengan kode isolat SD2. Tabel 9 menunjukkan bahwa bakteri asosiasi karang lunak Ls memiliki persentase antagonisme lebih tinggi dibandingkan bakteri asosiasi Sd walaupun jumlah bakteri asosiasi yang terisolasinya lebih banyak. Tabel 9. Persentase bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls yang aktif pada uji antagonisme terhadap pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm Jenis Karang Lunak Persentasi bakteri penghambat Sinularia dura 93,75 Lobophytum strictum 100 Hasil penapisan awal diperoleh 15 isolat dan 8 isolat bakteri yang memiliki sifat antagonisme terhadap bakteri pembentuk biofilm berturut-turut dari bakteri Sd dan Ls Gambar 12. Ke 23 bakteri tersebut merupakan isolat terpilih untuk dilakukan uji antagonisme selanjutnya. Gambar 12. Jumlah isolat bakteri asosiasi yang positif pada uji antagonisme terhadap pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm. Uji antagonisme dilakukan untuk melihat tingkat penghambatan dari bakteri asosiasi karang lunak terhadap bakteri pembentuk biofilm berdasarkan diameter zona bening zona hambatan yang terbentuk di sekitar paper disk. Tingkat penghambatan isolat bakteri asosiasi karang lunak terhadap bakteri pembentuk biofilm disajikan pada Gambar 13. Sinularia dura Lobophytum strictum . Sumber : Diolah dari Lampran 8 Keterangan: SD : kode bakteri asosiasi Sinularia dura LS : kode bakteri asosiasi Lobophytum strictum Gambar 13. Diameter zona hambat mm hasil uji antagonisme bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls terhadap pertumbuhan bakteri A , B dan C Berdasarkan hasil uji antagonisme, diameter zona hambatan yang dihasilkan oleh isolat bakteri asosiasi karang lunak berbeda-beda pada setiap bakteri uji. Zona hambatan yang terbentuk merupakan hasil dari perlawanan isolat bakteri asosiasi terhadap pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm. Zona hambatan tersebut mengindikasikan adanya aktivitas antagonisme dari isolat bakteri asosiasi tersebut. Semakin tinggi diameter zona hambatan yang dihasilkan, mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula tingkat perlawanan yang dimiliki oleh isolat bakteri asosiasi. Gambar 13 menunjukkan bahwa secara keseluruhan dapat dikatakan bakteri asosiasi Sd memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan bakteri asosiasi Ls. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat perlawanan bakteri asosiasi Sd terhadap bakteri pembentuk biofilm lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat perlawanan dari bakteri asosiasi Ls. Berdasarkan diameter zona hambatan yang dihasilkan, dalam penelitian ini bakteri SD6 merupakan isolat bakteri yang memiliki aktivitas antagonisme paling tinggi diantara isolat bakteri lainnya. Berdasarkan Davidstout 1971 bakteri SD6 memiliki aktivitas penghambatan yang tergolong sedang dengan diameter zona hambatan sebesar 6,9 mm. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan kekuatan antibakteri bahwa diameter hambatan 20 mm atau lebih masuk kategori sangat kuat, diameter hambatan 10-20 mm kuat, diameter hambatan antara 5-10 mm sedang dan diameter hambatan 5 mm atau kurang lemah. Rendahnya aktivitas penghambatan yang dimiliki bakteri asosiasi karang lunak terhadap pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm salah satunya disebabkan oleh penggunaan isolat yang kurang tepat ketika proses uji hambat. Produktivitas optimal senyawa metabolit sekunder terjadi ketika kultivasi bakteri berada pada fase stasioner. Berdasarkan Gambar 14 fase stasioner berlangsung dari jam ke-10 dengan log kepadatan 9,692832 selml sampai jam ke-42 dengan log kepadatan 9,696906 selml . Sementara uji hambat dalam penelitian ini menggunakan isolat bakteri yang sudah memasuki fase kematian jam ke-48 sehingga diduga produktivitas metabolit sekunder yang dihasilkan bakteri mulai menurun. Sumber: Diolah dari Lampiran 9 Gambar 14. Kurva pertumbuhan bakteri asosiasi karang lunak Tingkat aktivitas antagonisme dari suatu isolat juga dilihat dari kemampuan suatu senyawa dalam menghambat jumlah bakteri lain untuk tumbuh. Jumlah bakteri pembentuk biofilm yang dihambat pada uji antagonisme bakteri asosiasi Sd dan Ls memperlihatkan hasil bahwa secara keseluruhan bakteri asosiasi Ls mampu menghambat bakteri pembentuk biofilm lebih banyak dibandingkan bakteri Sd. Gambar 15 merupakan grafik tingkat aktivitas antagonisme dalam persen penghambatan dilihat dari banyaknya bakteri pembentuk biofilm yang dihambat. 2 4 6 8 10 12 20 40 60 80 100 120 140 L og Popu las i Waktu inkubasi Jam ke- Gambar 15. Persentase bakteri pembentuk biofilm yang dihambat oleh bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls Persentase bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls yang aktif dalam uji antagonisme terhadap bakteri pembentuk biofilm memperlihatkan bahwa bakteri asosiasi Ls memiliki persentase penghambatan lebih besar terhadap ke tiga bakteri pembentuk biofilm dibandingkan dengan bakteri asosiasi Sd. Secara keseluruhan, berdasarkan grafik dapat dikatakan bakteri asosiasi karang lunak Sd dan Ls memiliki aktivitas penghambatan lebih besar terhadap bakteri C. Hal tersebut dikarenakan bakteri C merupakan bakteri Gram - yang mana bakteri Gram - memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis 10-15 nm dibandingan dengan bakteri Gram +, sehingga bakteri ini umumnya kurang rentan terhadap senyawa dan gangguan fisik.

4.6. Uji Hambat Uji Antagonisme Bakteri Asosiatif Karang Lunak terhadap Pembentukkan