37 | H a l a m a n
§ Bagi WP Luar Negeri selain BUT
20 x selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi,
tidak termasuk bunga berjalan
c Diskonto dari Obligasi tanpa bunga §
Bagi WP Dalam Negeri BUT 15 x selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi
§ Bagi WP Luar Negeri selain BUT
20 x selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi d Bunga danatau diskonto dari Obligasi yang diterima danatau diperoleh
WP Reksadana yang terdaftar pada Bapepam LK §
Tahun 2009 – 2010 §
Tahun 2011 – 2013 5
§ Tahun 2014 dan seterusnya
15 17
Dividen yang diterima atau diperoleh WP OP Dalam Negeri
10 x Ph Bruto PP 19 Tahun 2009
C. Yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat 3 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
1. - Bantuan, atau Sumbangan -
Harta Hibah PP Nomor 18 Tahun 2009 tentang Bantuan atau Sumbangan
termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan
21
, mengatur antara lain; a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek Pajak penghasilan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Hubungan usaha antara pihak yang memberi dan yang menerima dapat terjadi, misalnya PT A sebagai produsen suatu jenis barang yang bahan
baku utamanya diproduksi oleh PT B. Apabila PT B memberikan sumbangan bahan baku kepada PT A, sumbangan bahan baku yang
diterima oleh PT A merupakan objek pajak. b. Zakat adalah zakat yang diterima oleh:
1 Badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
2 Penerima zakat yang berhak.
38 | H a l a m a n
c. Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia adalah sumbangan keagamaan yang diterima oleh:
1 Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; 2 Penerima sumbangan yang berhak.
d. Bantuan atau sumbangan adalah pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi atau badan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 245PMK.032008 tentang Badan-badan dan Orang Pribadi yang Menjalankan Usaha Mikro dan
Kecil yang menerima harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan mengatur bahwa:
1 Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan adalah yang diterima oleh:
a Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, yaitu orang tua dan anak kandung.
b Badan keagamaan, yaitu badan keagamaan yang kegiatannya semata-mata
mengurus tempat-tempat
ibadah danatau
menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan.
c Badan pendidikan, yaitu badan pendidikan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari
keuntungan. d Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi, yaitu badan sosial
yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan: •
Pemeliharaan kesehatan; •
Pemeliharaan orang lanjut usia panti jompo; •
Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat;
• Santunan danatau pertolongan kepada korban bencana alam,
kecelakaan, dan sejenisnya; •
Pemberian beasiswa; •
Pelestarian lingkungan hidup; •
Kegiatan sosial lainnya, yang tidak mencari keuntungan.
39 | H a l a m a n
e Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yaitu orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil
yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau •
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00.
2 Ketentuan pengecualian harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari objek Pajak Penghasilan berlaku apabila pihak pemberi hibah,
bantuan, atau sumbangan tidak mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan penerima hibah,
bantuan, atau sumbangan. 3 Harta hibah, bantuan, atau sumbangan dibukukan oleh pihak
penerima sesuai dengan nilai buku harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari pihak pemberi.
2. Warisan. 3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal. Pada prinsipnya harta, termasuk setoran tunai, yang diterima oleh badan
merupakan tambahan kemampuan ekonomis bagi badan tersebut. Namun karena harta tersebut diterima sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, maka
bukan merupakan objek pajak. Dalam penyertaan modal suatu perusahaan, sering timbul selisih lebih antara
nilai pasar saham dengan nilai nominal saham, yang disebut agio saham maupun selisih kurang yang disebut disagio saham.
a. Pasal 4 ayat 1 PP 94 Tahun 2010 mengatur bahwa agio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai pasar saham dan nilai nominal saham, tidak
termasuk objek pajak. Contoh:
PT A belum Go Public yang mempunyai modal dasar sebesar Rp4.500.000.000,00 terdiri dari 4.500.000 lembar saham dan telah disetor
penuh melakukan ekspansi yang sumber pendanaannya diperoleh dengan jalan
40 | H a l a m a n
meningkatkan modal saham dengan menjual saham baru sejumlah 500.000 lembar nilai nominal Rp 100,00lembar dengan nilai jual Rp 750.000.000,00
500.000 lembar saham x Rp1.500,00 sehingga terdapat selisih di atas nilai nominal sebesar Rp 250.000.000,00 500.000 lembar saham x Rp500,00 yang
dibukukan sebagai agio saham oleh PT A. Atas agio saham tersebut bukan merupakan objek Pajak Penghasilan bagi PT A.
b. Pasal 4 ayat 2 PP 94 Tahun 2010 mengatur bahwa disagio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai nominal saham dan nilai pasar saham, bukan
merupakan pengurang dari penghasilan bruto. Contoh:
Seperti pada contoh sebelumnya, namun nilai penjualan 500.000 lembar saham baru tersebut sebesar Rp400.000.000,00. Atas selisih lebih antara nilai nominal
dan nilai pasar saham tersebut sebesar Rp 100.000.000,00 500.000 lembar saham x -Rp200,00 dibukukan sebagai disagio saham oleh PT A.
Atas disagio saham tersebut bukan merupakan pengurang dari penghasilan bagi PT A.
4. Imbalan dalam bentuk natura danatau kenikmatan. a. Natura danatau kenikmatan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan
adalah natura danatau kenikmatan yang diberikan oleh: 1 Wajib Pajak;
2 Pemerintah. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang.
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti beras, gula, dan sebagainya, dan imbalan dalam
bentuk kenikmatan,
seperti penggunaan mobil, rumah, dan
fasilitas pengobatan
bukan merupakan objek pajak.
b. Apabila natura danatau kenikmatan diberikan oleh:
Syarat memiliki usaha aktif bagi WP yang
menerima inter-cor por ate
dividend dihapus.
Alasan Perubahan: Tidak ada batasan yang tegas
mengenai usaha aktif sehingga syarat
ini sering
menimbulkan perbedaan pendapat antara fiskus
dan WP.
41 | H a l a m a n
1 Bukan Wajib Pajak; 2 Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final;
3 Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus deemed profit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 Undang-undang Pajak Penghasilan;maka imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan
bagi yang menerima atau memperolehnya. Contoh:
Seorang penduduk Indonesia menjadi pegawai pada suatu perwakilan diplomatik asing di Jakarta. Pegawai tersebut memperoleh kenikmatan
menempati rumah yang disewa oleh perwakilan diplomatik tersebut atau kenikmatan-kenikmatan
lainnya. Kenikmatan-kenikmatan
tersebut merupakan penghasilan bagi pegawai tersebut sebab perwakilan
diplomatik yang bersangkutan bukan merupakan Wajib Pajak. 5. Pembayaran dari perusahaan asuransi.
Penggantian atau santunan yang diterima oleh orang pribadi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan polis asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, bukan merupakan Objek Pajak. Hal ini selaras dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat 1
huruf dUndang-undang Pajak Penghasilan, yaitu bahwa premi asuransi yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi untuk kepentingan dirinya tidak boleh
dikurangkan dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak. 6. Dividen.
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau
badan usaha milik daerah
22
, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dari jumlah modal yang disetor.
Perlu ditegaskan bahwa dalam hal penerima dividen atau bagian laba adalah Wajib Pajak selain badan-badan tersebut di atas, seperti orang pribadi
42 | H a l a m a n
baik dalam negeri maupun luar negeri, firma, perseroan komanditer, yayasan dan organisasi sejenis dan sebagainya, penghasilan berupa dividen atau bagian laba
tersebut tetap merupakan objek pajak. 7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun.
Gambar 3: Skema Pengenaan Perpajakan atas Dana Pensiun
Pengecualian sebagai Objek Pajak berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku bagi dana pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
Menteri Keuangan. Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah iuran yang diterima dari peserta pensiun, baik atas beban sendiri maupun yang ditanggung
pemberi kerja. Pada dasarnya iuran yang diterima oleh dana pensiun tersebut merupakan dana milik dari peserta pensiun, yang akan dibayarkan kembali
kepada mereka pada waktunya. Pengenaan pajak atas iuran tersebut berarti mengurangi hak para peserta pensiun, dan oleh karena itu iuran tersebut
dikecualikan sebagai Objek Pajak. 8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun.
Pengecualian sebagai Objek Pajak berdasarkan ketentuan ini hanya berlaku bagi dana pensiun yang pendiriannya telah mendapat pengesahan dari
43 | H a l a m a n
Menteri Keuangan.
Yang dikecualikan dari Objek Pajak
dalam hal ini adalah penghasilan dari modal yang ditanamkan di
bidang-bidang tertentu
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Penanaman modal
oleh dana pensiun dimaksudkan untuk
pengembangan dan
merupakan dana
untuk pembayaran kembali kepada
peserta pensiun di kemudian hari,
sehingga penanaman
modal tersebut perlu diarahkan pada bidang-bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang berisiko tinggi.
Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
234PMK.032009 tentang Bidang Penanaman Modal Tertentu yang
Memberikan Penghasilan kepada Dana Pensiun yang Dikecualikan
sebagai Objek Pajak Penghasilan mengatur bahwa penghasilan
yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan dari penanaman modal berupa:
a. Bunga, diskonto, dan imbalan dari deposito, sertifikat deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, serta Sertifikat Bank Indonesia;
b. Bunga, diskonto, dan imbalan dari obligasi, obligasi syariah sukuk, Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat Perbendaharaan Negara, yang
Bagian laba yang diterima atau diperoleh pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi
Kolektif KIK bukan merupakan Objek Pajak. Alasan Perubahan:
Mengangkat ketentuan perlakuan KIK yang dipersamakan dengan firma atau kongsi yang
selama ini hanya ditegaskan dalam SE, yaitu penghasilan reksadana hanya dikenai pajak
pada tingkat badan dan penghasilan dari redemption yang diperoleh pemegang unit
penyertaan KIK tidak dikenai pajak.
Ketentuan pengecualian bunga obligasi yang diterima reksadana Pasal 4 ayat 3 huruf j
Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai objek PPh dicabut sehingga penghasilan
tersebut merupakan objek pajak. Alasan Perubahan:
menghilangkan distorsi dan kompetisi yang kurang sehat diantara institusi keuangan dan
menciptakan kesetaraan pemungutan pajak level playing field terhadap para WP yang
berinvestasi di obligasi.
44 | H a l a m a n
diperdagangkan danatau dilaporkan perdagangannya pada bursa efek di Indonesia;
c. Dividen dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat pada bursa efek di Indonesia, dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif. Pasal 5 ayat 1 PP 94 Tahun 2010 mengatur bahwa bagian laba yang
diterima atau diperoleh oleh pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif termasuk keuntungan atas pelunasan kembali unit penyertaannya, tidak
termasuk sebagai objek pajak
23
. 10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
24
. Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia tidak termasuk sebagai objek pajak, dengan syarat badan pasangan
usaha tersebut: a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250KMK.041995 tentang Perusahaan Kecil dan Menengah Pasangan Usaha dari Perusahaan
Modal Ventura dan Perlakuan Perpajakan atas Penyertaan Modal Perusahaan Modal Ventura, perusahaan kecil dan menengah pasangan
usaha perusahaan modal ventura adalah perusahaan yang penjualan bersihnya setahun tidak melebihi Rp 5.000.000.000,00.
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
25
. 1 Penyertaan modal perusahan modal ventura pada setiap perusahaan
pasangan usaha dilakukan selama perusahaan pasangan usaha tersebut belum menjual saham di bursa efek dan untuk jangka waktu tidak
melebihi 10 tahun; 2 Apabila perusahaan pasangan usaha menjual sahamnya di bursa efek,
perusahaan modal ventura harus menjual sahamnya pada perusahaan pasangan usaha selambat-lambatnya 36 bulan sejak perusahaan
45 | H a l a m a n
pasangan usaha tersebut diizinkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal menjual sahamnya di bursa efek.
11. Beasiswa. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246PMK.032008 tentang Beasiswa
yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154PMK.032009, mengatur antara
lain: a. Atas penghasilan berupa beasiswa yang
diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa
dalam rangka mengikuti pendidikan formal
26
danatau pendididikan
nonformal
27
yang dilaksanakan di dalam negeri danatau di luar
negeri dikecualikan
dari objek
Pajak Penghasilan.
b. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan
istimewa dengan: 1 Pemilik;
2 Komisaris; 3 Direksi;
4 Pengurus dari
Wajib Pajak
pemberi beasiswa. c. Komponen beasiswa terdiri dari biaya
pendidikan yang
dibayarkan ke
sekolah tuition fee, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan
bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku, danatau biaya hidup
yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar.
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh
Beasiswa dikecualikan
sebagai Objek Pajak Alasan Perubahan:
Mendorong peran serta masyarakat WP untuk
mendukung program
pemerintah dalam
meningkatkan kualitas
sumber daya
manusia melalui pendidikan.
Sisa lebih lembaga nirlaba bidang pendidikan dan atau bidang litbang
yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya yang
ditanamkan kembali dalam jangka waktu paling lama empat tahun
dikecualikan sebagai objek pajak. Alasan Perubahan:
Mendukung program
Pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui pendidikan dan penguasaan ilmu dan teknologi tinggi
46 | H a l a m a n
badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan danatau bidang penelitian dan pengembangan yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan.
Bahwa dalam rangka mendukung usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan danatau penelitian dan pengembangan
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itu dipandang perlu memberikan fasilitas perpajakan berupa pengecualian pengenaan pajak atas
sisa lebih yang diterima atau diperoleh sepanjang sisa lebih tersebut ditanamkan kembali dalam bentuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana
kegiatan dimaksud. Penanaman kembali sisa lebih dimaksud harus direalisasikan paling lama dalam jangka waktu 4 tahun sejak sisa lebih tersebut
diterima atau diperoleh. Untuk menjamin tercapainya tujuan pemberian fasilitas ini, maka lembaga
atau badan yang menyelenggarakan pendidikan harus bersifat nirlaba. Pendidikan serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat
terbuka kepada siapa saja dan telah mendapat pengesahan dari instansi yang membidanginya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032009 tentang Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga Nirlaba yang Bergerak dalam
Bidang Pendidikan danatau Bidang Penelitian dan Pengembangan, yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan, mengatur antara lain:
a. Sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba
28
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan danatau
penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan bersifat terbuka kepada pihak manapun, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan. b. Sisa lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek
Pajak Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-
hari
29
badan atau lembaga nirlaba. c. Sarana dan prasarana kegiatan pendidikan danatau penelitian dan
pengembangan meliputi:
47 | H a l a m a n
1 Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana pendidikan, penelitian dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut; 2 Pengadaan
sarana dan
prasarana kantor,
laboratorium dan
perpustakaan; 3 Pembelianpembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen
atau karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada di lingkunganlokasi lembaga pendidikan formal.
d. Apabila setelah jangka waktu 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih terdapat sisa lebih yang tidak digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan pada
tahun pajak berikutnya, setelah jangka waktu 4 tahun tersebut ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Apabila dalam jangka waktu 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih terdapat sisa lebih yang digunakan selain untuk pengadaan sarana dan prasarana,
sisa lebih tersebut diakui sebagai penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengadaan sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan danatau bidang penelitian dan pengembangan yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44PJ.2009 tentang Pelaksanaan Pengakuan Sisa Lebih yang Diterima atau Diperoleh Badan atau Lembaga
Nirlaba yang Bergerak Dalam Bidang Pendidikan danatau Bidang Penelitian dan Pengembangan yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan.
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS kepada Wajib Pajak tertentu
30
. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247PMK.032008 tentang Bantuan
atau Santunan yang Dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan,
mengatur antara lain:
48 | H a l a m a n
a. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan. b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial meliputi:
1 Perusahaan Perseroan Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK;
2 Perusahaan Perseroan Persero Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri TASPEN;
3 Perusahaan Perseroan Persero Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASABRI;
4 Perusahaan Perseroan Persero Asuransi Kesehatan Indonesia ASKES;
5 Badan hukum lainnya yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.
c. Wajib Pajak tertentu adalah: 1 Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang tidak mampu.
Wajib Pajak atau masyarakat yang tidak mampu adalah Wajib Pajak danatau masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan sesuai
dengan kriteria dan data yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik. 2 Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang sedang mengalami bencana
alam. Wajib Pajak atau masyarakat yang sedang mengalami bencana
alam adalah Wajib Pajak danatau masyarakat yang sedang tertimpa bencana yang diakibatkan peristiwa yang disebabkan oleh alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
3 Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang tertimpa musibah. Wajib Pajak atau masyarakat yang tertimpa musibah adalah Wajib
Pajak danatau masyarakat yang tertimpa kecelakaan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membahayakan atau mengancam
keselamatan jiwa.
49 | H a l a m a n
D. Penghasilan dari Luar Indonesia