71 |  H a l a m a n
§ untuk diri WP OP
Rp15.840.000,00 §
tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp  1.320.000,00
§ tambahan untuk 3 orang anak yang menjadi
§ tanggungan sepenuhnya 3 x Rp 1.320.000,00
Rp  3.960.000,00 PTKP
Rp21.120.000,00 5.  Status PTKP.
TK …  Tidak  kawin,  ditambah  dengan  banyaknya  tanggungan  yang mendapat pengurangan PTKP.
K … Kawin  ditambah  dengan  banyaknya  tanggungan  yang  mendapat
pengurangan PTKP. KI…
Kawin,  isteri  mempunyai  penghasilan  yang  digabungkan  dengan penghasilan  suami,  ditambah  dengan  banyaknya  tanggungan  yang
mendapat pengurangan PTKP.
PH …  Wajib Pajak kawin yang pisah harta dan penghasilan. HB …  Wajib  Pajak  kawin  yang  telah  hidup  berpisah  ditambah  banyaknya
tanggungan yang mendapat pengurangan PTKP. 6.  PTKP bagi Suami Isteri yang telah Hidup Berpisah.
PTKP  bagi  Wajib  Pajak  masing-masing  suami  isteri  yang  telah  hidup berpisah untuk diri masing-masing Wajib Pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak
Tidak Kawin sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya yang diperkenankan.
7.  Warisan  yang  belum  terbagi  sebagai  Wajib  Pajak  menggantikan  yang  berhak tidak memperoleh pengurangan PTKP.
E.  Penyusutan Fiskal
Sesuai  dengan  kelaziman  usaha,  pengeluaran  yang  mempunyai  peranan terhadap  penghasilan  untuk  beberapa  tahun,  pembebanannya  dilakukan  sesuai
dengan jumlah tahun lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Sejalan  dengan  prinsip  penyelarasan  antara  pengeluaran  dengan
penghasilan  matching  cost  against  revenue,  pengeluaran  untuk  mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun  tidak  dapat  dikurangkan  sebagai  biaya  perusahaan  sekaligus  pada  tahun pengeluaran,  melainkan  dibebankan  melalui  penyusutan  dan  amortisasi  selama
masa  manfaatnya  sebagaimana  diatur  dalam  Pasal  11  dan  Pasal  11A  Undang- undang Pajak Penghasilan.
1.  Metode Penyusutan
68
.
72 |  H a l a m a n
a.  Metode garis lurus straight-line method 1  Penyusutan  dilakukan  dalam  bagian-bagian  yang  sama  besar  selama
masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. 2  Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan
metode garis lurus. 3  Contoh penggunaan metode garis lurus:
Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp1.000.000.000,00 dan masa manfaatnya  20  tahun,  penyusutannya  setiap  tahun  adalah  sebesar
Rp50.000.000,00 Rp1.000.000.000,00:20. b.  Metode saldo menurun declining balance method
1  Penyusutan  dilakukan  dalam  bagian-bagian  yang  menurun  dengan  cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku.
2  Dalam  hal  Wajib  Pajak  memilih  menggunakan  metode  saldo  menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus.
3  Harta  berwujud  selain  bangunan  dapat disusutkan  dengan  metode  garis lurus atau metode saldo menurun.
4  Contoh penggunaan metode saldo menurun: Sebuah  mesin  yang  dibeli  dan  ditempatkan  pada  bulan  Januari  2009
dengan harga perolehan  sebesar  Rp150.000.000,00.  Masa  manfaat  dari mesin  tersebut  adalah  4  tahun  dan  disusutkan  dengan  metode  saldo
menurun, maka penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut:
Tahun Tarif
Penyusutan Nilai Sisa Buku Fiskal
Harga Perolehan 150.000.000,00
2009 50
75.000.000,00 75.000.000,00
2010 50
37.500.000,00 37.500.000,00
2011 50
18.750.000,00 18.750.000,00
2012 Disusutkan Sekaligus
18.750.000,00
2.  Masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud. Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dalam melakukan
penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, ketentuan ini mengatur kelompok masa  manfaat  harta  dan  tarif  penyusutan  baik  menurut  metode  garis  lurus
maupun saldo menurun.
73 |  H a l a m a n
Kelompok Harta Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Metode Garis Lurus  Metode Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
69
• Kelompok 1
• Kelompok 2
• Kelompok 3
• Kelompok 4
4 Tahun 8 Tahun
16 Tahun 20 Tahun
25 12,5
6,25 5
50 25
12,5 10
II.  Bangunan •
Permanen •
Tidak Permanen
70
20 Tahun 10 Tahun
5 10
3.  Saat Dimulai Penyusutan. a.  Penyusutan  dimulai  pada  bulan  dilakukannya  pengeluaran,  kecuali  untuk
harta  yang  masih  dalam  proses  pengerjaan,  penyusutannya  dimulai  pada bulan  selesainya  pengerjaan  harta  tersebut,  sehingga  penyusutan  pada
tahun pertama dihitung secara pro-rata. Contoh 1:
Pengeluaran  untuk  pembangunan  sebuah  gedung  adalah  sebesar Rp1.000.000.000,00.  Pembangunan  dimulai  pada  bulan  Oktober  2009  dan
selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2010. Penyusutan  atas  harga  perolehan  bangunan  gedung  tersebut  dimulai  pada
bulan Maret tahun pajak 2010. Contoh 2:
Sebuah  mesin  yang  dibeli  dan  ditempatkan  pada  bulan  Juli  2009  dengan harga  perolehan  sebesar  Rp100.000.000,00.  Masa  manfaat  dari  mesin
tersebut  adalah  4  tahun  dan  disusutkan  dengan  metode  saldo  menurun, maka penghitungan penyusutannya adalah sebagai berikut.
Tahun Tarif
Penyusutan Nilai Sisa Buku Fiskal
Harga Perolehan 100.000.000,00
2009 612 x 50
25.000.000,00 75.000.000,00
2010 50
37.500.000,00 37.500.000,00
2011 50
18.750.000,00 18.750.000,00
2012 50
9.375.000,00 9.375.000,00
2013 Disusutkan Sekaligus
9.375.000,00
b.  Dengan  persetujuan  Direktur  Jenderal  Pajak,  Wajib  Pajak  diperkenankan melakukan  penyusutan  mulai  pada  bulan  harta  tersebut  digunakan  untuk
74 |  H a l a m a n
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan
71
. Contoh:
PT X yang bergerak di bidang perkebunan membeli traktor pada tahun 2009. Perkebunan tersebut mulai menghasilkan panen pada tahun 2010. Dengan
persetujuan  Direktur  Jenderal  Pajak,  penyusutan  traktor  tersebut  dapat dilakukan mulai tahun 2010.
4.  KeuntunganKerugian karena Pengalihan Harta
72
. a.  Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta
73
atau penarikan harta karena sebab  lainnya,  maka  jumlah  nilai  sisa  buku  harta  tersebut  dibebankan
sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penarikan harta tersebut. Apabila  harta  tersebut  dijual  atau  terbakar,  maka  penerimaan  netto
dari penjualan harta tersebut, yaitu selisih antara harga penjualan dan biaya yang  dikeluarkan  berkenaan  dengan  penjualan  tersebut  dan  atau
penggantian  asuransinya,  dibukukan  sebagai  penghasilan  pada  tahun terjadinya penjualan atau  tahun  diterimanya  penggantian  asuransi,  dan nilai
sisa buku dari harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan.
b.  Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur
Jenderal  Pajak  jumlah  sebesar  kerugian  dibukukan  sebagai  beban  masa kemudian tersebut.
Dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti pada masa kemudian, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan  kepada  Direktur  Jenderal  Pajak  agar  jumlah  sebesar  kerugian tersebut dapat dibebankan dalam tahun penggantian asuransi tersebut.
5.  Pengeluaran-pengeluaran  untuk  memperoleh  tanah  hak  milik,  termasuk  tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama kali
tidak  boleh  disusutkan,  kecuali  apabila  tanah  tersebut  dipergunakan  dalam perusahaan  atau  dimiliki  untuk  memperoleh  penghasilan  dengan  syarat  nilai
tanah  tersebut  berkurang  karena  penggunaannya  untuk  memperoleh
75 |  H a l a m a n
penghasilan,  misalnya  tanah  dipergunakan  untuk  perusahaan  genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata.
Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan,  hak  guna  usaha,  dan  hak  pakai  yang  pertama  kali  adalah  biaya
perolehan tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut dari instansi yang berwenang
untuk pertama kalinya, sedangkan biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna  usaha,  dan  hak  pakai  diamortisasikan  selama  jangka  waktu  hak-hak
tersebut. 6.  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249PMK.032008 tentang Penyusutan atas
Pengeluaran  untuk  Memperoleh  Harta  Berwujud  yang  Dimiliki  dan  Digunakan dalam Bidang Usaha Tertentu, mengatur antara lain:
a.  Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang usaha tertentuyang meliputi: 1  Bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan
hasil  hutan  yang  tanamannya  dapat  berproduksi  berkali-kali  dan  baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 tahun.
2  Bidang  usaha  perkebunan  tanaman  keras,  yaitu  bidang  usaha perkebunan  yang  tanamannya  dapat  berproduksi  berkali-kali  dan  baru
menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 tahun. 3  Bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak
dapat  berproduksi  berkali-kali  dan  baru  dapat  dijual  setelah  dipelihara sekurang-kurangnya  1  tahun  dapat  melakukan  penyusutan  atas
pengeluaran  untuk  memperoleh  harta  berwujud
74
dalam  bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut metode garis lurusstraight line method. b.  Harta  berwujud  berupa  aktiva  tetap  yang  dimiliki  dan  digunakan  serta
merupakan komoditas pokok dalam bidang usaha tertentu, yaitu: 1  Bidang usaha kehutanan meliputi tanaman kehutanan kayu;
2  Bidang  usaha  industri  perkebunan  tanaman  keras  meliputi  tanaman keras;
3  Bidang usaha peternakan meliputi ternak termasuk ternak sapi pejantan. c.  Penyusutan  atas  pengeluaran  untuk  memperoleh  harta  berwujud  dimulai
pada bulan produksi komersial
75
.
76 |  H a l a m a n
7.  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor  PER-55PJ2009  tentang  Tata  Cara Permohonan  dan  Penetapan  Masa  Manfaat  yang  Sesungguhnya  atas  Harta
Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan, mengatur antara lain: a.  Jenis-jenis  harta  berwujud  bukan  bangunan  yang  tidak  tercantum  dalam
Kelompok  1,  Kelompok  2,  Kelompok  3,  dan  Kelompok  4  berdasarkan Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  96PMK.032009,  untuk  kepentingan
penyusutan digunakan masa manfaat dalam Kelompok 3. b.  Dalam  hal  Wajib  Pajak  dapat  menunjukkan  masa  manfaat  yang
sesungguhnya  dari  suatu  harta  berwujud  bukan  bangunan  tidak  dapat dimasukkan  ke  dalam  kelompok  3,  Wajib  pajak  harus  mengajukan
permohonan  untuk  penetapan  kelompok  harta  berwujud  bukan  bangunan tersebut sesuai dengan  masa  manfaat  yang  sesungguhnya  kepada  Direktur
Jenderal Pajak melalui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi  KPP  tempat  Wajib  Pajak  yang  bersangkutan  terdaftar  dan
dilampiri: 1  Penjelasan terperinci mengenai aktiva;
2  Spesifikasi aktiva dari produsen; 3  Perkiraan umur aktivamasa manfaat ekonomis dari Penilai Publik;
4  Dokumen  teknis  pendukung  dari  produsen  mengenai  masa  manfaat aktiva.
8.  Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-220PJ.2002 tentang Perlakuan Pajak  Penghasilan  atas  Biaya  Pemakaian  Telepon  Seluler  dan  Kendaraan
Perusahaan
76
, mengatur antara lain: a.  Atas  biaya  perolehan  atau  pembelian  telepon  seluler  yang  dimiliki  dan
dipergunakan  perusahaan  untuk  pegawai  tertentu  karena  jabatan  atau pekerjaannya,  dapat  dibebankan  sebagai  biaya  perusahaan  sebesar  50
dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 1.
b.  Atas biaya  berlangganan  atau  pengisian ulang  pulsa  dan perbaikan  telepon seluler  yang  dimiliki  dan  dipergunakan  perusahaan  untuk  pegawai  tertentu
karena  jabatan  atau  pekerjaannya,  dapat  dibebankan  sebagai  biaya perusahaan  sebesar  50  dari  jumlah  biaya  berlangganan  atau  pengisian
ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
77 |  H a l a m a n
c.  Atas  biaya  perolehan  atau  pembelian  atau  perbaikan  besar  kendaraan  bus, minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
antar  jemput  para  pegawai,  dapat  dibebankan  seluruhnya  sebagai  biaya perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 2.
d.  Atas  biaya pemeliharaan atau perbaikan  rutin  kendaraan bus,  minibus,  atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para  pegawai,  dapat  dibebankan  seluruhnya  sebagai  biaya  perusahaan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
e.  Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan  sebesar  50  dari  jumlah  biaya  perolehan  atau  pembelian  atau
perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 2. f.  Atas  biaya  pemeliharaan  atau  perbaikan  rutin  kendaraan  sedan  atau  yang
sejenis  yang  dimiliki  dan  dipergunakan  perusahaan  untuk  pegawai  tertentu karena  jabatan  atau  pekerjaannya  dapat  dibebankan  sebagai  biaya
perusahaan  sebesar  50  dari  jumlah  biaya  pemeliharaan  atau  perbaikan rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan.
F.  Amortisasi Fiskal