Latar Belakang BerlakunyaUndang-undang Pajak Penghasilan

8 | H a l a m a n 4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2009. Undang-undang Pajak Penghasilan yang sekarang berlaku adalah Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 selanjutnya disebut Undang-undang Pajak Penghasilan.

D. Latar Belakang BerlakunyaUndang-undang Pajak Penghasilan

Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang sepenuhnya berada pada fiskus official assessment. Sarana menetapkan jumlah pajak yang terutang dilakukan melalui penerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Ketentuan formal maupun ketentuan material dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya diatur dalam satu Undang-undang, yaitu Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 untuk orang pribadi dan Ordonansi Pajak Perseroan 1925 untuk badan. Sejak dilakukannyareformasi di bidang perpajakan tax reform tahun 1983, pengenaan Pajak Penghasilan diatur dalam 2 Undang-undang yaitu: 1. Undang-undang yang mengatur ketentuan formal, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan, yang mengatur tentang prosedur perpajakan untuk mewujudkan ketentuan hukum pajak material. 2. Undang-undang yang mengatur ketentuan material, yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang mengatur mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, cara menghitung pajak, pelunasan pajak dalam tahun berjalan, dan perhitungan pajak pada akhir tahun. Tujuan utama dilakukannya reformasi di bidang perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983 adalah untuk mencapai pertumbuhan penerimaan pajak yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dengan Undang-undang pajak yang berlaku. Hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan sistem official assessment, mengingat keterbatasan sumber daya manusia aparat pajak, sarana dan prasarana untuk menetapkan jumlah pajak yang terutang mengingat jumlah wajib pajak yang makin bertambah sesuai dengan perkembangan ekonomi. 9 | H a l a m a n Pengenaan Pajak Penghasilan tidak lagi berdasarkan azas sumber sebagaimana pendapatan pada Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, atau laba pada Ordonansi Pajak Perseroan 1925, tetapi didasarkan pada penghasilan dalam arti yang luas. Penentuannya didasarkan pada adanya tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam tahun pajak, dengan nama dan dalam bentuk apapun, tidak terbatas dalam bentuk uang saja, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak broadbased taxation. Ruang lingkup penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Dalam Negeri adalah semua penghasilan, baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia world wide income.Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri, hanya dikenai Pajak Penghasilan jika menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. 10 | H a l a m a n BAB SUBJEK PAJAK Menurut Mansury, 2002 Subjek Pajak itu adalah subjek hukum yang oleh Undang-undang pajak diberi kewajiban perpajakan. Subjek Pajak itu pada umumnya [merupakan] subjek hukum berdasarkan cabang hukum lain di luarnya hukum pajak, yang kemudian diatur dalam Undang-undang pajak, dan dinyatakan sebagai Subjek Pajak. Hal itu dapat dimengerti sebab subjek hukum oleh hukum diakui mempunyai hak dan kewajiban di hadapan hukum, sehingga Undang-undang pajak hanya menegaskan hak-hak dan kewajibannya sehubungan dengan perpajakan. Hal yang demikian, juga menunjukkan, bahwa hukum pajak itu merupakan bagian dari keseluruhan sistem hukum atau tata hukum di Indonesia. Subjek Pajak Penghasilan diatur dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang- undang Pajak Penghasilan, yaitu: • - Orang Pribadi - Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang