49 |  H a l a m a n
D.  Penghasilan dari Luar Indonesia
Pasal  4  ayat  1  Undang-undang  Pajak  Penghasilan  mengatur  bahwa  yang menjadi  obejk  pajak  adalah  penghasilan,  yaitu  setiap  tambahan  kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun  dari  luar  Indonesia,  yang  dapat  dipakai  untuk  konsumsi  atau  untuk
menambah  kekayaan  Wajib  Pajak  yang  bersangkutan,  dengan  nama  dan  dalam bentuk apapun.
Menurut  Mansury,  2002  penghasilan  yang  dikenakan  pajak  adalah  world wide income, meliputi penghasilan yang didapat di manapun juga, baik yang berasal
dari sumber-sumber di Indonesia maupun dari sumber-sumber di luar Indonesia. Dengan  makin  berkembangnya  ekonomi  dan  perdagangan  internasional
sejalan  dengan  era  globalisasi  dapat  terjadi  bahwa  Wajib  Pajak  dalam  negeri menanamkan  modalnya  di  luar  negeri.  Untuk  mengurangi  kemungkinan
penghindaran  pajak,  terhadap  penanaman  modal  di  luar  negeri  selain  pada  badan usaha  yang  menjual  sahamnya  di  bursa  efek,  Menteri  Keuangan  berwenang  untuk
menentukan saat diperolehnya dividen. Pasal  18  ayat  2  Undang-undang  Pajak  Penghasilan  mengatur  bahwa
Menteri  Keuangan  berwenang  menetapkan  saat  diperolehnya  dividen  oleh  Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain
badan  usaha  yang  menjual  sahamnya  di  bursa  efek,  dengan  ketentuan  sebagai berikut:
1.  Besarnya  penyertaan  modal  Wajib  Pajak  dalam  negeri  tersebut  paling  rendah 50  dari jumlah saham yang disetor; atau
2.  Secara  bersama-sama  dengan  Wajib  Pajak  dalam  negeri  lainnya  memiliki penyertaan modal paling rendah 50 dari jumlah saham yang disetor.
Contoh: PT  A dan  PT  B  masing-masing  memiliki  saham sebesar 40  dan 20  pada X
Ltd.  yang  bertempat  kedudukan  di  negara  Q.  Saham  X  Ltd.  tersebut  tidak diperdagangkan  di  bursa  efek.  Dalam  tahun  2009  X  Ltd.  memperoleh  laba
setelah pajak sejumlah Rp1.000.000.000,00. Dalam  hal  demikian,  Menteri  Keuangan  berwenang  menetapkan  saat
diperolehnya dividen dan dasar penghitungannya.
50 |  H a l a m a n
Ketentuan  lebih  lanjut  tentang  diatur  dalam  Peraturan  Menteri  Keuangan Nomor 256PMK.032008 tentang Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh Wajib
Pajak  Dalam  Negeri  atas  Penyertaan  Modal  pada  Badan  Usaha  di  Luar  Negeri Selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek dan Peraturan Direktur
Jenderal  Pajak  Nomor  PER-59PJ2010  tentang  Tata  Cara  Pelaporan  Penerimaan Dividen, Penghitungan Besarnya Pajak yang Harus Dibayar, dan Pengkreditan Pajak
Sehubungan dengan Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri  atas  Penyertaan  Modal  Pada  Badan  Usaha  di  Luar  Negeri  Selain  Badan
Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.
51 |  H a l a m a n
BAB
PENGHASILAN KENA PAJAK
A.  Pengurang Penghasilan Bruto