Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

2. Kegiatan ekonomi dan pembangunan. Merupakan kegiatan pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. 3. Penggunaan jenis teknologi. Seperti penggunaan pestidida dapat menyebabkan rusaknya potensi lahan yang dikenai dan berakibat lebih jauh pada penurunan potensi lahan. 4. Kebijaksanaan pembangunan makro. Kebijaksanaan ini akan mempengaruhi terhadap pemilihan investasi yang ditanam dan akan mempengaruhi konversi lahan. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, secara garis besar terdapat dua faktor penyebab konversi, yaitu pada tingkat makro dan mikro. Dalam skala makro yakni pada tingkat wilayah misalnya pada kabupaten atau kota, konversi lahan sawah disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi sektor non-pertanian yang pesat, implementasi undang-undang yang lemah, serta nilai tukar petani yang rendah. Dalam skala mikro, alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan industri, serta harga lahan yang menarik. Pajak lahan yang tinggi juga cenderung mendorong petani melakukan konversi. Faktor pendorong konversi yang tidak kalah pentingnya khususnya di Pulau Jawa adalah adanya kesempatan membeli lahan di tempat lain yang lebih murah. Semua penyebab konversi itu akhirnya bermuara pada motif ekonomi, yaitu penggunaan lahan untuk peruntukan yang baru dipandang lebih menguntungkan daripada digunakan untuk lahan sawah Ashari 2003. Penelitian ini merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan, yaitu faktor makro dan faktor mikro. Faktor mikro meliputi tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, harga bibit, luas lahan petani, dan hasil panen. Sedangkan faktor makro terdiri dari luas bangunan, kontribusi PDRB non pertanian, pengaruh investor, dan perubahan panjang aspal.

2.4 Dampak Alih Fungsi Lahan

Menurut Furi 2007 Konversi lahan yang terjadi mengubah status kepemilikan lahan dan penguasaan lahan. Perubahan penguasaan lahan di pedesaan membawa implikasi bagi perubahan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Terbatasnya akses untuk menguasai lahan menyebabkan terbatas pula akses masyarakat atas manfaat lahan yang menjadi modal utama mata pencaharian sehingga terjadi pergeseran kesempatan kerja ke sektor non-pertanian sektor informal. Alih fungsi lahan sawah menimbulkan dampak bagi petani maupun pihak- pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak. Utamanya terjadi pengurangan produksi padi yang berdampak langsung kepada konsumsi dan juga penghasilan petani. Disamping itu ada pula dampak positif bagi peningkatan pembangunan kota bagi pemerintah maupun investor. Namun perhitungan dari kerugian maupun manfaat yang ditimbulkan oleh alih fungsi lahan tidak bisa dihitung secara pasti karena beberapa dari kerugian dan manfaat alih fungsi lahan sulit untuk diukur. Menurut Nuryati 1995 dalam Anugerah K 2005, masalah yang timbul akibat konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah adalah terancamnya swasembada beras yang telah dicapai dengan susah payah. Di samping itu alih fungsi lahan sawah ini mempunyai opportunity cost yang sangat besar, diantaranya adalah penurunan produksi pangan lokal atau nasional yang secara tidak langsung akan mengurangi kontribusi sektor pertanian dalam PDRB, penurunan laju daya serap tenaga kerja sektor pertanian, terbengkalainya investasi irigasi dan terdapat dampak alih fungsi terhadap lingkungan dan sosial budaya masyarakat.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan maupun dampaknya. Pada penelitian terdahulu terdapat variabel- variabel independen yang digunakan antara lain, jumlah penduduk, pembangunan perumahan, jumlah industri dan PDRB. Tabel 2. merupakan kumpulan dari penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian Utama 2006 dengan judul “Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Sawah di Kabupaten Cirebon”. Persamaan berupa identifikasi yang akan dilakukan terkait laju alih