III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Teoritis
Sumberdaya lahan menjadi asset penting bagi pembangunan dan memiliki fungsi luas dalam kebutuhan manusia. Segala kegiatan perekonomian
membutuhkan lahan sebagai input tetap utama pada aktivitas produksi komoditas pertanian maupun non-pertanian. Namun semakin tinggi permintaan kebutuhan
lahan untuk aktivitas manusia maka akan semakin membatasi penggunaan lahan yang tersedia. Ketersediaan lahan yang terbatas ini akan memacu peningkatan
harga lahan sehingga terjadi persaingan kepentingan dalam penggunaan lahan. Meningkatnya harga lahan akan mempengaruhi biaya produksi dan opportunity
cost pada sektor pertanian karena harga lahan menentukan penggunaan lahan dengan kemampuan untuk membayar lahan yang akan digunakan. Pada lahan
yang awalnya berupa lahan pertanian kini menjadi lahan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan menarik para investor untuk mengubah
penggunaannya menjadi sektor non pertanian sehingga jumlah lahan pertanian mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Persaingan dalam penggunaan lahan tersebut ditentukan oleh besarnya nilai sewa ekonomi lahan land rent. Nilai sewa ekonomi lahan akan berbeda-beda
pada setiap wilayah tergantung pada penggunaan lahan tersebut. Land rent merupakan salah satu konsep yang penting untuk dipelajari menurut ilmu
ekonomi sumberdaya lahan. Menurut Thalib 1998, sewa ekonomi lahan adalah keuntungan dari faktor produksi lahan yang merupakan selisih dari pendapatan
minimumnya dalam suatu sistem produksi. Sedangkan menurut Barlowe 1978 yang mendefinisikan land rent sebagai nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang
lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Nilai land rent diperoleh dari total produksi yang dikurangi oleh biaya produksi pada suatu
petak lahan.
Sumber: Barlowe, 1978
Gambar 1 Land Rent Sebagai Sisa Surplus Ekonomi Setelah Biaya Produksi Dikeluarkan
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa land rent diperoleh dari LMRN-LMSP=NPSR dimana LMRN merupakan nilai total produksi yang
dihasilkan dan LMSP adalah biaya produksi. Selain itu land rent juga dipengaruhi oleh lokasi penggunaan lahan. Semakin dekat lokasi lahan dari pusat
pemerintahan maupun pusat kegiatan industri atau aksesibilitas maka lahan tersebut akan semakin besar nilai sewa ekonomi lahannya. Adapun di beberapa
daerah menggunakan zonasi sebagai penentuan nilai sewa ekonomi lahan. Pada dasarnya penentuan zonasi juga ditentukan oleh lokasi penggunaan lahan. Nilai
sewa ekonomi lahan pada zona 1 biasanya memiliki nilai yang besar karena berada di dekat pusat kegiatan. Pada zona selanjutnya akan semakin rendah
nilainya karena semakin menjauhi pusat kegiatan dan keramaian. Hal ini disebabkan oleh semakin jauh jarak dari pusat kegiatan maka akan semakin
membutuhkan biaya transportasi untuk mencapai pusat kegiatan tersebut.
3.2 Kerangka Operasional
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena dibutuhkan dalam setiap kegiatan pertanian,
industri, pemukiman, sarana publik, rekreasi, perdagangan, maupun dalam aktivitas pembangunan kota. Perlu adanya perencanaan dan arah kebijakan yang
tepat agar dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara optimal demi S
R N
P
L M
Output Biaya Produksi
AC MC
MR=AR
Biaya Produksi
terwujudnya pembangunan kota sehingga tercipta kesejahteraan dengan meningkatnya perekonomian. Ketimpangan akan terjadi ketika pembangunan
tidak menjalankan perencanaan sebagaimana mestinya dan tanpa kebijakan yang pasti karena pada sektor pertanian akan menjadi bagian yang tersisihkan ketika
terjadi pembangunan kota. Pembangunan yang tidak disertai dengan arah kebijakan yang pasti akan mengancam keberadaan lahan pertanian yang semakin
beralih fungsi menjadi sektor non pertanian guna menunjang peningkatan perekonomian suatu kota atau daerah.
Perkembangan pemanfaatan lahan pada sektor pertanian pada umumnya terjadi pada wilayah-wilayah yang memiliki nilai ekonomi rendah. Pada wilayah-
wilayah inilah berkembang pusat-pusat pemukiman penduduk dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk sehingga menuntut pemerintah kota atau daerah
setempat untuk membangun fasilitas-fasilitas umum dan prasarana-prasarana di wilayah tersebut. Adanya pusat pemukiman penduduk, ketersediaan prasarana dan
berdasarkan pertimbangan faktor-faktor lokasi, yaitu dekatnya lokasi dengan pemukiman sebagai sumber tenaga kerja, maka penggunaan lahan untuk
penggunaan non pertanian cenderung untuk berkembang di wilayah ini. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ini disebabkan oleh beberapa faktor-
faktor baik secara makro maupun mikro. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di tingkat wilayah atau secara makro disebabkan oleh bertambah luasnya
bangunan, meningkatnya laju PDRB non pertanian, pertumbuhan panjang aspal, maupun meningkatnya jumlah industri. Selain itu faktor yang mempengaruhi pada
tingkat petani atau secara mikro yakni luas lahan yang dimiliki petani, harga lahan, hasil panen, tingkat pendidikan, harga benih, lama menetap, dan
pengalaman bertani. Secara tidak langsung faktor makro maupun faktor mikro yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan ini saling terkait satu sama lain
sehingga perlu adanya kebijakan secara keseluruhan yang dapat memberikan solusi serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi akibat adanya alih fungsi
lahan pertanian. Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian semakin tergeserkan
sehingga jumlah produksi padi mengalami penurunan dan berimbas pada krisis pangan pada makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Krisis pangan
yang terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian ini akan mengurangi hasil produksi petani sehingga meningkatkan impor bahan pangan dari negara lain, kenaikan
harga pangan dalam negeri, dan juga mengurangi pendapatan bagi petani. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya kelaparan dan meningkatkan
kemiskinan di tengah pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Dampak lain yang merugikan petani yakni perubahan kepemilikan terhadap lahan. Petani
yang awal mulanya merupakan pemilik lahan, perlahan-lahan hanya menjadi penggarap lahan milik orang lain, buruh tani, ataupun beralih pekerjaan lain.
Berkurangnya produksi pertanian dan hilangnya nilai produksi juga berdampak kepada pemenuhan konsumsi penduduk.
Skema pengaruh harga lahan terhadap laju alih fungsi lahan beserta faktor- faktor yang mempengaruhinya dan juga dampak yang terjadi terhadap produksi
padi ditampilkan secara sederhana dalam Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Alur Pikir
Sumberdaya Lahan Pertumbuhan
Penduduk
Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian
Alih Fungsi Lahan Non
Pertanian Pertanian
Pembangunan Kota
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dampak Ekonomi Pertanian
Makro Mikro
Penurunan Jumlah Produksi Padi
Regresi Linier Estimasi Dampak
Produksi
Rekomendasi Kebijakan
Regresi Logistik Kebutuhan Lahan
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini secara umum dilakukan di Kota Depok. Pemilihan Kota Depok sebagai lokasi Penelitian dilakukan secara sengaja
purposive. Dasar pertimbangan pemilihan Kota Depok sebagai daerah untuk pengambilan data penelitian karena kota ini ditetapkan sebagai penyangga DKI
Jakarta menurut rencana wilayah dan tata ruang yang menjadikan kota ini sebagai kota pusat pemukiman, kota perdagangan, serta kota pendidikan. Hal ini
mengindikasikan terjadinya alih fungsi lahan menjadi pemukiman maupun pertokoan. Kota Depok ini memiliki perkembangan pembangunan kota yang
cukup pesat dikarenakan wilayahnya yang strategis sehingga laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap tahunnya, akibat natalitas maupun migrasi
yang mempengaruhi tata guna lahan. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel di Kecamatan Limo. Dasar
penentuan pengambilan sampel karena kecamatan tersebut termasuk salah satu kecamatan yang terjadi alih fungsi pertanian menjadi pemukiman. Selain itu saat
ini lahan pertanian di Kecamatan Limo termasuk daerah yang akan dibebaskan lahannya dan dijadikan jalan tol dalam beberapa tahun kedepan. Pengambilan data
primer dan sekunder dilakukan selama bulan April hingga Mei 2013.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pemilik
lahan baik melalui kuesioner maupun wawancara secara mendalam. Data primer meliputi data mengenai faktor-faktor yang menjadi alasan petani
mengalihfungsikan lahannya, dampak alih fungsi pertanian terhadap petani, serta data lainnya yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari BPS
Kota Depok, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Depok, BPP Kota Depok, Kecamatan Limo dan dinas-dinas
terkait lainnya. Data sekunder digunakan untuk mengetahui laju konversi lahan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di tingkat wilayah. Data sekunder yang diperlukan merupakan data time series dari tahun 2001-2012,
meliputi data luas lahan wilayah, luas sawah, produktivitas pertanian, jumlah penduduk, pertumbuhan panjang jalan aspal, pertumbuhan PDRB, jumlah industri
serta data-data lain yang di anggap mendukung dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diperoleh dari pemerintah dan aparat di Kota Depok.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan kepada petani pemilik lahan sekaligus penggarap yang mengalami alih fungsi
lahan dan tidak mengalami alih fungsi lahan dilakukan secara snowball sampling atau penarikan sampel bola salju yang merupakan bentuk dari non probability
sampling method. Metode ini dipilih karena jumlah populasi maupun anggota populasi yang akan diteliti tidak diketahui secara pasti. Cara pengambilan sampel
dengan metode ini dilakukan dengan mencari sampel pertama dan mewawancarainya. Setelah itu peneliti juga mencari informasi kepada sampel
pertama tersebut tentang sampel selanjutnya yang akan diwawancarai sesuai dengan kriteria yang diinginkan, dan begitu seterusnya.
Responden dalam penelitian ini merupakan petani pemilik lahan sekaligus penggarap yang pernah mengalami alih fungsi lahan dan tidak mengalami alih
fungsi lahan. Pengambilan data primer dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan bantuan kuesioner kepada responden. Responden dalam
penelitian ini berjumlah 35 orang. Penetapan sampel ini didasarkan pada pendapat Gujarati 2006 yang menyatakan bahwa rata-rata sampel dari besaran sampel
yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 responden akan mendekati normal.
4.4 Metode Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk tabel yang mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang akan
dilakukan dapat dilihat dalam tabel 3 di bawah ini: