Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah

Berdasarkan model yang didapatkan dapat dilihat dari 5 variabel independen yang diduga mempengaruhi keputusan petani dalam alih fungsi lahan sawahnya di Kecamatan Limo, hanya 2 variabel yang yang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya alih fungsi lahan sawah di tingkat petani. Variabel yang berpengaruh signifikan tersebut adalah luas lahan yang dimiliki petani dan lama bertani. Signifikan atau tidaknya pengaruh suatu variabel independen dilihat dari nilai Sig. α taraf nyata yang digunakan. Variabel luas lahan yang dimiliki petani memiliki nilai Sig. sebesar 0.086 yang berarti bahwa variabel independen ini berpengaruh nyata terhadap peluang terjadinya alih fungsi lahan tingkat petani pada taraf nyata α= 10 persen. Nilai koefisien bertanda negatif -0.350 dan nilai Exp β atau odds ratio sebesar 1.419 menunjukkan peluang terjadinya alih fungsi lahan semakin kecil. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya luas kepemilikan lahan maka peluang petani untuk mengalihfungsikan lahan sawah 1.419 kali dibandingkan tidak melakukan alih fungsi lahan. Petani yang memiliki luas lahan yang besar cenderung mempertahankan lahannya sehingga peluang terjadinya alih fungsi lahan kecil. Sedangkan petani yang memiliki sedikit lahan cenderung untuk menjual lahannya Hal ini diduga berhubungan dengan pendapatan yang didapatkan oleh petani. Dengan luasnya lahan yang dimiliki petani diduga semakin banyak pula perolehan hasil produksi petani dibandingkan dengan petani yang memilki lahan yang lebih sempit. Hasil panen pada lahan yang sedikit tidak sebanding biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi padi yang dilakukan oleh petani. Secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi penerimaan petani dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga petani yang memiliki sedikit luasan lebih memilih untuk menjual lahannya untuk mencukupi kebutuhan ataupun membeli lahan yang lebih murah. Variabel lain yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan sawah di tingkat petani adalah lamanya bertani atau pengalaman bertani. Variabel ini memiliki nilai Sig. sebesar 0.065 menunjukkan bahwa variabel pengalaman bertani berpengaruh nyata pada taraf α = 10 persen. Nilai koefisien bertanda negatif - 0.256 dan nilai exp β atau odds ratio sebesar 1.292 menunjukkan peluang petani mengalihfungsikan lahan semakin kecil. Petani yang lebih banyak pengalaman bertani memiliki peluang mengalihfungsikan lahan sawah 1.292 kali lebih rendah daripada tidak melakukan alih fungsi lahan. Hal ini mengindikasikan bahwa petani yang memiliki banyak pengalaman dalam bertani akan cenderung mempertahankan lahan yang dimilikinya. Petani dengan banyak pengalaman dalam bertani memiliki keahlian di bidang pertanian yang lebih banyak sehingga berusaha mempertahankan lahan sawahnya dibandingkan harus menjual lahannya dan bekerja pada sektor lain. Sebagian petani yang lebih berpengalaman dalam bertani menjadikan kegiatan bertani sebagai kegemaran. Bertani tidak lagi hanya menjadi hal yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tapi juga dimanfaatkan oleh petani sebagai mengisi waktu luang dan hobi. Berdasarkan 24 responden yang melakukan alih fungsi lahan, beberapa diantaranya memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi petani pemilik lahan. Pekerjaan tersebut yang menjadi pemenuh kebutuhan pendapatan petani ketika pendapatan sebagai petani tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Berikut pekerjaan sampingan petani di Kecamatan Limo, Depok: Tabel 11. Pekerjaan Sampingan Petani Kecamatan Limo, Depok Pekerjaan Sampingan Presentase Tidak Ada 37.50 Ojek 4.17 Pedagang 25.00 Ternak 16.67 Lainnya 16.67 Jumlah 100 Sumber: Data Primer diolah Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Limo tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sehingga pendapatan mereka bergantung kepada hasil tani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Dengan adanya pekerjaan sampingan petani ini secara tidak langsung mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan alih fungsi lahan. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan petani ketika telah melakukan alih fungsi lahan untuk keberlangsungan pemenuhan kebutuhan hidup. Ketika petani memutuskan untuk melakukan alih fungsi lahan, pendapatan yang diperoleh minimal harus seimbang dengan kebutuhan hidupnya dalam jangka panjang. Sehingga petani tidak merugi dalam mencukupi kebutuhan keluarga yang ditanggungnya. Hal ini dikarenakan kebutuhan dalam pangan menjadi yang paling penting sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Tabel 12. Pekerjaan Petani Setelah Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Limo, Depok Pekerjaan Presentase Tidak Bekerja 16.67 Buruh 25.00 Pedagang 4.17 Penggarap 33.33 Sampingan 20.83 Jumlah 100 Sumber: Data Primer diolah Bedasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani Kecamatan Limo beralih profesi menjadi penggarap setelah melakukan alih fungsi lahan. Petani tersebut menggarap lahan sawah yang awalnya menjadi milik mereka dan telah berganti kepemilikan. Dalam proses perubahan fungsi lahan, petani diperbolehkan menggarap lahannya hingga pembangunan akan mulai dilakukan. Selain itu petani juga diperbolehkan untuk menggarap lahan lain yang juga menanti proses pembangunan. Biasanya lahan tersebut akan digunakan oleh pengembang untuk dijadikan perumahan. Sekitar 25 persen petani lainnya bekerja sebagai buruh bangunan maupun buruh tani dan 16.67 persen petani belum memiliki rencana untuk alih profesi.

6.4 Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi

Alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah akan berakibat secara langsung terhadap produksi padi dan juga nilai produksi padi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Menurunnya jumlah luasan sawah yang ada pada suatu wilayah yang disebabkan oleh alih fungsi lahan akan menurunkan hasil produksi maupun nilai produksi padi apabila tidak diiringi oleh usaha peningkatan faktor-faktor lain yang menunjang proses produksi, misalnya ketersediaan irigasi maupun penerapan teknologi yang lebih baik. Jumlah produksi yang hilang dipengaruhi oleh luas lahan sawah yang dialihfungsikan, produktivitas lahan sawah, dan pola tanam yang diterapkan. Luas lahan sawah yang dialihfungsikan merupakan jumlah luasan sawah yang dialihfungsikan setiap tahunnya. Asumsi pada penelitian ini pada luas lahan sawah yang dialihfungsikan tersebut tidak ada gagal panen. Produktivitas lahan sawah merupakan hasil panen per hektar lahan sawah. Pada penelitian ini jenis sawah diasumsikan sama termasuk jenis irigasi maupun jenis padi yang ditanam. Diasumsikan pola tanam yang diterapkan sebanyak dua kali dalam satu tahun untuk seluruh luasan sawah. Tabel 13. Produktivitas Padi Sawah di Kota Depok pada Periode 2001-2012 Tahun Produktivitas Padi Sawah tonhatahun Pertumbuhan Produktivitas Padi Sawah per tahun 2001 5.36 - 2002 4.82 -0.54 2003 5.45 0.63 2004 4.96 -0.49 2005 5.65 0.69 2006 5.40 -0.25 2007 6.22 0.82 2008 6.24 0.02 2009 6.36 0.12 2010 6.33 -0.03 2011 6.35 0.02 2012 6.42 0.07 Rata-rata 5.80 0.096 Sumber: Badan Pusat Statistik diolah Berdasarkan tabel diatas, rata-rata produktivitas padi sawah per tahun selama periode 2001-2012 adalah 5.80 ton ha dengan pertumbuhan produktivitas rata-rata per tahun sebesar 0.096. Dengan asumsi yang telah dikemukakan, total produksi padi yang hilang selama dua belas tahun terakhir adalah sebesar 4,848.53 ton dengan rata-rata kehilangan sekitar 449.87 ton per tahun. Apabila diasumsikan harga 1 ton gabah kering giling GKG adalah Rp4 000 000, kehilangan nilai produksi padi menjadi ton 4 848.53 x Rp4 000 000ton = Rp19 794 138 000 atau sekitar 19.8 milyar rupiah. Sedangkan rata-rata yang hilang per tahunnya sebesar 1 799 468 000 atau sekitar 1.8 milyar rupiah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 14. Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Produksi Padi di Kota Depok Periode 2001-2012 Tahun Produktivitas padi sawah tonhatahun Luas Lahan Terkonversi ha Produksi yg Hilang ton 2001 5.36 - - 2002 4.82 0.00 2003 5.45 -45.00 -245.25 2004 4.96 0.00 2005 5.65 -369.53 -2087.84 2006 5.40 54.63 295.002 2007 6.22 0.40 2.49 2008 6.24 -0.50 -3.12 2009 6.36 -40.00 -254.40 2010 6.33 0.00 2011 6.35 -127.00 -806.45 2012 6.42 -288.00 -1848.96 Jumlah -815.00 -4948.5345 Rata-rata -74.09 -449.867

6.5 Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Ketersediaan Pangan

Dampak alih fungsi lahan sawah terhadap produksi padi dan nilai produksi padi juga mempengaruhi konsumsi penduduk Kota Depok. Alih fungsi lahan sawah di Kota Depok akan terus mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut. Permasalahan kecukupan pangan ini menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan penduduk. Konsumsi penduduk akan bahan pangan tidak bisa dikurangi apabila pertumbuhan penduduk terus meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan. Estimasi dampak alih fungsi lahan terhadap ketersediaan pangan dapat dilakukan dengan membandingkan hasil produksi per tahunnya di wilayah Kota Depok dan Jumlah konsumsi penduduk. Hasil produksi beras didapatkan dari produksi gabahton yang kemudian dikonversi menjadi beras sebesar 75.02 persen. Sedangkan besar kebutuhan beras penduduk didapatkan dari konsumsi beras penduduk Depok yang diasumsikan sebesar 97 kgjiwatahun dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Depok. Data jumlah penduduk Depok diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Depok dan data luas panen, produktiitas, maupun luas panen, didapatkan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok.