Kerangka Operasional KERANGKA PEMIKIRAN 3.1

Tabel 3. Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Mengidentifikasi laju alih fungsi lahan di Kota Depok Data sekunder Persamaan laju alih fungsi lahan 2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di tingkat wilayah Kota Depok Data Sekunder Analisis regresi linier berganda 3 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di tingkat petani Data primer wawancara menggunakan kuesioner Analisis regresi logistik 4 Mengestimasi dampak terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Data primer wawancara menggunakan kuesioner Analisis estimasi produksi dan nilai produksi Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan melalui program Microsoft Office Excel 2007, Statistical Program and Service Solution 20 , dan Eviews 7. 4.4.1 Analisis Laju Alih Fungsi Lahan Dalam menentukan laju alih fungsi lahan, dibutuhkan identifikasi wilayah yang berupa luas lahan sawah per tahunnya. Setelah itu menentukan tahun awal terjadinya alih fungsi lahan dengan adanya perubahan luasan saat sebelum hingga sesudah terjadinya alih fungsi lahan. Selanjutnya, mengkalkulasi perbandingan luasan lahan per tahun sehingga bisa terlihat perbandingan luas lahan sebelum terjadi alih fungsi lahan hingga terjadinya alih fungsi lahan. Laju alih fungsi lahan dapat ditentukan dengan cara menghitung laju alih fungsi secara parsial dan kontinu Sutandi 2009 dalam Astuti 2011. Dalam penelitian ini, laju alih fungsi lahan hanya menggunakan perhitungan laju alih fungsi lahan secara parsial. Analisis dengan persamaan ini dapat melihat persentase laju konversi lahan yang terjadi di Kota Depok setiap tahunnya dari tahun 2001 hingga 2012. Laju konversi lahan tertinggi selama 12 tahun dapat dilihat dengan menggunakan metode seperti ini. Laju konversi parsial: V= x 100 ....................................................................................4.1 dimana: V = Laju konversi lahan Lt = Luas lahan saat ini tahun ke-t ha Lt-1 = Luas lahan tahun sebelumnya ha

4.4.2 Analisis Linier Berganda

Analisis data yang digunakan dalam mengkaji faktor-faktor pengaruh alih fungsi lahan adalah analisis regresi linier berganda. Tujuannya adalah membuat suatu deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta. Analisis regresi adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel peubah bebas atau independent X dengan variabel peubah tak bebas atau dependent Y. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat konversi lahan di tingkat wilayah adalah : 1. Luas Bangunan X1 Luas bangunan merupakan jumlah luasan bangunan per hektar. Sebagian besar alih fungsi lahan pertanian diubah menjadi bangunan-bangunan baik dalam bentuk pemukiman, industri, maupun sarana prasarana lainnya. Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan menambah permintaan akan tempat tinggal. Hal ini akan mendorong peningkatan luasan bangunan untuk pemukiman sehingga menurunkan luasan lahan pertanian. 2. PDRB non pertanian X2 Produk Domestik Regional Bruto PDRB non pertanian merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada sektor di luar pertanian. Semakin besar pertumbuhan ekonomi pada sektor non pertanian suatu wilayah dapat mempercepat terjadinya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke arah sektor jasa, perdagangan, manufaktur, dan sektor non pertanian lainnya. Sehingga penggunaan lahan pun akan tergeser dari lahan untuk pertanian menjadi non pertanian. 3. Perubahan Panjang Jalan Aspal X3 Meningkatnya luasan panjang aspal pada suatu wilayah merupakan salah satu cara untuk meningkatkatkan aksesibilitas. Dengan meningkatnya perubahan panjang aspal, diduga akan meningkatkan penurunan luas lahan sawah akibat alih fungsi lahan. Persamaan model regresi linier berganda antara peubah – peubah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln Y= α + Ln β 1 X 1 + Ln β 2 X 2 + Ln β 3 X 3 + ε ...............................................4.2 Tanda yang diharapkan : β i Dimana : Y = Penurunan lahan pertanian akibat konversi lahan α = Intersep X i = Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi alih fungsi lahan β i = Koefisien regresi ε = Error Term Analisis regresi linier berganda merupakan alat untuk memperoleh suatu prediksi di masa lalu maupun yang akan datang dengan dasar keadaan saat ini. Prediksi dalam hal ini bukanlah merupakan hal yang pasti, namun mendekati kebenaran. Regresi linier sederhana dengan variabel ganda adalah analisis statistik yang mencakup hubungan banyak variabel. Apabila dijumpai satu variabel terikat yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat itu bermacam, sehingga bentuk hubungannya pun tentunya berbeda-beda. Sifat hubungan berjenjang sering kali terjadi dalam kajian ilmu sosial. Variabel lain menjembatani pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tersebut dengan variabel antara. Variabel bebas itu sendiri mempunyai pola hubungan yang tidak tetap. Artinya bisa benar-benar bebas, berkorelasi tetapi tidak signifikan atau mempunyai hubungan yang tidak erat. Metode regresi linier berganda memiliki beberapa asumsi. Asumsi model regresi dikaitkan dengan pengujian parameter model dimana pengujian dikatakan sah jika asumsi pengujian dipenuhi. Asumsi tersebut menyangkut sifat dari distribusi residual. Residual harus menyebar di sekitar 0, memiliki varians konstan identik dan independen tidak berkorelasi satu sama lain. Salah satu syarat untuk mencapai ini yaitu data tidak bersifat time series. Regresi linier berganda dibutuhkan kondisi antar variabel X tidak saling berkorelasi independent. Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan bahwa model yang telah dihasilkan adalah baik. Menurut Sutandi 2009, model yang baik haruslah memenuhi beberapa uji asumsi pelanggaran, seperti: 1. Kriteria Ekonomi Model yang diuji berdasarkan kriteria ekonomi akan dilihat tanda dan besaran tiap koefisien dugaan yang telah diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori ekonomi. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka model tersebut dapat dikatakan baik secara ekonomi, namun, apabila kriteria tersebut tidak memenuhi standar ekonomi maka model tersebut tidak dapat dikatakan baik secara ekonomi. 2. Kriteria Statistik dan Ekonometrika Ada beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian model regresi yang telah didapatkan secara statistika dan ekonometrika. Uji tersebut adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah pada model tersebut residual terdistribusi normal atau tidak. Model yang baik harus mempunyai residual yang terdistribusi normal atau hampir normal. Uji yang dapat digunakan adalah dengan membuat histrogram normalitas. Nilai probality yang lebih besar dari taraf nyata α = 10 menandakan residual terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinieritas Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah Multikolinieritas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah bebas. Masalah ini dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai Varian Inflaction Factor VIF 10 maka tidak ada masalah multikolinieritas. Hal ini berarti bebas uji asumsi pelanggaran dan persamaan yang digunakan merupakan persamaan yang baik dan tidak terdapat pelanggaran. c. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode penggunaan kuadrat terkecil adalah Homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi Homoskedastisitas adalah Heteroskedastisitas. Masalah Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan variabelvariabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikannya dari hasil uji gletser lebih besar dari α =10 maka tidak terdapat Heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Jika kita mengabaikan adanya autokorelasi, maka akan berdampak terhadap pengujian hipotesis dan proses peramalan. Uji paling sering digunakan dalam mendeteksi adanya autokolerasi dalam suatu model adalah uji DW Durbin Watson Test, dan jika hasilnya mendekati 2 maka tidak ada autokolerasi. Selain itu, cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey. Uji ini dilakukan dengan meregresikan residual dengan lag residual dan semua regresor. Dari hasil regresi tersebut akan diperoleh koefisien determinasi Prob. Chi-Square untuk mengetahui autokorelasi. Jika nilai tersebut lebih besar dari taraf α = 10 maka tidak ada permasalahan autokorelasi.

4.4.3 Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengkonversi lahan sawah. Menurut Nachrowi et all 2002, model logit adalah model non linear, baik dalam parameter maupun dalam variabel. Juanda 2009, memaparkan bahwa model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik yang dapat dispesifikasikan sebagai berikut …………………...…..4.3