Panen Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru
khusus yang belum dikuasai penuh oleh karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara. Produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara yang menurun dipengaruhi
oleh faktor alam yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penanganan secara alami hal ini disebebkan karena ketersediaan tiram mutiara yang dihasilkan secara
alamiah makin berkurang serta ketersediaan tiram mutiara yang ada tidak memenuhi syarat untuk dilakukan proses implantasi atau penyuntikan nucleus.
Sehingga pada tahun 2012 PT. Dafin melakukan kegiatan budidaya dengan kegiatan penyediaan benih spat melalui pembenihan secara buatan di hatchery.
Adapun dampak dari kegiatan penyediaan benih ini adalah merupakan resiko produk yaitu berupa kegagalan dalam mempersiapkan benih yang akan
dibudidayakan dan penyuntikan nucleus, tidak semua dari tiram mutira yang melalui pembenihan secara buatan di hatchery mengalami keberhasilan pada saat
panen.
Tabel 5 Harga jual biji mutiara Tahun
Produksi Biji Mutiara
kg Harga
Kurs Harga
rp Nilai Produksi
Jutaan rupiah 2009
149.65 6,764
9,447 63,900
9,562 2010
191.63 5,865
9,036 53,000
10,156 2011
259.11 6,370
9,113 58,050
15,041 2012
66.85 6,483
9,718 63,000
4,211 Dari Tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa produksi biji mutiara yang
dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara pada tahun 2009 sebanyak 149,65 kg dengan kurs mata uang yang berlaku pada saat itu sebesar Rp 9.447 sehingga harga
per kg adalah Rp 63.900.000 dan penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.562.635.000, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 13.191.300
yang diperoleh dari hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan Tahun 2009 sebesar Rp 9.575.826.300. Tahun 2010 produksi biji mutiara yang
dihasilkan sebanyak 191,63 kg namun yang terjual sebesar 181,63 kg sehingga terdapat 10 kg biji mutiara yang tidak terjual. Kurs yang berlaku sebesar Rp 9.036
jadi harga per kg adalah Rp 53.000.000 serta penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.626.390.000. Tahun 2010 terdapat selisih penjualan sebesar Rp 57.928.250
yang merupakan hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan tahun 2010 sebesar Rp 9.684.318.250. Produksi biji mutiara tahun 2011 adalah 259,11 kg dan
ditambahkan dengan sisa 10 kg hasil produksi tahun 2010, jadi total biji mutiara di tahun 2011 sebanyak 269,11 kg dan yang terjual sebanyak 186,11 dengan
demikian terdapat sisa biji mutiara sebanyak 83 kg yang belum terjual, nilai tukar rupiah yang berlaku Rp 9.113 dengan harga per kg Rp 58.050.000, jadi total
penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.803.685.500, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 38.390.600 yang diperoleh dari hasil penjulan tiram mutiara, jadi total
penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.842.076.100 dan pada tahun 2012 produksi biji mutiara yang dihasilkan menurun yakni sebanyak 66,85 kg, hasil ini
ditambahkan dengan sisa biji mutiara yang tidak terjual di tahun 2011 sebanyak 83 kg, jadi total biji mutiara di tahun 2012 sebanyak 149,85 kg dengan tingkat
kurs yang berlaku Rp 9.718 dan harga produksi sebesar Rp 63.000.000kg dan
total penjualan per kg sebesar Rp. 9.440.550.000, terdapat selisih penjualan sebesar Rp 17.774.100 yang diperoleh dari penjualan tiram mutiara jadi total
penjualan tahun 2012 sebesar Rp 9.458.324.100.
Sementara itu nilai volume komoditas unggulan dari produksi hasil perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 6 Volume komoditi unggulan dari produksi hasil perikanan yang di antar
pulaukan tahun 2009-2012 No Jenis
Komoditi 2009
2010 2011
2012 Volume
kg Volume
kg Volume
kg Volume
kg
1 Biji Mutiara
694,60 751,18
781,149 639,259
2 Rumput Laut
1.460.502,00 .769.950,00 2.397.168,00 1.209.237,00
3 Ikan Kerapu
164.460.60 64.569,50 69.902,00 67.017,00
4 Lobster :
-Mutiara 6.874,75 14.715,82 10.448,00
11.683,00 -Bambu
13.720,80 20.318,25 17.276,00 14.757,00
-Pasir 441,00
281,00 220,00
- 5
Kepiting : -Bakau
223.121,00 225.145,00 286.699,00 327.889,00
-Rajungan 7.730,00 2.030,00
545,00 -
6 Teripang
40.492,00 219.687,00 62.077,00 850.032,00
7 Ikan Hiu :
-Ujung Ekor 34.087,00 35.610,00 27.796,00
11.878,00 -Kulit
49.955,00 42.335,00 41.536,00 14.526,00
-Tulang 110.076,00 63.700,00 21.857,00
6.238,00 -Daging
1.392.785,00 570.770,90 503.115,00 183.050,00
-Sirip 45.188,00 205.420,00 202.234,00
298.603 Sumber: DKP Kab. Kepulauan Aru 2012
Penilaian Aspek Keuangan dan Analisa Sensivitas Perusahaan
Penilaian aspek keuangan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bisnis usaha budidaya tiram mutiara, agar
usaha budidaya tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mengetahui aspek keuangan dari kegiatan budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara,
maka dapat dihitung dari besarnya nilai investasi, biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan, pendapatan yang diperoleh dari nilai jual hasil panen, dan
kewajiban membayar pinjaman bank dengan bunga 25 per tahun selama 4 tahun.
Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, penilaian aspek keuangan tersebut digambarkan berdasarkan kriteria nilai Revenue Cost Ratio RC dan keuntungan
π untuk mengetahui kelayakan pada saat ini. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha dimasa mendatang dengan memasukkan faktor nilai uang
discounted criteria digunakan kriteria Net Present Value NPV, dan Net Benefit Cost Net BC. Tingkat discount rate diasumsikan sebesar 15 mengacu pada
kisaran suku bunga kredit pada saat ini, Perhitungan rentang usaha selama 4 tahun dan usaha budidaya dioperasikan mulai tahun pertama. Jumlah produksi
mutiara dari PT. Dafin Mutiara selama tahun 2009 hingga 2012 sangat
fluktuatif sehingga mempengaruhi laba perusahaan. Untuk itu dilakukan penilaian dari aspek keuangan terhadap usaha dari PT. Dafin Mutiara yang
dimulai dari tahun 2009 sampai 2012 dengan menggunakan model analisis Net Present Value NPV, PI atau BC Ratio dan Internal Rate of Return IRR
serta analisis sensivitas. Hasil dari penilaian aspek keuangan dan hasil analisis sensivitas perusahaan
dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Penilaian aspek keuangan dan analisis sensivitas bisnis usaha tiram mutiara
Kriteria Finansial
Kondisi Normal
Juta rp Penjualan
Turun 10 Juta rp
Penjualan Turun 20
Juta rp Bahan Baku
Naik 10 Juta rp
Bahan baku Naik 30
Juta rp
Investasi
12,280 12,280
12,280 12,280
12,280 NPV
6,557 3,685
553 6,782
2,474 IRR
60.87 28.77
15.31 75.00
16.91
Net BC
1.91 1.25
1.00 2.20
1.03
Berdasarkan penilaian aspek keuangan di atas dapat dilihat bahwa bisnis usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara
menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp. 6.557.713.274. Ini menunjukkan bahwa bisnis usaha tiram mutiara akan memberikan manfaat bersih
sekarang sebesar Rp. 6.557.713.274 selama jangka waktu empat tahun, sehingga berdasarkan kriteria NPV maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net BC
yang diperoleh yaitu sebesar 1,91 yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp. 1,91. Nilai Net BC yang diperoleh
lebih besar dari 1, sehingga usaha budidaya tiram mutiara ini layak untuk dijalankan. Sedangkan IRR yang didapat yaitu sebesar 60,87 dimana nilai IRR
tersebut lebih besar dari discount factor rate yang ditetapkan yaitu 15. Dengan demikian, berdasarkan kriteria penilaian IRR maka usaha ini sangat layak untuk
dilaksanakan.
Analisis sensivitas pada usaha ini menunjukkan bahwa bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang saat ini dijalankan dengan asumsi bahwa jika
penjualan turun hingga 20 dan jika harga bahan baku naik hingga 30 maka perusahaan masih dapat untuk menjalankan usahanya dengan baik.
Analisis Trend dan Forecasting
Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun terhadap laporan keuangan perusahaan.
Periode pengamatan dari penelitian terhadap PT. Dafin Mutiara untuk analisa trend
adalah 4 tahun yaitu dari tahun 2009 sampa tahun 2012 dan yang menjadi tahun dasar adalah tahun 2009 karena tahun tersebut merupakan tahun awal atau
periode awal perusahaan melakukan kegiatan eksport. Analisa trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan dari PT. Dafin
Mutiara selama 4 tahun 2009-2012 pada komponen penjualan adalah cenderung naik, hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara
sudah dikenal di pasar sasaran dan memiliki kualitas yang baik.
PT. Dafin Mutiara diharapkan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor- faktor yang dapat meningkatkan volume penjualan mutiara diantaranya yaitu
kebijakan harga jual, kebijakan produk dan kebijakan distribusi. Pada komponen pendapatan, dilakukan analisis trend selama 4 tahun dari tahun 2009-2012
diperoleh grafik dengan kecendrungan meningkat. Hal ini disebabkan karena harga jual produk yang berfluktuasi mengikuti kurs mata uang yang berlaku.
Forecasting atau peramalan terhadap kondisi perkembangan perusahaan
sangat perlu dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, karena bermanfaat untuk memperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan pada tahun-tahun
mendatang sehingga perusahaan dapat melakukan strategi yang tepat untuk mengantisipasinya.
Analisis trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan adalah terhadap komponen penjualan tiram mutiara dan pendapatan atau laba
bersih perusahaan. Hasil Analisis trend terhadap laporan keuangan perusahaan dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Analisis trend terhadap laporan keuangan Perusahaan PT. Dafin Mutiara tahun 2009-2012
Komponen Tahun
Dalam Jutaan Rupiah 2009
2010 2011
2012
Penjualan 9.575
9684 10842
9458 Pendapatan
108 143
210 189
Ukuran kebaikan model ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE, MAD dan MSD. Semakin kecil nilai MAPE menunjukkan bahwa model yang digunakan
semakin akurat, sehingga model tersebut secara statistis semakin cocok untuk digunakan. Model peramalan pada komponen penjualan menggunakan model
linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil, yaitu dengan nilai MAPE 4, nilai MAD 454 dan MSDnya adalah 300507. Kecendrungan perkembangan
kondisi penjualan perusahaan tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah sama dapat dilihat pada
gambar 4
Index
P e
n ju
a la
n
14 13
12 11
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
11000 10750
10500 10250
10000 9750
9500
A ccuracy Measures MA PE
4 MA D
456 MSD
300507 Variable
Forecasts A ctual
Fits
Trend Analysis Plot for Penjualan
Linear Trend Model Yt = 9688 + 80.7t
Gambar 4 Perkembangan penjualan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10 tahun ke depan 2013-2022
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perkembangan penjualan dari PT. Dafin Mutiara cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011 sedangkan ditahun
2012 mengalami penurunan dan untuk peramalan 10 tahun ke depan penjualan dari PT. Dafin Mutiara juga cenderung mengalami kenaikan.
Tabel 9 Analisis Forecasting terhadap penjualan dan pendapatan tahun 2013-2022
Komponen Tahun
Dalam Jutaan Rupiah
2013 2014 2015
2016 2017
2018 2019
2020 2021
2022
Penjualan 10,091 10,172 10,252 10,333 10,414 10,495 10,575 10,656 10,737 10,817
Pendapatan 240
271 302
333 364
395 426
457 488
519
Kecendrungan perkembangan kondisi pendapatan PT. Dafin Mutiara tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi tingkat
bunga tetap dapat dilihat pada gambar 5.
Index
P e
n d
a p
a ta
n
14 13
12 11
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
500 400
300 200
100
A ccuracy Measures MA PE
9.006 MA D
16.000 MSD
376.000 Variable
Forecasts A ctual
Fits
Trend Analysis Plot for Pendapatan
Linear Trend Model Yt = 85 + 31t
Gambar 5 Perkembangan pendapatan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10 tahun ke depan 2013-2022
Dari data perusahaan, pendapatan yang diperoleh oleh PT. Dafin Mutiara dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan, dan peramalan
pendapatan perusahaan untuk 10 tahun ke depan yakni dari tahun 2013 sampai tahun 2022 dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah tetap, juga cenderung
mengalami kenaikan.
Peramalan pada komponen penjualan menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil. Tahun 2013 penjualan perusahaan diprediksi
akan bernilai Rp 10.091.500.000 dan pada tahun ke 10 yaitu tahun 2022 penjualan perusahaan diramalkan meningkat menjadi Rp. 10.817.800.000.
Peramalan untuk komponen pendapatan juga menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil dibandingkan dengan dua model lainnya.
Pendapatan perusahaan untuk tahun 2013 diprediksi sebesar Rp 240.000.000 dan tahun 2022 diprediksi pendapatan dari PT. Dafin Mutiara akan naik menjadi Rp
519.000.000. Dengan demikian perusahaan diharapkan tetap mempertahankan bahkan lebih meningkatkan kegiatan operasional dengan meningkatkan jumlah
penjualan sehingga akan meningkatkan laba perusahaan.
Analisis SWOT
Untuk mendapatkan suatu formula strategi pengembangan pemasaran bisnis usaha yang baik dari PT. Dafin Mutiara maka perlu dilakukan analisis
SWOT Rangkuti, 2005. Analisis SWOT merupakan suatu alternatif yang dapat di pakai PT. Dafin Mutiara dari pendekatan internal yang terdiri dari
kekuatan strength dan kelemahan weakness serta faktor eksternal yang meliputi peluang opportunity dan ancaman threat.
Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
diantaranya: a.
Faktor internal
1. Kekuatan Strenght :
a. Lokasi perusahaan yang sangat strategis
PT. Dafin Mutiara terletak di daerah yang terlindung dari hempasan ombak, sehingga memungkinkan melakukan kegiatan budidaya
dengan baik. Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun
budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan
gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara. Lokasi budidaya tiram
mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga
dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun Aladaileh Saleem 2014.
b. Memiliki tenaga operasi cukup trampil dan berpengalaman di dalam
kegiatan operasi siput haichery Secara internal, PT Dalfin Mutiara telah memiliki seorang tenaga
teknis asing yang berpengalaman dalam kegiatan operasi siput haichery. Hal ini merupakan salah satu unsur dasar dalam
perencanaan usaha budidaya tiram mutiara, karena tanpa tenaga yang trampil dalam proses haichery, maka akan mengakibatkan kegagalan
produksi Leera Kittigul et.al 2014.
c. Prospek Usaha yang baik didukung dengan posisi keuangan
perusahaan yang kuat. PT Dafin Mutiara memiliki aset investasi yang cukup kuat dalam
melaksanakan perencanaan usaha budidaya tiram mutiara. Faktor ini juga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses budidaya
hingga produksi, sesuai hasil analisa kelayakan usaha dan sensivitas bisnis yang dijalankan.
d. Memiliki reputasi yang baik dibidang budidaya khusunya tiram
mutiara. Semenjak berdiri pada tanggal 7 September 1988, PT Dafin Mutiara
telah memiliki reputasi yang baik di bidang pengelolaan budidaya tiram mutiara di Kepuluan Aru, hingga dapat memasok produk mutiara dari
Kepulauan Aru ke pasar ekspor internasional.
2. Kelemahan Weakness :
a. Kurangnya SDM lokal yang terampil dalam proses haichery
Ketersediaan SDM lokal yang trampil, menjadi salah satu unsur yang melemahkan perkembangan bisnis usaha ini dikalangan masyarakat
pribumi. Hal ini dikarenakan sebagaian besar tenaga teknis yang terampil dan proses haichery adalah orang asing.
Ketrampilan yang dimiliki oleh SDM lokal dapat dikembangkan agar mampu menjawab kebutuhan produksi dalam bisnis usaha budidaya
tiram mutiara.
b. Program penelitian dan pengembangan dari usaha budidaya tiram
mutiara belum dilakukan secara optimal. Masih kurangnya kepercayaan pengusaha bisnis tiram mutiara dalam
pengembangan kerjasama dan penelitian dengan instansi pemerintah daerah maupun dengan kalangan akademis. Secara spesifik pengusaha
tidak mau menyampaikan informasi perusahaannya terlebih khusus dalam menjaga kerahasiaan teknik dan proses haichery hingga
produksi panen tiram mutiara Yusnaini, 2009
c. Tidak adanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan.
Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat penting untuk membuat produk dapat dikenal di pasar dengan baik. Kurangnya
promosi akan menjadi kendala dalam memasuki pasar Kotler dan Amstrong, 2008