Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru

(1)

MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Meyske Angel Rahantoknam Nrp. H251110021


(4)

Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru. Dibimbing oleh JONO. M MUNANDAR dan MUKHAMAD NAJIB.

Tiram Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sub sektor perikanan yang dapat dibudidayakan sehingga menghasilkan biji mutiara yang dikenal sebagai perhiasan. Biji Mutiara merupakan salah satu komoditas unggulan dari sub sektor kelautan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru dan bernilai ekonomi tinggi serta memiliki prospek pengembangan usaha di masa mendatang.

PT. Dafin Mutiara merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru yang bergerak dalam bidang budidaya tiram mutiara dengan jumlah produksi di tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 66,85 kg dari jumlah produksi 259,11 kg pada tahun 2011 atau mengalami penurunan sebesar 74,20%.

Identifikasi dari faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman didapat dari perhitungan hasil kuesioner dan wawancara dengan para pakar yang merupakan ahli dalam kegiatan budidaya tiram mutiara serta melalui studi literatur. Tahap selanjutnya pembuatan matriks SWOT berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal, dilanjutkan dengan perumusan strategi alternatif menggunakan AHP. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Internal Factor Evaluation (IFE), analisis External Factor Evaluation (EFE), analisis Internal External (IE), analisis kelayakan usaha, analisis sensivitas, analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT), dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Rantai pemasaran untuk pasar ekspor cukup pendek, yaitu dari kegiatan panen yang dilakukan oleh perusahaan kemudian di kirim ke kantor cabang di Surabaya dan selanjutnya di eksport ke negara Hongkong. Dari aspek kelayakan usaha, maka bisnis yang dijalankan oleh PT. Dafin Mutiara sangat layak dan mendapat keuntungan yang maksimal karena ditunjang dengan posisi keuangan yang kuat dimana dari analisis sensivitasnya maka apabila harga bahan baku dinaikkan sampai 30% dan penjualan diturunkan sampai 20% maka usaha budidaya ini masih layak untuk dijalankan.

Bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang dijalankan oleh PT. Dafin Mutiara memiliki total skor internal (IFE) sebesar 3,247 yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam merespon kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sangat baik dengan total skor eksternal (EFE) dari usaha budidaya tiram mutiara sebesar 2,490 yang menandakan bahwa posisi eksternal dari bisnis budidaya tiram mutiara berada di bawah rata-rata, sehingga didapat pemetaan dari kedua matriks tersebut yang di sebut matriks IE yang berada pada sel IV, yaitu tumbuh dan membangun (grow and build).

Alternatif strategi yang direkomendasikan kepada PT. Dafin Mutiara adalah melakukan kegiatan promosi sehingga dimungkinkan mutiara yang dihasilkan lebih dikenal lagi di pasar internasional dan melakukan perekrutan tenaga kerja serta tenaga operasi yang berpengalaman.


(5)

MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM. Strategy Analysis of Pearl Oyster Business in Dafin Mutiara, Incorporated Company, Aru Islands Regency. Supervised by JONO. M MUNANDAR and MUKHAMAD NAJIB.

Pearl oyster is one of fishery sub-sector commodities that can be cultivated to produce seed pearls known as jewelry. Seed pearl is one of leading commodities in marine sub-sector in Aru Islands Regency. It has high economic value and has good prospect in the future business development. Moreover, it is known as jewelry coming from nature with its expensive price. This can be seen from the number of admirers which is getting higher and its price continues to increase from year to year.

Dafin Mutiara, Incorporated Company, is one of companies in Aru Islands Regency engaged in pearl oyster cultivation. Its total production fell quite dramatically from 259.11 kg in 2011 to 66.85 kg in 2012 (74, 20%).

Identification of internal factors consisting of strengths and weaknesses as well as external factors including opportunities and threats was obtained from result calculation of questionnaires and interviews with the experts who were expert in pearl oyster farming activities as well as through the study of literature.

The next stage was making a SWOT matrix based on the results of internal and external identification followed by the formulation of alternative strategies using AHP. Analysis tool used was the analysis of the Internal Factor Evaluation (IFE), the analysis of Internal External (IE), feasibility analysis, sensitivity analysis, SWOT analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). Marketing chain for the export market was quite short, i.e. from harvesting activities conducted by the company, the harvest was then sent to the branch office in Surabaya and exported to Hongkong.

From the aspect of feasibility, the business run by Dafin Mutiara, Incorporated Company, was very decent and it got maximum benefit because it was supported by a strong financial position in which its sensitivity analysis showed that if the price of raw materials was increased by 30% and the sale was lowered up to 20%, this pearl business was worthy to run.

Pearl oyster farming business run by Dafin Mutiara, Incorporated Company, had the total internal score (IFE) of 3.247 which indicated that the company's ability to respond the strengths and weaknesses was very well with the total external score (EFE) was 2,490 which indicated that the external position of the pearl oyster farming business was under average, therefore, it could be mapped from both matrixes IE. IE matrix that was in the position of cell IV (grow and build).

Alternative strategy recommended to Dafin Mutiara, Incorporated Company, is to do promotional activities so that the pearl produced by the company will be possibly recognized by international market, moreover, the company can recruit the experiencedlabors and operating workers.


(6)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(8)

(9)

NIM : H251110021

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Jono Mintarto Munandar, MSc Ketua

Dr Mukhamad Najib, STP MM Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr


(10)

segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru dengan baik. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc dan Dr. Mukhamad Najib, S.TP., MM selaku komisi pembimbing atas bimbingan, saran dan masukkan dalam penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM selaku penguji luar komisi dan Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu Manajemen atas saran dan kritik demi penyempurnaan tesis ini. 3. Manajer dan karyawan PT. Dafin Mutiara atas bantuan dan kerjasamanya

dalam pengumpulan data perusahaan.

4. Bapak Dr.rer.nat. Ir.E.A. Renjaan,. M.Sc selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual atas kesempatan tugas belajar yang diberikan.

5. Suamiku tercinta Frans Wattimena, SE.,M.Si dan anak-anakku terkasih yang dengan sabar dan penuh cinta memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

6. Papie, Mamie tersayang dan adik-adik terkasih atas dukungan doanya selama ini, serta mas Wiyarso dan ka’ Sherly atas bantuan dan dukungannya selama penulis kuliah serta ketiga ponakan tercinta (Eka, Danang dan Jeanet)

7. Papa Minggus, mama Ake, usi Conny, bu Robin, Vendy, Anna dan Ampi yang dengan sabar mendoakan, menjaga dan merawat anak-anakku.

8. Serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berkontribusi bagi bisnis usaha budidaya tiram mutiara.

Bogor, Juni 2014 Meyske Angel Rahantoknam


(11)

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 METODE

Kerangka Pemikiran 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Jenis dan Sumber Data 5

Pemilihan Sampel 6

Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Teknik Pengolahan Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 12

Profil PT. Dafin Mutiara 12

Manajemen Pengelolaan Budidaya Tiram Mutiara 15 Analisa Aspek Ekonomi Budidaya Tiram Mutiara 17 Penilaian Aspek Keuangan dan Analisis Sensivitas 19

Analisis Trenddan Forecasting 20

Analisis SWOT 23

Analisis Struktur Hirarki dalam Pengembangan Usaha Budidaya 29

Analisis Pengolahan Hirarki 32

Implikasi Manajerial 35

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 36

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 41


(12)

1 Data produksi PT. Dafin Mutiara 2

2 Matriks IFE 8

3 Matriks EFE 9

4 Matriks SWOT 11

5 Harga jual biji mutiara 18

6 Volume komoditi unggulan dari produksi hasil perikanan

yang diantarpulaukan Tahun 2009-2012 19

7 Hasil analisis kelayakan usaha dan analisis sensivitas 20 8 Analisis trendLaporan Keuangan PT. Dafin Mutiara

Tahun 2009-2012 21

9 Analisis forecastingterhadap Penjualan dan Pendapatan

Tahun 2013-2022 22

10 Hasil analisis matriks IFE 26

11 Hasil analisis matriks EFE 27

12 Hasil matriks SWOT 28

13 Bobot dan prioritas faktor terhadap goal 33

14 Bobot dan prioritas aktor terhadap goal 34

15 Bobot dan prioritas tujuan terhadap goal 35

16 Bobot dan prioritas alternatif strategi 35

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2 Matriks internal eksternal 10

3 Produk dari PT. Dafin Mutiara 13

4 Perkembangan penjualan perusahaan tahun 2009-2012 dan

forecastinguntuk 10 tahun ke depan 21

5 Perkembangan pendapatan perusahaan tahun 2009-2012 dan

forecasting untuk 10 tahun ke depan 22

6 Hasil matriks IE 28

7 Struktur hirarki strategi bisnis usaha tiram mutiara 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta dan gambaran lokasi penelitian 41

2 Kuesioner SWOT analisis strategi bisnis usaha tiram

mutiara PT. Dafin Mutiara 43

3 Kuesioner AHP analisis strategi bisnis usaha tiram

mutiara PT. Dafin Mutiara 46

4 Data resonden 56


(13)

7 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 20% 59 8 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 10% 60 9 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 30% 61 10 Hasil analisis trenddan forecastingkomponen penjualan dan pendapatan

dengan metode Exponential Growthdan Quadratic


(14)

Latar Belakang

Keadaan kondisi alam di Indonesia sangat mendukung untuk berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan (termasuk di dalamnya kegiatan budidaya tiram mutiara). Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari kepulauan, dimana hampir 2/3 dari wilayahnya

merupakan lautan.

Budidaya laut atau marikultur adalah suatu kegiatan pemeliharaan organisme akuatik laut dalam wadah dan perairan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Marikultur sendiri merupakan kegiatan perikanan budidaya yang relatif masih langka di Indonesia, padahal potensi pengembangan budidayanya sangat besar. Marikultur dilakukan di perairan laut yang relatif terlindung dari ombak badai dan angin ribut, lokasi itu berupa perairan diantara beberapa pulau, selat, teluk dan laut dangkal terlindung yang terdiri dari laguna, terumbu karang dan tubir. Terdapat 2 (dua) cara budidaya hasil laut yang dilakukan, yaitu :

a. Budidaya yang dilakukan secara penuh

Pada budidaya ini, benih atau bibit yang akan digunakan untuk budidaya didapatkan dengan cara pemijahan buatan atau pembibitan sendiri dan kemudian dilanjutkan dengan pemeliharaan atau pembesaran.

b. Budidaya yang dilakukan secara tidak penuh

Dimana bibit atau benih diperoleh dengan cara menangkap atau mengambil dari laut, kemudian dipelihara/dibesarkan di kolam-kolam yang telah disediakan.

Di Indonesia keberadaan perairan dengan karakteristik tersebut diperkirakan mencapai luas 24.528.178 ha. Kawasan tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya rumput laut, ikan kerapu, ikan kakap putih dan kerang mutiara. Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan budidaya tiram mutiara, karena selain sebagai negara kepulauan indonesia banyak memiliki lautan yang cocok untuk tempat budidaya tiram mutiara juga karena tiram mutiara relatif mudah dipelihara sebab tidak memerlukan pakan dari luar.

Perairan Indonesia sendiri memiliki potensi Tiram mutiara (Pinctada maxima)

yang begitu besar di wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru. Di beberapa daerah tersebut, usaha penyelaman tiram mutiara merupakan mata pencaharian bagi penduduk setempat.

Usaha untuk mendapatkan mutiara saat ini mengalami perkembangan, dari yang semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan tiram mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dan harganya semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari pasar domestik maupun dari mancanegara. Potensi perairan laut bagi pengembangan marikultur di Indonesia adalah 24.528.178 ha, dan Maluku merupakan salah satu dari 5 besar di Indonesia yang memiliki potensi perairan laut yakni sebesar 1.044.100 ha dan komoditas perikanan yang cocok untuk dikembangkan di perairan Maluku adalah kakap, kerapu, tiram, teripang dan rumput laut (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002).


(15)

Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha perikanan untuk menanamkan investasi pada bisnis perikanan laut pada usaha budidaya laut. Di daerah Maluku sampai saat ini terdapat perkembangan yang pesat dalam pembudidayaan tiram mutiara. Tiram ini merupakan salah satu produksi perikanan yang penting yang dapat dibudidayakan bukan semata-mata untuk pengambilan dagingnya, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah pengambilan mutiara yang terdapat didalamnya. Ini dapat berasal dari mutiara alam (preparat yang tidak sengaja masuk kedalamnya), atau mutiara buatan (preparat yang sengaja dimasukkan/ dioperasikan kedalam cangkang mutiara tersebut). Disamping itu

kulitnyapun dapat dipasarkan ke luar negeri. Sebagai sebuah wilayah kepulauan

yang didominasi oleh perairan laut, Kabupaten Kepulauan Aru menyimpan

sumber daya perikanan yang melimpah.

Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Aru mencatat sejumlah hasil laut baik ikan maupun non ikan yang digolongkan ke dalam komoditas unggulan yang ada di perairan laut Kabupaten Kepulauan Aru. Tiram mutiara berbeda dengan hasil perikanan lainnya dimana mutiara tergolong

ke dalam kelompok non edible products, yaitu volume produksinya relatif kecil

tetapi bernilai ekonomis tinggi.

Pesatnya perkembangan budidaya tiram mutiara ternyata tidak didukung oleh ketersediaan organismenya dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan, terutama tiram ukuran siap operasi. Sedangkan unit pembenihan yang ada, jumlahnya masih terbatas dan hasilnya hanya mampu menyediakan untuk keperluan perusahaan sendiri.

Perumusan Masalah

PT. Dafin Mutiara merupakan salah satu perusahaan perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru, yang bergerak dalam bidang usaha budidaya tiram mutiara. Dari kegiatan budidaya tiram mutiara ini menghasilkan biji mutiara yang merupakan salah satu jenis perhiasan. PT. Dafin Mutiara berproduksi 3 kali dalam setahun dengan tujuan eksport adalah negara Hongkong dengan jumlah produksi per tahunnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Data Produksi PT. Dafin Mutiara

Tahun Jumlah Produksi

(Kg)

Pertumbuhan (%)

2009 149,65 -

2010 191,63 28,05

2011 259,11 35,21

2012 66,85 74,20

Sumber : DKP Kab. Kepulauan Aru (2012)

Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara di tahun 2009 sebesar 149.65 kg mengalami kenaikan ditahun 2010 menjadi 191,63 kg atau naik sekitar 28,05%, tahun 2011 naik menjadi 259,11 kg atau sebesar 35,21%, tetapi di tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu 66,85 kg atau sebesar 74,20%.


(16)

Berdasarkan latar belakang dan data produksi dari PT. Dafin Mutiara dimana jumlah produksi mutiara yang dihasilkan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 74,20%, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi

penurunan jumlah produksi mutiara pada tahun 2012 ?

b. Bagaimana alternatif strategi bisnis yang tepat dan efektif bagi perusahaan

di masa yang akan datang ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan strategi bisnis dari usaha tiram mutiara. Dan untuk menjawab tujuan utama tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian riset ini adalah:

a. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah produksi

mutiara.

b. Menganalisa dan merumuskan strategi bisnis usaha tiram mutiara yang

tepat yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari Penelitian ini diharapkan:

a. Menghasilkan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi pihak

perusahaan serta memberi gambaran tentang strategi bisnis yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan jumlah produksi serta strategi menghadapi persaingan yang semakin ketat.

b. Dapat menarik minat bagi pihak swasta untuk berinvestasi khususnya di

sub sektor perikanan bidang usaha budidaya tiram mutiara.

Melalui hasil Kajian ini diharapkan menarik minat untuk dilakukan kajian lebih lanjut tentang strategi bisnis Tiram Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada beberapa kondisi di bawah ini :

a. Strategi bisnis usaha tiram mutiara serta perumusan strategi pemasaran.

b. Lokasi riset di lakukan hanya pada PT. Dafin Mutiara yang berlokasi di daerah

patah hati desa Warialau Kabupaten Kepulauan Aru.

c. Studi kelayakan menggunakan data-data yang ada pada perusahaan dan dinas

terkait.


(17)

2 METODE

Kerangka Pemikiran

Peluang pengembangan usaha perikanan di Indonesia masih sangat besar,mengingat pemanfaatan potensi perairan yang dimilikinya sampai saat ini masih relatif rendah. Sementara itu, kondisi global juga menyediakan peluang besar bagi pengembangan perikanan, yang ditunjukkan antara lain oleh terus meningkatnya permintaan terhadap produk perikanan baik ikan maupun non ikan. Untuk membangun potensi perikanan daerah, dan lebih meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil usaha perikanan di daerah, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, selain perikanan tangkap yang selama ini difokuskan untuk peningkatan produksi, perlu dikembangkan perikanan budidaya maupun industri pengolahan hasil perikanan sebagai upaya untuk meningkatkan keunggulan kompetitif daerah maupun menciptakan nilai tambah yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Potensi sumberdaya perikanan memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya nelayan. Salah satu jenis komoditi perikanan yang dirintis untuk meningkatkan pendapatan adalah pembudidayaan/pemeliharaan tiram mutiara. Dasar pemikiran adalah bahwa tiram mutiara mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik dipasaran lokal maupun internasional. Dengan melakukan strategi pemasaran yang baik terhadap usaha tiram mutiara pada perusahaan Dafin Mutiara diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam pendapatan asli daerah melalui pajak yang diterima dari penjualan produk tersebut.

PT. Dafin Mutiara sebagai perusahaan perikanan yang bergerak dalam bidang budidaya tiram mutiara memposisikan diri sebagai salah satu perusahaan pengekspor mutiara yang ada di kabupaten kepulauan Aru.

Dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi dari usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara. Faktor-faktor tersebut dijabarkan melalui matriks IFE-EFE untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui strategi-strategi pemasaran usaha tiram mutiara tersebut.

Pemilihan alternatif strategi pengembangan usaha tiram mutiara yang merupakan rekomendasi kepada pihak perusahaan, melibatkan beberapa ahli yang terkait dengan kegiatan budidaya tiram mutiara. Elemen yang masuk dalam perancangan keputusan terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Dan dari hasil penilaian tersebut, akan diketahui strategi pengembangan usaha tiram mutiara yang optimal dan efisien dalam mengembangan usaha tiram mutiara.


(18)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Dafin Mutiara yang berada di daerah patah hati desa Warialau Kecamatara Aru Utara Kabupaten Kepulauan Aru, dan dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai dari bulan April 2013 - Juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat dalam strategi pengembangan tiram mutiara dengan menggunakan

instrumen kuesioner. Data Sekunder diperoleh dari studi pustaka (library

research), studi dokumentasi, dan mempelajari data-data yang berasal dari Dinas Kelautan dan perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta BPS Kabupaten Kepulauan Aru.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) Survei langsung lapangan, yaitu melihat dan mempelajari berbagai keadaan tentang

Potensi Sumber Daya Perikanan

Budidaya Tiram Mutiara (pinctada

Analisis Faktor Lingkungan: * Jauh : Poleksosbud * Industri : Persaingan

Analisis Atribut : * Produk * Harga * Tempat * Promosi

Penilaian Aspek Keuangan : * BC Ratio * Harga

* IRR * Sensivitas

Matriks EFE Matriks IFE

Matriks IE

Analisis SWOT AHP

Rekomendasi Alternatif Strategi Bisnis Usaha Tiram


(19)

usaha budidaya tiram mutiara, (2) Wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan strategi dari usaha tiram mutiara dan (3) Opini dari pakar, yang diperoleh dari pakar-pakar yang terkait dengan topik penelitian.

Kriteria seorang pakar adalah sebagai berikut: (1) keberadaan dan kesediaan pakar/responden untuk dimintakan pendapat, (2) memiliki kredibilitas sebagai ahli pada substansi/bidang yang diteliti, (3) memiliki pengalaman di bidang budidaya tiram mutiara, dan (4) memiliki pendidikan yang menunjang di bidangnya.

Pemilihan Sampel

Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan secara purposive

sampling, yaitu dengan maksud dan tujuan tertentu. Tiram mutiara dipilih karena mewakili komoditas dari sub sektor perikanan dan merupakan komoditas unggulan si kabupaten Kepulauan Aru. Sampel yang dipilih untuk identifikasi lingkungan internal dan eksternal serta matriks SWOT adalah mereka yang terlibat langsung dan mempunyai pengaruh dalam bisnis usaha tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara yang terdiri dari 5 orang, yaitu : (1) direktur; (2) manajer pemasaran; (3) manajer produksi; (4) manajer operasional; dan (5) karyawan. Sedangkan pakar yang dipakai dalam AHP adalah sebanyak 4 orang, yang terdiri dari : (1) eksportir; (2) perwakilan dari DKP; (3) akademisi; dan (4) bagian produksi. Responden untuk analisis data dapat dilihat pada lampiran 4.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan wawancara kepada responden dan pihak yang terkait dengan menggunakan

kuesioner baik untuk pendekatan SWOT (Lampiran 2) maupun AHP (Lampiran 3).

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis faktor lingkungan internal dan eksternal, analisis matriks internal dan eksternal dan analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan alternatif strategi yang digunakan oleh perusahaan serta AHP digunakan untuk menentukan peringkat dari alternatif strategi yang ada.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengelolahan data dilakukan dengan menganalisis strategi pemasaran usaha tiram mutiara melalui tahapan (a) Analisis Net B/C rasio, (b) NPV, (c) IRR

(d) Sensivitas (e) Analisis Trend dan Forcasting untuk 5 tahun (f) Analisis

IFE-EFE; (g) Analisis Matrix IE; (h) Analisa SWOT dan (i) Analisis Hirarki Proses (AHP).

Model-model Analisis:

Model analisis yang digunakan, menurut Mardiyanto 2009 yaitu :

a. Net B/C Rasio


(20)

. . . (i)

Bt = Benefit pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

i = Tingkat bunga yang berlaku

t = Jangka waktu proyek

n = Umur proyek

b. Net Present Value (NPV)

Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :

. . . . (ii)

Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t

t = Lamanya waktu investasi

i = Tingkat bunga

c. Internal Rate of Return (IRR)

Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :

. . . .(iii)

NPV1 = Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan bunga modal

sebesar i1

NPV2 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan bunga modal

sebesar i2

i1 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan

NPV positif

i2 = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan

NPV negatif

d. Analisis Sensivitas

Analisis sensivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan usaha yang telah dilakukan yang tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Analisis ini dilakukan dengan

teknik trial-error terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui

tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam suatu usaha.

Untuk menentukan ukuran sensivitas, digunakan formula switching value.

Switching value menggambarkan tingkat perubahan tertentu yang

menyebabkan NPV mendekati atau sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat

     n i t n i t i Ct i Bt C B 1 1 1 1

 

t n t

i

Ct

Bt

NPV


(21)

suku bunga serta parameter yang digunakan adalah perubahan yang sangat mempengaruhi kelayakan usaha.

e. Analisis Trend dan Forcasting

Analisa trend dapat dilakukan melalui tabel perhitungan dan grafik. Jika

analisis trend dilakukan dengan menggunakan data lebih dari dua atau tiga

periode, maka metode yang digunakan adalah angka indeks, (Kasmir, 2010). Dengan menggunakan data indeks akan dapat diketahui kecendrungan atau

trend atau arah dari posisi keuangan. Analisis trend yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap komponen penjualan dan pendapatan dari usaha budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara dari tahun 2009-2012.

Analisis peramalan (forecasting) pada penelitian ini dilakukan terhadap

komponen laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi dari PT. Dafin Mutiara dan peramalan dilakukan untuk periode 10 tahun ke depan yakni dari tahun 2013-2022.

f. Matriks IFE

Analisis internal adalah kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan dalam rangka memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Matriks ini menyajikan berbagai faktor lingkungan internal (David, 2006).

Tabel 2 Matrix IFE

No. Faktor Internal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor (a x b) Kekuatan

1. 2. 3. 4 5

Kelemahan 1.

2. 3. 4 5

Total Σ a = 1.00 Σ (a x b)

Matriks EFE

Tujuan dilakukannya analisis eksternal adalah mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberikan manfaat dan ancaman yang harus dihindari (David, 2006) Matriks faktor lingkungan eksternal di sajikan pada Tabel 3.


(22)

Tabel 3 Matrix EFE

No. Faktor Eksternal Bobot

(a)

Rating (b)

Skor (a x b) Peluang

1 2 3 4 5

Ancaman 1

2 3 4 5

Total Σ a = 1.00 Σ (a x b)

Tahapan pembuatan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) adalah:

- Bobot masing-masing faktor diberikan dalam kolom 2, mulai dari 1,0

(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah seluruh bobot harus 1,0 dengan ketentuan berikut :

0,05 = di bawah rataan 0,10 = rataan

0,15 = di atas rataan 0,20 = sangat kuat

- Perhitungan rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang

semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancaman sedikit ratingnya 4, dengan

ketentuan sebagai berikut :

1 = di bawah rataan 2 = rataan

3 = di atas rataan

4= sangat bagus

- Bobot pada kolom 2 di kalikan dengan rating kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.

- Skor pembobotan dijumlahkan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan. Total skor ini dapat digunakan untuk mengetahui pengembangan tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara.

g. Matrix IE

Menurut David (2006) matriks IE terdiri dari dua (2) dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor matriks EFE pada sumbu y.


(23)

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Total

S

k

or

EF

E

Dalam matriks Internal Eksternal ini disusun dengan meletakkan total bobot skor EFE pada sumbu tegak dan total bobot skor IFE pada sumbu datar dengan skala setiap sumbu berkisar antara angka 1,00 sampai dengan 4,00. Hasil dari total bobot skor matriks IFE dan EFE akan menentukan posisi usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara yang tergambar pada matriks IE. Matriks IE terdiri dari sembilan sel yang dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda.

- Daerah pertama terdiri dari sel I, II dan IV yang digambarkan sebagai

daerah growth and build. Strategi yang disarankan pada kondisi tersebut

adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk).

- Daerah kedua terdiri dari sel III, V dan VII yang digambarkan sebagai hold

and maintain. Alternatif strateginya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

- Daerah ketiga adalah sel VI, VIII dan IX yang digambarkan sebagai harvest

or diverst dengan strategi alternatifnya adalah penciutan dan divestasi.

Total Skor IFE

Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi

3,0 Rata-rata 2,0 Rendah 1,0

Gambar 2 Matriks Internal–Eksternal

h. Analisis SWOT

Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks ini dapat menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategi (David 2009), yaitu :

- Strategi SO (Strenght-Weaknesses), merupakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang;

- Strategi ST (Strenght-Threats), merupakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman;

- Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), bertujuan untuk memperbaiki

kelemahan dengan memanfaatkan peluang; dan

- Strategi WT (Weaknesses-Threats), yaitu meminimalkan kelemahan yang


(24)

Tabel 4 Matriks SWOT

IFE

EFE

Kekuatan (Strenght)

Kelemahan (Weaknesses) Peluang

(Opportunities)

Strategi menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan kelemahan

Strategi memanfaatkan peluang dengan

menghindari kelemahan

Ancaman (Threaths)

Strategi menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman

Strategi menghindari ancaman dengan memininalkan kelemahan

i. Analisis Hierarki Proses (AHP)

Penentuan strategi alternatif pengembangan budidaya tiram mutiara

dilakukan dengan AHP.AHP digunakan untuk menentukan peringkat beberapa

alternatif strategi yang sudah diperoleh dari analisis SWOT. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi sebuah bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan dari setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain.

Langkah dalam menyusun struktur dilakukan dengan mendefinisikan

fokus goal yang ingin dicapai melalui beberapa faktor yang paling berpengaruh

sebagai unsur faktor pada tingkat 2 (dua), aktor yang berperan pada pencapaian

fokus goal pada tingkat 3 (tiga), tujuan yang berperan pada pencapaian fokus

goal pada tingkat 4 (empat), dan alternatif strategi yang dapat menjadi prioritas pada tingkat 5 (lima).

Menurut Saaty 2008, kerangka kerja AHP terdiri dari 8 (delapan) langkah utama yaitu sebagai berikut :

- Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang

diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam. Komponen sistem dalam hirarki dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan para analis untuk menemukan unsur-unsur yang dilibatkan dalam suatu sistem dan dapat dilakukan dengan memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dihadapi.

- Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara

menyeluruh.

Penyusunan hirarki berdasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil. Setiap unsur dalam hirarki menduduki satu tingkat hirarki. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu unsur yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas.

- Menyusun matriks banding berpasangan.

Dalam matriks ini, pasangan-pasangan unsur dibandingkan berkenaan dengan kriteria di tingkat yang lebih tinggi, dimulai dari puncak hirarki


(25)

untuk fokus goal yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar unsur yang terkait dengan yang dibawahnya.

- Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil matriks

banding berpasangan antar unsur pada langkah 3.

Setelah matriks banding berpasangan selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada baris ke-j yang berhubungan

dengan fokus goal. Seberapa kuat unsur baris ke-i didominasi atau

dipengaruhi oleh fokus goal dibandingkan dengan kolom ke-j.

- Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama

dan di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya.

Matriks di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya elemen F12 memiliki nilai 3, maka nilai unsur F21 adalah kebalikannya, yaitu 1/3. setelah itu prioritas dicari dan konsistensinya diuji.

- Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam

hirarki.

Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen atau elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria

unsur di atas.

- Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor - vektor

prioritas.

Pengolahan matriks terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal:

o Pengolahan horizontal, yaitu terdiri dari penentuan vektor prioritas, uji

konsistensi dan revisi pendapat bila diperlukan.

o Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap unsur

pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus.

- Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki

Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlah hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi dari masing-masing matriks. Metode AHP digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan strategi pengembangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dimiliki oleh Perusahaan, khususnya keputusan yang diambil guna meningkatkan penjualan mutiara.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil PT. Dafin Mutiara

PT Dafin Mutiara berdiri pada tanggal 7 September 1988 berdasarkan Akte Notaris No. 3 tertanggal 20 Februari 2009 dihadapan Notaris Albert Kosuma, SH.,MH dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan. nomor AHU-09860.AH.01.02. pada tanggal 27 Maret


(26)

2009. PT. Dafin Mutiara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

perikanan khususnya budidaya tiram mutiara (pinctada maxima) yang terletak di

daerah patah hati desa Warialau Kecamatan Aru Utara Kabupaten Kepulauan Aru

dengan luas areal tempat usaha 4.354.629 M2.

Di dalam menjalankan proses produksi perusahaan memiliki tenaga kerja untuk memperlancar proses produksi sampai pada produk siap di eksport. Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara adalah 114 orang yang terdiri dari 113 orang tenaga kerja tetap dan 1 orang tenaga kerja tidak tetap. Tingkat pendidikan karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara bervariasi, mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Karyawan yang tingkat pendidikan SD sebanyak 90 orang, SMP sebanyak 12 orang, tingkat SMA sebanyak 9 orang sedangkan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 3 orang.

Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja secara tetap pada perusahaan dan mendapat gaji pada setiap bulan. Sedangkan karyawan tidak tetap adalah karyawan yang tidak terikat pada perusahaan dan sifatnya harian dan serta pembayaran gajinya dilakukan pada setiap minggu. Bila dalam satu hari karyawan tidak masuk dan bekerja maka gaji akan di potong pada satu hari.

Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal dan membuka lapangan kerja bagi warga di sekitar perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat membantu pemerintah daerah mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Kepulauan Aru.

Untuk kegiatan promosi, PT. Dafin Mutiara tidak pernah melakukannya baik dalam bentuk iklan di media massa, media cetak, media online maupun pameranuntuk memperkenalkan produknya.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara adalah jenis biji mutiara

putih (south sea pearl) (gambar 3) dan sistem pemasaran yang dilakukan oleh PT.

Dafin Mutiara adalah dengan cara mengeksport langsung produk yang dihasilkan ke negara tujuan eksport yaitu Hongkong melalui kantor cabang di Surabaya.

Gambar 3 Produk dari PT. Dafin Mutiara

Letak geografis

Letak geografis Kabupaten Kepulauan Aru berdasarkan letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi, iklim, dan hidrologi adalah sebagai berikut :

a. Letak dan batas wilayah

Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Aru berada antara 05.00 Lintang Selatan sampai 08.00 Lintang Selatan dan 133.50 Bujur Timur dan 136.50 Bujur Timur.


(27)

Berdasarkan batas-batas administrasi, Kabupaten Kepulauan Aru dibatasi antara lain :

Sebelah Selatan : Laut Arafura

Sebelah Utara : Bagian Selatan Papua

Sebelah Timur : Bagian Selatan Papua

Sebelah Barat : Bagia Timur Pulau Kei Besar dan Laut Arafura

b. Luas wilayah

Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru ± 55.270,22 Km2 dengan

luas daratan ± 6.425,77 Km² dan 48.0701 Km2 lautan.

Pada Tahun 2008 berdasarkan perda No. 15 Tahun 2005, Kabupaten Kepulauan Aru berubah menjadi 7 Kecamatan (terjadi pemekaran 4

Kecamatan baru). Adapun nama – nama Kecamatan di Kabupaten Kepulauan

Aru menjadi :

c. Topografi

Topografi Kepulauan Aru pada umumnya datar dan berawa-rawa. Pada umumnya, Kabupaten Kepulauan Aru berdaratan rendah, perbukitan dan pesisir pantainya berawa-rawa. Wilayah ini didominasi oleh kemiringan lereng <15% dan ketinggian antar 0-200 mdpl, Kawasan yang relatif datar jumlahnya ± sebesar 15,1% dan kawasan ini umumnya berada di daerah pantai.

d. Geologi

Menurut Peta Geologi Indonesia (1965), Kepulauan Aru terbentuk atau tersusun dari 2 jenis tanah yakni tanah Podzolik dan tanah Rensina serta 5 jenis batuan yakni batuan Neogen, Aluvium Undak, Terumbul Coral, Paleozoikum, dan Seklis Habluk.

e. Iklim

Iklim dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan.

- Keadaan musim teratur, Musim Timur berlangsung dari bulan April

sampai Oktober. Musim ini adalah Musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Pebruari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari.

- Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/April dan Oktober/

Nopember.

- Bulan April sampai Oktober, bertiup Angin Timur Tenggara. Angin

kencang bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora.

- Bulan April sampai September bertiup Angin Timur Tenggara dan Selatan

sebanyak 91% dengan Angin Tenggara dominan 61% .

- Bulan Oktober sampai Maret bertiup Angin Barat Laut sebanyak 50%

dengan Angin Barat Laut dominan 28%.

Tipe Iklim Kepulauan Aru terbagi dalam dua Zona Agroklimat yaitu bulan basah sebanyak 5 - 6 bulan dan bulan kering sebanyak 2 - 3 bulan.


(28)

Manajemen Pengelolaan Budidaya Tiram Mutiara Teknik budidaya tiram mutiara

Tingkat keberhasilan pemeliharaan tiram mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh proses penanganan tiram sebelum operasi pemasangan inti, saat pelaksanaan operasi, pasca operasi dan ketrampilan dari teknisi serta sarana pembenihan tiram yang memadai (C. Tisdell and B. Poirine, 2007). Pada umumnya tiram mutiara yang akan dioperasi inti mutiara bundar berasal dari hasil penangkapan di alam yang dikumpulkan dari kolektor dan nelayan. Namun ukuran cangkang mutiara terdiri dari macam-macam ukuran yang nantinya disortir menurut ukuran besarnya mutiara, hal inilah yang menjadi penyebab sehingga tidak dapat melaksanakan operasi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan hasil pembenihan dari

hatchery dapat diperoleh ukuran yang relatif seragam ukurannya sehingga dapat dilakukan operasi pemasangan inti mutiara dalam jumlah yang banyak. Namun produksi benih belum dapat dikembangkan secara masal. Pemeliharaan spat tiram

disesuaikan dengan kondisi perairan disekitarnya. Pemeliharaan benih (spat) yang

masih kecil berukuran dibawah 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3 cm sedangkan spat dengan ukuran di atas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 cm.

Dalam budidaya tiram mutiara handaknya memperhatikan beberapa tahapan (Effendi I, 2004) sebagai berikut :

a. Penanganan tiram sebelum operasi pemasangan inti mutiara

Dari proses terbentuknya mutiara dapat dibagi menjadi dua yaitu:

- Mutiara asli yang terdiri dari mutiara alam (natural pearl) dan mutiara

pemeliharaan (cultured pearl)

- Mutiara tiruan/imitasi (imitation pearl)

Lebih jauh akan dijelaskan proses terbentuknya mutiara pemeliharaan,

sebelum proses penanganan tiram mutiara (Pinctada maxima) untuk

pemasangan inti mutiara, harus dilakukan beberapa proses yaitu:

- Seleksi bibit

Benih tiram mutiara dari hasil penyelaman (natural) maupun dari hasil

pembenihan (breeding) diseleksi untuk mencari tiram yang telah siap

untuk dioperasi dan dilakukan pemasangan inti. Dimana benih siap operasi adalah tiram yang kondisinya sehat, tidak cacat, telah berumur 2-3 tahun jika benih itu didapat dari usaha budidaya dan berukuran diatas 15 cm jika benih tersebut didapat dari hasil penangkapan. Benih tiram mutiara yang telah terkumpul dari hasil seleksi untuk dioperasi harus dipelihara dalam rakit pemeliharaan khusus supaya memudahkan dalam penanganan saat operasi akan berlangsung.

- Ovulasi buatan

Ovulasi buatan bertujuan agar pada saat operasi tiram mutiara tidak sedang dalam keadaan matang telur, karena tiram yang matang telur jaringan tubuhnya sangat peka terhadap rangsangan dari luar, sehingga inti yang di pasang akan dimuntahkan kembali. Ovulasi buatan ini merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memaksa tiram mutiara agar mengeluarkan telur atau spermanya. Cara ovulasi buatan yaitu dengan menaik turunkan keranjang pemeiharaan kedalam air dengan cepat sampai telur atau sperma keluar dari tiram.


(29)

Selain dari perlakuan menaik turunkan keranjang pemeliharaan tiram,

kegiatan lain yang dilakukan yaitu masa pelemasan tiram (yukuesey) dimana

tiram mutiara yang siap operasi di kurangi jatah pakannya dan membatasi ruang geraknya sehingga tiram menjadi lemah dan kepekaannnya menjadi berkurang pada saat inti dimasukkan.

- Pembukaan cangkang

Setelah tiram mutiara diistrahatkan selama 1 hari setelah proses ovulasi buatan selanjutnya dlakukan proses pembukaan cangkang tiram mutiara. Dalam kegiatan ini ada 3 cara yang sering digunakan untuk memaksa tiram secara alami membuka cangkangnya yaitu dengan merendamnya dalam air dengan kepadatan yang tinggi, sirkulasi air dan cara yang terakhir yaitu pengeringan.

Setelah cangkang terbuka akibat dari perlakuan ini, cangkang tersebut segera

ditahan dengan forsep dan di pasang baji pada mulut tiram supaya cangkang

selalu dalam keadaan terbuka. Selanjutnya 1 jam sebelum operasi, tiram-tiram tersebut diletakkan didalam dulang dengan bagian engsel atau dorsal di sebelah bawah.

b. Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat

Untuk menghasilkan mutiara pada tiram ada dua cara yang umum di lakukan dalam operasi pemasangan inti mutiara yaitu Pemasangan inti mutiara bulat

dan pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister).

Operasi pemasangan inti mutiara bulat merupakan bagian terpenting dalam menentukan keberhasilan pembuatan mutiara bulat. Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam operasi pemasangan inti mutiara bulat adalah sebagai berikut (1) Sebelum pemasangan inti, tiram siap operasi di kumpulkan diatas meja operasi; (2) Membuat potongan mantel dengan pengambilan mantel dari tiram donor dan mengguntingnya sekitar lebar 5 mm dan panjang 4 cm. kemudian mantel dipotong membentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi 4 mm,

mantel yang diambil hendaknya dipilih tiram yang mudah dan aktif; (3) Pemasangan inti mutiara bulat perlu diperhatikan ukuran inti yang akan

dipasang. Umumnya ukuran inti mutiara yang dimasukkan kedalam gonad

tiram mutiara jenis Pinctada maxima yaitu berkisar antara 3,03-9,09 mm.

Cara pemasangan inti yang perlu diperhatikan yaitu peralatan operasi lebih terdahulu disterilkan atau dibersihkan, pembuatan sayatan yang baik dan penempatan inti yang tepat didalam organ dalam tiram, mantel dan inti (nukleus) yang ada didalam gonad bersinggungan langsung dan operasi dilakukan dengan cepat sehingga tiram mutiara tidak stress atau mati, karena lamanya saat operasi pemasangan inti mutiara.

c. Penangannan Tiram Pasca Operasi

Pemeliharaan tiram mutiara pasca operasi sangat menentukan penyembuhan dan pembentukan mutiara yang dihasilkan. Setelah tiram dioperasi, dengan cepat dan hati-hati dimasukkan kembali kedalam air dan digantung pada rakit pemeliharaan yang letaknya paling dekat rumah operasi dan pada tempat yang pergerakan airnya paling kecil. Tiram memerlukan waktu istrahat yang cukup 1-3 bulan untuk menyembuhkan luka shock akibat dari operasi pemasangan inti. Setelah masa penyembuhan, dilakukan pemeriksaan terhadap tiram untuk mengetahui apakah inti yang telah dipasang masih dalam posisi semula atau


(30)

dimuntahkan. Tiram yang akan diperiksa ditahan dengan baji lalu diletakkan

pada shell holder dan diperiksa. Apabila inti masih berada didalam, maka

bagian tersebut akan kelihatan sedikit menonjol. Pemeriksaan inti mutiara yang dilakukan oleh perusahan-perusahan yang berskala besar dilakukan dengan cara menggunakan alat rontgen. Pemeriksaan dengan alat ini dilakukan sekitar 45 hari setelah masa tento terakhir atau kurang lebih 3 bulan setelah pemasangan inti. Tiram yang masih terdapat inti didalam cangkangnya dalam posisi semula dipelihara kembali hingga waktu panen tiba. Tiram yang memuntahkan intinya dan kondisi tubuhnya masih baik dapat diulangi

pemasangan inti mutiara bulat atau setengah bulat (blister).

d. Panen

Setelah masa pemeliharaan 1½ - 2 tahun sejak operasi pemasangan inti maka tiram dapat dipanen dengan kecermatan dan ketepatan yang benar agar hasil mutiara dapat berkualitas baik. Panen akan lebih baik menguntungkan apabila dilakukan pada saat musim hujan, karena untuk mengurangi mortalitas pada waktu pemasangan inti mutiara bulat kedua. Tekanan tinggi, suhu rendah dan relatif konstan serta suasana remang-remang dapat menyebabkan sel penghasil nacre lebih aktif mensekresikan nacre, sehingga kilau dan warnanya lebih baik walaupun pelapisan nacrenya berlangsung lebih lambat. Cara pemanenan dapat dilakukan sebagai berikut : tiram yang sudah dipanen diletakkan di atas meja operasi. Kemudian bagian mantel dan insang yang menutupi gonad disisihkan sehingga mutiara akan kelihatan dan tampak menonjol dengan sedikit bercahaya. Kemudian dibuat sayatan pada organ tersebut seperti pada saat pemasangan inti mutiara bulat, maka mutiara dengan mudah dapat dikeluarkan dari gonad tiram.

Analisa Aspek Ekonomi Budidaya Tiram Mutiara

Sejak tahun 2005 Indonesia tercatat sebagai produsen SSP terbesar di dunia yakni sekitar 43% dari kebutuhan mutiara dunia dengan nilai ekspor mencapai 29.431.625 USD atau sekitar 2,07% dengan negara tujuan ekspor yakni Hongkong, Jepang, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru dan Prancis.

SSP Indonesia mempunyai keunikan berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat digemari di pasar Internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan jewelery ( Perhiasan). Sentral Pengembangan Pinctada maxima di Indonesia tersebar dibeberapa daerah yaitu Lampung, bali, NTB, NTT, SULUT, SULTENG, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Pelaku usaha budidaya mutiara SPP di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 23 perusahaan yang terdiri dari perusahaan swasta nasional sebanyak 17 perusahaan dan perusahaan Modal asing sebanyak 6 perusahaan,dimana 21 perusahaan diantaranya telah tergabung dalam ASBUMI.

Dengan terjadinya fluktuasi nilai mata uang Rupiah terhadap nilai tukar mata uang Dollar Amerika yang mengalami perubahan yang tidak menentu, dapat memicu kestabilan nilai jual ekspor mutiara Indonesia yang berada pada kisaran harga pasar antara 45-200 USD per-gram. Harga mutiara yang tinggi disebabkan karena proses produksi dari biji mutiara sangat lama dan sulit serta memiliki keahlian


(31)

khusus yang belum dikuasai penuh oleh karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara. Produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara yang menurun dipengaruhi oleh faktor alam yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penanganan secara alami hal ini disebebkan karena ketersediaan tiram mutiara yang dihasilkan secara alamiah makin berkurang serta ketersediaan tiram mutiara yang ada tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan proses implantasi atau penyuntikan nucleus.

Sehingga pada tahun 2012 PT. Dafin melakukan kegiatan budidaya dengan

kegiatan penyediaan benih (spat) melalui pembenihan secara buatan di hatchery.

Adapun dampak dari kegiatan penyediaan benih ini adalah merupakan resiko produk yaitu berupa kegagalan dalam mempersiapkan benih yang akan

dibudidayakan dan penyuntikan nucleus, tidak semua dari tiram mutira yang

melalui pembenihan secara buatan di hatchery mengalami keberhasilan pada saat

panen.

Tabel 5 Harga jual biji mutiara

Tahun Produksi Biji

Mutiara (kg)

Harga

($/) Kurs

Harga (rp)

Nilai Produksi (Jutaan rupiah)

2009 149.65 6,764 9,447 63,900 9,562

2010 191.63 5,865 9,036 53,000 10,156

2011 259.11 6,370 9,113 58,050 15,041

2012 66.85 6,483 9,718 63,000 4,211

Dari Tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa produksi biji mutiara yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara pada tahun 2009 sebanyak 149,65 kg dengan kurs mata uang yang berlaku pada saat itu sebesar Rp 9.447 sehingga harga per kg adalah Rp 63.900.000 dan penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.562.635.000, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 13.191.300 yang diperoleh dari hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan Tahun 2009 sebesar Rp 9.575.826.300. Tahun 2010 produksi biji mutiara yang

dihasilkan sebanyak 191,63 kg namun yang terjual sebesar 181,63 kg sehingga terdapat 10 kg biji mutiara yang tidak terjual. Kurs yang berlaku sebesar Rp 9.036 jadi harga per kg adalah Rp 53.000.000 serta penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.626.390.000. Tahun 2010 terdapat selisih penjualan sebesar Rp 57.928.250

yang merupakan hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan tahun 2010

sebesar Rp 9.684.318.250. Produksi biji mutiara tahun 2011 adalah 259,11 kg dan ditambahkan dengan sisa 10 kg hasil produksi tahun 2010, jadi total biji mutiara di tahun 2011 sebanyak 269,11 kg dan yang terjual sebanyak 186,11 dengan demikian terdapat sisa biji mutiara sebanyak 83 kg yang belum terjual, nilai tukar rupiah yang berlaku Rp 9.113 dengan harga per kg Rp 58.050.000, jadi total penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.803.685.500, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 38.390.600 yang diperoleh dari hasil penjulan tiram mutiara, jadi total penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.842.076.100 dan pada tahun 2012 produksi biji mutiara yang dihasilkan menurun yakni sebanyak 66,85 kg, hasil ini ditambahkan dengan sisa biji mutiara yang tidak terjual di tahun 2011 sebanyak 83 kg, jadi total biji mutiara di tahun 2012 sebanyak 149,85 kg dengan tingkat kurs yang berlaku Rp 9.718 dan harga produksi sebesar Rp 63.000.000/kg dan


(32)

total penjualan per kg sebesar Rp. 9.440.550.000, terdapat selisih penjualan sebesar Rp 17.774.100 yang diperoleh dari penjualan tiram mutiara jadi total penjualan tahun 2012 sebesar Rp 9.458.324.100.

Sementara itu nilai volume komoditas unggulan dari produksi hasil perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 6 Volume komoditi unggulan dari produksi hasil perikanan yang di antar

pulaukan tahun 2009-2012 No Jenis

Komoditi

2009 2010 2011 2012

Volume (kg)

Volume (kg)

Volume (kg)

Volume (kg)

1 Biji Mutiara 694,60 751,18 781,149 639,259 2 Rumput Laut 1.460.502,00 .769.950,00 2.397.168,00 1.209.237,00 3 Ikan Kerapu 164.460.60 64.569,50 69.902,00 67.017,00 4 Lobster :

-Mutiara 6.874,75 14.715,82 10.448,00 11.683,00 -Bambu 13.720,80 20.318,25 17.276,00 14.757,00

-Pasir 441,00 281,00 220,00 -

5 Kepiting :

-Bakau 223.121,00 225.145,00 286.699,00 327.889,00 -Rajungan 7.730,00 2.030,00 545,00 - 6 Teripang 40.492,00 219.687,00 62.077,00 850.032,00 7 Ikan Hiu :

-Ujung Ekor 34.087,00 35.610,00 27.796,00 11.878,00 -Kulit 49.955,00 42.335,00 41.536,00 14.526,00 -Tulang 110.076,00 63.700,00 21.857,00 6.238,00 -Daging 1.392.785,00 570.770,90 503.115,00 183.050,00 -Sirip 45.188,00 205.420,00 202.234,00 298.603 Sumber: DKP Kab. Kepulauan Aru (2012)

Penilaian Aspek Keuangan dan Analisa Sensivitas Perusahaan

Penilaian aspek keuangan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bisnis usaha budidaya tiram mutiara, agar usaha budidaya tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mengetahui aspek keuangan dari kegiatan budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, maka dapat dihitung dari besarnya nilai investasi, biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan, pendapatan yang diperoleh dari nilai jual hasil panen, dan kewajiban membayar pinjaman bank dengan bunga 25% per tahun selama 4 tahun.

Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, penilaian aspek keuangan tersebut digambarkan berdasarkan kriteria nilai Revenue Cost Ratio (R/C) dan keuntungan

(π) untuk mengetahui kelayakan pada saat ini. Sedangkan untuk mengetahui

kelayakan usaha dimasa mendatang dengan memasukkan faktor nilai uang (discounted criteria) digunakan kriteria Net Present Value (NPV), dan Net Benefit

Cost (Net B/C). Tingkat discount rate diasumsikan sebesar 15 % (mengacu pada

kisaran suku bunga kredit pada saat ini), Perhitungan rentang usaha selama 4 tahun dan usaha budidaya dioperasikan mulai tahun pertama. Jumlah produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara selama tahun 2009 hingga 2012 sangat


(33)

fluktuatif sehingga mempengaruhi laba perusahaan. Untuk itu dilakukan penilaian dari aspek keuangan terhadap usaha dari PT. Dafin Mutiara yang dimulai dari tahun 2009 sampai 2012 dengan menggunakan model analisis Net Present Value (NPV), PI atau B/C Ratio dan Internal Rate of Return (IRR) serta analisis sensivitas.

Hasil dari penilaian aspek keuangan dan hasil analisis sensivitas perusahaan dapat di lihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Penilaian aspek keuangan dan analisis sensivitas bisnis usaha tiram mutiara

Kriteria Finansial

Kondisi Normal (Juta rp)

Penjualan Turun 10%

(Juta rp)

Penjualan Turun 20%

(Juta rp)

Bahan Baku Naik 10%

(Juta rp)

Bahan baku Naik 30%

(Juta rp)

Investasi 12,280 12,280 12,280 12,280 12,280

NPV 6,557 3,685 553 6,782 2,474

IRR 60.87% 28.77% 15.31% 75.00% 16.91%

Net B/C 1.91 1.25 1.00 2.20 1.03

Berdasarkan penilaian aspek keuangan di atas dapat dilihat bahwa bisnis usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp. 6.557.713.274. Ini menunjukkan bahwa bisnis usaha tiram mutiara akan memberikan manfaat bersih sekarang sebesar Rp. 6.557.713.274 selama jangka waktu empat tahun, sehingga berdasarkan kriteria NPV maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1,91 yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp. 1,91. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1, sehingga usaha budidaya tiram mutiara ini layak untuk dijalankan. Sedangkan IRR yang didapat yaitu sebesar 60,87% dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang ditetapkan yaitu 15%. Dengan demikian, berdasarkan kriteria penilaian IRR maka usaha ini sangat layak untuk dilaksanakan.

Analisis sensivitas pada usaha ini menunjukkan bahwa bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang saat ini dijalankan dengan asumsi bahwa jika penjualan turun hingga 20% dan jika harga bahan baku naik hingga 30% maka perusahaan masih dapat untuk menjalankan usahanya dengan baik.

Analisis Trend dan Forecasting

Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkembangan suatu

perusahaan dari tahun ke tahun terhadap laporan keuangan perusahaan.

Periode pengamatan dari penelitian terhadap PT. Dafin Mutiara untuk analisa

trend adalah 4 tahun yaitu dari tahun 2009 sampa tahun 2012 dan yang menjadi tahun dasar adalah tahun 2009 karena tahun tersebut merupakan tahun awal atau periode awal perusahaan melakukan kegiatan eksport.

Analisa trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan dari PT. Dafin

Mutiara selama 4 tahun (2009-2012) pada komponen penjualan adalah cenderung naik, hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara sudah dikenal di pasar sasaran dan memiliki kualitas yang baik.


(34)

PT. Dafin Mutiara diharapkan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan volume penjualan mutiara diantaranya yaitu kebijakan harga jual, kebijakan produk dan kebijakan distribusi. Pada komponen

pendapatan, dilakukan analisis trend selama 4 tahun dari tahun 2009-2012

diperoleh grafik dengan kecendrungan meningkat. Hal ini disebabkan karena harga jual produk yang berfluktuasi mengikuti kurs mata uang yang berlaku.

Forecasting atau peramalan terhadap kondisi perkembangan perusahaan sangat perlu dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, karena bermanfaat untuk memperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan pada tahun-tahun mendatang sehingga perusahaan dapat melakukan strategi yang tepat untuk mengantisipasinya.

Analisis trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan

adalah terhadap komponen penjualan tiram mutiara dan pendapatan atau laba

bersih perusahaan. Hasil Analisis trend terhadap laporan keuangan perusahaan

dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Analisis trend terhadap laporan keuangan Perusahaan PT. Dafin Mutiara

tahun 2009-2012

Komponen Tahun

(Dalam Jutaan Rupiah)

2009 2010 2011 2012

Penjualan 9.575 9684 10842 9458

Pendapatan 108 143 210 189

Ukuran kebaikan model ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE, MAD dan MSD. Semakin kecil nilai MAPE menunjukkan bahwa model yang digunakan semakin akurat, sehingga model tersebut secara statistis semakin cocok untuk digunakan. Model peramalan pada komponen penjualan menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil, yaitu dengan nilai MAPE 4, nilai MAD 454 dan MSDnya adalah 300507. Kecendrungan perkembangan kondisi penjualan perusahaan tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah sama dapat dilihat pada gambar 4 Index P e n ju a la n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 11000 10750 10500 10250 10000 9750 9500

A ccuracy Measures

MA PE 4

MA D 456 MSD 300507 Variable Forecasts A ctual Fits Trend Analysis Plot for Penjualan

Linear Trend Model Yt = 9688 + 80.7*t

Gambar 4 Perkembangan penjualan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10


(35)

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perkembangan penjualan dari PT. Dafin Mutiara cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011 sedangkan ditahun 2012 mengalami penurunan dan untuk peramalan 10 tahun ke depan penjualan dari PT. Dafin Mutiara juga cenderung mengalami kenaikan.

Tabel 9 Analisis Forecasting terhadap penjualan dan pendapatan tahun 2013-2022

Komponen Tahun

(Dalam Jutaan Rupiah)

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Penjualan 10,091 10,172 10,252 10,333 10,414 10,495 10,575 10,656 10,737 10,817 Pendapatan 240 271 302 333 364 395 426 457 488 519

Kecendrungan perkembangan kondisi pendapatan PT. Dafin Mutiara tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi tingkat bunga tetap dapat dilihat pada gambar 5.

Index P e n d a p a ta n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 500 400 300 200 100

A ccuracy Measures MA PE 9.006 MA D 16.000 MSD 376.000 Variable Forecasts A ctual Fits

Trend Analysis Plot for Pendapatan Linear Trend Model

Yt = 85 + 31*t

Gambar 5 Perkembangan pendapatan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10

tahun ke depan (2013-2022)

Dari data perusahaan, pendapatan yang diperoleh oleh PT. Dafin Mutiara dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan, dan peramalan pendapatan perusahaan untuk 10 tahun ke depan yakni dari tahun 2013 sampai tahun 2022 dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah tetap, juga cenderung mengalami kenaikan.

Peramalan pada komponen penjualan menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil. Tahun 2013 penjualan perusahaan diprediksi akan bernilai Rp 10.091.500.000 dan pada tahun ke 10 yaitu tahun 2022 penjualan perusahaan diramalkan meningkat menjadi Rp. 10.817.800.000.

Peramalan untuk komponen pendapatan juga menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil dibandingkan dengan dua model lainnya. Pendapatan perusahaan untuk tahun 2013 diprediksi sebesar Rp 240.000.000 dan tahun 2022 diprediksi pendapatan dari PT. Dafin Mutiara akan naik menjadi Rp 519.000.000. Dengan demikian perusahaan diharapkan tetap mempertahankan bahkan lebih meningkatkan kegiatan operasional dengan meningkatkan jumlah penjualan sehingga akan meningkatkan laba perusahaan.


(36)

Analisis SWOT

Untuk mendapatkan suatu formula strategi pengembangan pemasaran bisnis usaha yang baik dari PT. Dafin Mutiara maka perlu dilakukan analisis SWOT (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT merupakan suatu alternatif yang dapat di pakai PT. Dafin Mutiara dari pendekatan internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal yang meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut diantaranya:

a. Faktor internal

1. Kekuatan (Strenght) :

a. Lokasi perusahaan yang sangat strategis

PT. Dafin Mutiara terletak di daerah yang terlindung dari hempasan ombak, sehingga memungkinkan melakukan kegiatan budidaya dengan baik. Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara. Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun (Aladaileh Saleem 2014).

b. Memiliki tenaga operasi cukup trampil dan berpengalaman di dalam

kegiatan operasi siput (haichery)

Secara internal, PT Dalfin Mutiara telah memiliki seorang tenaga teknis asing yang berpengalaman dalam kegiatan operasi siput (haichery). Hal ini merupakan salah satu unsur dasar dalam perencanaan usaha budidaya tiram mutiara, karena tanpa tenaga yang trampil dalam proses haichery, maka akan mengakibatkan kegagalan

produksi (Leera Kittigul et.al 2014).

c. Prospek Usaha yang baik didukung dengan posisi keuangan

perusahaan yang kuat.

PT Dafin Mutiara memiliki aset investasi yang cukup kuat dalam melaksanakan perencanaan usaha budidaya tiram mutiara. Faktor ini juga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses budidaya hingga produksi, sesuai hasil analisa kelayakan usaha dan sensivitas bisnis yang dijalankan.

d. Memiliki reputasi yang baik dibidang budidaya khusunya tiram

mutiara.

Semenjak berdiri pada tanggal 7 September 1988, PT Dafin Mutiara telah memiliki reputasi yang baik di bidang pengelolaan budidaya tiram mutiara di Kepuluan Aru, hingga dapat memasok produk mutiara dari Kepulauan Aru ke pasar ekspor internasional.


(37)

2. Kelemahan (Weakness) :

a. Kurangnya SDM lokal yang terampil dalam proses haichery

Ketersediaan SDM lokal yang trampil, menjadi salah satu unsur yang melemahkan perkembangan bisnis usaha ini dikalangan masyarakat pribumi. Hal ini dikarenakan sebagaian besar tenaga teknis yang terampil dan proses haichery adalah orang asing.

Ketrampilan yang dimiliki oleh SDM lokal dapat dikembangkan agar mampu menjawab kebutuhan produksi dalam bisnis usaha budidaya tiram mutiara.

b. Program penelitian dan pengembangan dari usaha budidaya tiram

mutiara belum dilakukan secara optimal.

Masih kurangnya kepercayaan pengusaha bisnis tiram mutiara dalam pengembangan kerjasama dan penelitian dengan instansi pemerintah daerah maupun dengan kalangan akademis. Secara spesifik pengusaha tidak mau menyampaikan informasi perusahaannya terlebih khusus dalam menjaga kerahasiaan teknik dan proses haichery hingga produksi panen tiram mutiara (Yusnaini, 2009)

c. Tidak adanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan.

Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat penting untuk membuat produk dapat dikenal di pasar dengan baik. Kurangnya promosi akan menjadi kendala dalam memasuki pasar (Kotler dan Amstrong, 2008)

b. Faktor eksternal

1. Peluang (Opportunity) :

a. Merupakan komoditas unggulan

Mutiara memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu trand produk perhiasan di pasar dunia (Alexander, 2006).

Mutiara sebagai produk komoditas unggulan dari Kabupaten Kepulauan Aru selain produk hasil perikanan lainnya. Memiliki image yang kuat di masyarakat

b. Makin tingginya kepercayaan pasar luar negeri terhadap mutu produk

mutiara

Dengan semakin dikenalnya produk mutiara asal Kepulauan Aru di pasar internasional, maka semakin memperkuat opini konsumen dan meningkatkan permintaan pasar terhadap produk mutiara yang dihasilkan dari salah satu kabupaten kepulauan termuda di Indonesia. Produk mutiara memiliki ciri dan keunikan tersediri yang diminati oleh konsumen sehingga menimbulkan tingkat kepuasaan tersediri yang dapat menumbuhkan kepercayaan pasar kepada produk mutiara yang dihasilkan.

c. Tingginya permintaan produk

Dengan tingginya kepercayaan konsumen terhadap produk mutiara yang dihasilkan, maka akan memicu peningkatan permintaan pasar terhadap produk hasil budidaya tiram mutiara dari Kabupaten Kepulauan Aru.

d. Tersedianya sarana prasarana

Dalam melaksanakan produksi tentunya perlu didukung pula dengan sarana dan prasarana yang memadai, baik sarana dan prasarana budidaya tiram mutiara, maupun aspek penunjang lain seperti tranportasi,


(38)

telekomunikasi, pasokan listrik dan penerangan, sarana laboratoium haichery serta media informasi dan komunikasi.

e. Mutu perairan tempat usaha budidaya cukup baik

Secara umum perairan di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru ini memiliki salinitas yang memadai untuk tiram mutiara yang hidup pada hidup pada salinitas yang tinggi antara 32-35 ppt. Memiliki suhu optimum dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik

untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25-30 0C. Suhu

air pada kisaran 27 – 31 0C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara 7,8- 8,6 pH agar tiram mutiara dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik (Mamangkey FGN et.al 2010).

2. Ancaman (Threat) :

a. Pemasok bahan baku yang semakin berkurang

Bahan baku dalam bisnis usaha budidaya tiram mutiara ini masih merupakan produk impor yakni berupa bibit mutiara ata nukleus serta ketersediaan pada proses produksi belum memadai.

b. Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sejenis

Keberadaan perusahaan sejenis memberikan ruang terjadinya persaingan usaha yang bedampak positif dan bahkan dapat berdampak negatif, olehnya itu perusahaan sedapat mungkin dapat melakukan pola

manajemen yang lebih efektif dan terkontrol (Nur Taufiq SPJ et.al 2007).

c. Kenaikan harga BBM

Kenaikan harga bahan bakan minyak (BBM) dapat menjadi kendala dalam proses produksi, karena akan menggganggu proses transportasi dan distribusi hasil produksi.

d. Kurs mata uang yang fluktuatif

Kondisi fluktuasi mata uang menjadi indikator naik turunya harga produk di pasa internasional, hal ini disebabkan nilai kurs Rupiah yang sangat lemah dengan nilai kurs mata uang asing di pasar internasional.

e. Tingginya biaya perizinan usaha

Faktor ini menjadi pemicu kegagalan usaha bagi perusahaan yang tidak mapan dalam hal modal investasi. Dalam aspek bisnis perusahaan bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal dan membuka lapangan kerja bagi warga di sekitar perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat membantu pemerintah daerah mengurangi tingkat pengangguran, olehnya itu faktor ini dapat menjadi unsur

f. Cuaca yang tidak menentu

Perubahan cuaca menjadi faktor yang sangat mengganggu kestabilan proses produksi, karena dengan terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim sangat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangbiakan tiram mutiara.

g. Gangguan keamanan

Faktor keamanan menjadi penentu dalam menjaga kelangsungan produksi tiram mutiara dari ancaman pencurian maupun pengrusakan lahan budidaya.


(1)

Lampiran 6. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 10%

URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012

INFLOW

Penjualan Tiram

Mutiara 8,618,243,670 8,715,886,425 9,757,868,490 8,512,491,690

TOTAL INFLOW

8,618,243,670 8,715,886,425 9,757,868,490 8,512,491,690

OUTFLOW

Biaya Investasi

Peralatan dan

Inventarisasi 10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

TOTAL BIAYA INVESTASI

10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

Biaya Produksi

Biaya Produksi 2,715,521,984 3,133,708,408 3,168,651,413 3,149,086,319

HPP 1,412,790,788 1,078,604,209 1,248,345,313 949,155,838

Total Biaya

Produksi 4,128,312,772 4,212,312,618 4,416,996,726 4,098,242,158

Pembayaran

Pinjaman 70,507,679 63,673,062 56,936,182 85,470,330

Pajak

Penghasilan 41,300,840 42,504,375.00 50,430,750.00 53,388,500.00

TOTAL

OUTFLOW 14,445,649,776 4,666,375,855 5,054,361,616 5,434,458,563 NET BENEFIT -5,827,406,106 4,049,510,570 4,703,506,874 3,078,033,127 DISCOUNT

FACTOR 15% 0.870 0.756 0.658 0.572

PV/TAHUN -5,067,309,657 3,062,011,773 3,092,632,119 1,759,875,430

NPV 3,685,213,408

IRR 28.77%

PV POSITIF 6,328,947,907 PV NEGATIF -5,067,309,657


(2)

Lampiran 7. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 20%

URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012

INFLOW

Penjualan

Tiram Mutiara 7,660,661,040 7,747,454,600 8,673,660,880 7,566,659,280

TOTAL

INFLOW 7,660,661,040 7,747,454,600 8,673,660,880 7,566,659,280

OUTFLOW

Biaya

Investasi

Peralatan dan

Inventarisasi 10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

TOTAL BIAYA INVESTASI

10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575 Biaya

Produksi

Biaya Produksi 2,715,521,984 3,133,708,408 3,168,651,413 3,149,086,319

HPP 1,412,790,788 1,078,604,209 1,248,345,313 949,155,838

Total Biaya

Produksi 4,128,312,772 4,212,312,618 4,416,996,726 4,098,242,158

Pembayaran

Pinjaman 70,507,679 63,673,062 56,936,182 85,470,330

Pajak

Penghasilan 41,300,840 42,504,375.00 50,430,750.00 53,388,500.00

TOTAL

OUTFLOW 14,445,649,776 4,666,375,855 5,054,361,616 5,434,458,563 NET

BENEFIT -6,784,988,736 3,081,078,745 3,619,299,264 2,132,200,717 DISCOUNT

FACTOR 15% 0.870 0.756 0.658 0.572

PV/TAHUN -5,899,990,205 2,329,738,182 2,379,748,016 1,219,092,680

NPV 553,729,377

IRR 15.31%

PV POSITIF 5,928,578,878 PV NEGATIF -5,899,990,205


(3)

Lampiran 8. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 10%

URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012

INFLOW

Penjualan Tiram

Mutiara 9,575,826,300 9,684,318,250 10,842,076,100 11,779,901,700

TOTAL

INFLOW 9,575,826,300 9,684,318,250 10,842,076,100 11,779,901,700

OUTFLOW

Biaya Investasi

Peralatan dan

Inventarisasi 10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

TOTAL BIAYA INVESTASI

10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

Biaya Produksi

Biaya Produksi 2,987,074,182 3,791,787,174 3,485,516,554 3,463,994,951

HPP 1,554,069,867 1,186,464,630 1,373,179,845 1,044,071,422

Total Biaya

Produksi 4,541,144,049 4,978,251,804 4,858,696,399 4,508,066,373

Pembayaran

Pinjaman 70,507,679 63,673,062 56,936,182 85,470,330

Pajak

Penghasilan 41,300,840 42,504,375.00 50,430,750.00 53,388,500.00

TOTAL

OUTFLOW 14,858,481,053 5,432,315,041 5,496,061,289 5,844,282,779 NET BENEFIT -5,282,654,753 4,252,003,209 5,346,014,811 5,935,618,921 DISCOUNT

FACTOR 15% 0.870 0.756 0.658 0.572

PV/TAHUN -4,593,612,829 3,215,125,300 3,515,091,517 3,393,709,383

NPV 6,782,286,470

IRR 75.00%

PV POSITIF 10,123,926,200 PV NEGATIF -4,593,612,829


(4)

Lampiran 9. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 30%

URAIAN TAHUN

2009 2010 2011 2012

INFLOW

Penjualan

Tiram Mutiara 9,575,826,300 9,684,318,250 10,842,076,100 9,458,324,100

TOTAL

INFLOW 9,575,826,300 9,684,318,250 10,842,076,100 9,458,324,100

OUTFLOW

Biaya

Investasi

Peralatan dan

Inventarisasi 10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575

TOTAL BIAYA INVESTASI

10,205,528,485 347,885,800 529,997,958 1,197,357,575 Biaya

Produksi

Biaya Produksi 3,530,178,579 4,481,203,024 4,119,246,837 4,093,812,215

HPP 1,836,628,024 1,402,185,472 1,622,848,907 1,233,902,589

Total Biaya

Produksi 5,366,806,603 5,883,388,496 5,742,095,744 5,327,714,804

Pembayaran

Pinjaman 70,507,679 63,673,062

56,936,182 85,470,330

Pajak

Penghasilan 41,300,840 42,504,375.00 50,430,750.00 53,388,500.00

TOTAL

OUTFLOW 15,684,143,607 6,337,451,733 6,379,460,634 6,663,931,209 NET

BENEFIT -6,108,317,307 3,346,866,517 4,462,615,466 2,794,392,891 DISCOUNT

FACTOR 15% 0.870 0.756 0.658 0.572

PV/TAHUN -5,311,580,267 2,530,711,922 2,934,242,108 1,597,703,205

NPV 2,474,426,646

IRR 16.91%

PV POSITIF 5,477,085,819 PV NEGATIF -5,311,580,267


(5)

Lampiran 10. Hasil analisis

Trend

dan

Forecasting

komponen penjualan dan

pendapatan dengan Metode

Exponential Growth

dan

Quadratic

Exponential Growth

Model

Quadratic

Trend Model

Index P e n ju a la n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 11000 10750 10500 10250 10000 9750 9500 Accuracy Measures MAPE 4 MAD 450 MSD 300974 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for Penjualan

Growth Curve Model Yt = 9688.72 * (1.00764**t)

Index P e n d a p a ta n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Accuracy Measures MAPE 9.511 MAD 17.378 MSD 491.769 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for Pendapatan

Growth Curve Model Yt = 93.9422 * (1.22914**t)

Index P e n ju a la n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10000 0 -10000 -20000 -30000 -40000 Accuracy Measures MAPE 4 MAD 359 MSD 161191 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for Penjualan

Quadratic Trend Model Yt = 7821.75 + 1946.95*t - 373.25*t**2

Index P e n d a p a t a n 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 -500 -1000 -1500 Accuracy Measures MAPE 7.472 MAD 12.000 MSD 180.000 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for Pendapatan

Quadratic Trend Model Yt = 15 + 101*t - 14*t**2


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 9 Juli 1975

dari Ayah F.L. Rahantoknam, BA dan Ibu Grace Simauw. Penulis merupakan

anak kedua dari lima bersaudara. Jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA

masing-masing diselesaikan pada tahun 1988, 1991 dan 1994.

Selanjutnya pada bulan Agustus 1994 penulis melanjutkan studi pada Fakultas

Ekonomi Universitas Pattimura Ambon, jurusan Manajemen melalui jalur

Penerimaan Siswa-siswi Berprestasi (PSSB) dan lulus pada tahun 2001. Pada

tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian

Bogor pada program studi Ilmu Manajemen dengan beasiswa dari Dikti (BPPS).

Penulis bekerja sebagai tenaga pengajar pada Politeknik Perikanan Negeri Tual

dari tahun 2008 hingga sekarang.