Departemen Perindustrian mengenai produksi dan penjualan. Asosiasi juga membahas mengenai standarisasi kualitas produk dalam negeri maupun impor.
Peranan yang dilakukan, secara khusus berfungsi menciptakan kepentingan anggotanya termasuk keuntungan. Asosiasi ikut andil dalam berbagai kebijakan
yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan hasil kajiannya, maka asosiasi memiliki laporan megenai harga yang sebaiknya ditetapkan dan memberikan keuntungan
bagi produsen. Kasimpulan yang diperoleh mengenai peran asosiasi, ternyata keberadaannya telah ikut membentuk kekuatan pasar yang ada.
4.3 Ekspor dan Impor Pakan Ternak Indonesia
Kebutuhan akan pakan semakin meningkat setiap tahunnya, akan tetapi produksi pakan domestik dinilai tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh
karena itu, industri pakan ternak tersebut melakukan impor. Selain melakukan impor, industri pakan Indonesia juga melakukan ekspor, akan tetapi jumlah serta
nilainya jauh bila dibandingkan dengan jumlah serta nilai impornya. Jumlah serta nilai ekspor-impor pakan tersebut disajikan dalam tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8. Perkembangan Ekspor-Impor Pakan 2003-2007
Tahun Jumlah Ekspor
Kg Nilai Ekspor
US Jumlah Impor
Kg Nilai Impor
US 2003 18576788
7288387 424826982
155631346 2004 18122889
8269921 444300171
187619086 2005 23394142
9365823 447836781
199605288 2006 22262866
9516763 365502211
175283952 2007 33055833
13348023 74171041
35884526 Sumber: Dirjen Peternakan
Dari tabel 8 di atas, dapat dikatakan bahwa jumlah serta nilai impor pakan jauh melebihi ekspornya. Akan tetapi secara menyeluruh jumlah ekspor pakan
dari tahun ke tahun semakin meningkat yang berarti semakin baiknya kinerja
industri pakan ternak dalam negeri, walaupun impor masih tinggi karena tidak dapat memenuhi permintaan dalam negeri maka dengan pengurangan tarif bea
masuk diharapkan pakan maupun bahan bakunya dapat memasuki pasar domestik agar terpenuhinya permintaan dalam negeri sesuai dengan mekanisme pasar yang
ada. Selain mengimpor pakan jadi, industri pakan ternak juga mengimpor
bahan baku industri seperti jagung, kedelai, tepung ikan, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan karena produksi bahan baku pakan dalam negeri juga
mengalami kekurangan. Adapun perkembangan bahan baku pakan impor disajikan dalam tabel 9 di bawah ini
Tabel 9. Perkembangan Impor Kebutuhan Bahan Baku Pakan 1000 ton
Bahan Baku
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jagung 1.050 1.160 1.370 720 390 1.600
Kedelai 1.362 1.440 1.720 1.400 1.700 962
Tpg DagingTulang
360 384 361 408 400 195 Tpg
Ikan 98 61 48 70 80 43
Total 2.870 3.045 3.499 2.598 2.570 3.800
Sumber: GPMT BPS, diolah.
Dari data di atas, dapat kita lihat masih tingginya jumlah impor jagung yang diyakini sebagai bahan baku pakan utama unggas yaitu sebesar 51,4 persen
Deptan, 2006. Diketahui bahwa pasar jagung dunia didominasi oleh Amerika 68, Argentina 15, China 5, Brasil 4, Ukraina 2,
SerbiaMontenegro 1, Romania1, Afrika Selatan 1 dan lainnya 3 Infovet, 2007. Pada tahun 2006 dicatat harga jagung impor di pasar internasional
mencapai 130- 140 US per ton, sedangkan pada tahun 2007 dicatat meningkat dengan harga 220-306 US per ton. Adapun faktor penyebab impor jagung : a
produksinya bersifat musiman, sementara kebutuhan atau permintaan pabrik pakan bersifat rutin, b, wilayah produsen jagung sangat tersebar, sedangkan
pabrik pakan yang besar terkonsentrasi hanya di beberapa provinsi saja. c kapasitas simpan jagung di pabrik pakan masih sangat terbatas, sementara
produsen jagung petani dan pedagang belum memiliki gudang penyimpanan yang memadai. d penanganan pasca panen masih lemah belum optimal,
sehingga kualitas jagung yang dihasilkan kurang memenuhi persyaratan.
4.4 Regulasi yang Berkaitan Pakan Ternak