Keppres No 22 sehingga intervensi pemerintah dikatakan sudah berakhir.Kondisi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Gambaran Perkembangan Industri Pakan Ternak dan Peternakan
Sumber: Yusdja et.al., 2000 dalam Oktaviani, 2007
Skala Kecil
100 Skala
Menengah 70
Skala Besar
60 Skala
Besar 60
Skala Besar
10 Skala Kecil
30
Skala Kecil
20 Skala
Kecil 20
Skala Kecil
15 Skala
Menengah 20
Skala Menengah
20 Skala
Menengah 75
Integrasi vertikal
subsisten Integrasi
vertikal subsisten
Kemitraan, Subsisten
dan integrasi penuh
Kemitraan, Produksi
ditangani industri skala
besar Struktur
produksi Peternak
Subsisten terintegrasi
UU Penanaman
Modal Asing
PMA Kepres
Presiden No 5080
Kepres Presiden
No 2290 Krisis
Ekonomi dan
Keuangan
2020 2000
1990 1980
1970
Ke depan
4.2 Perkembangan Industri Pakan
Jumlah perusahaan pakan ternak bervariasi dari tahun ke tahun. Perkembangannya sampai tahun 2005 telah mencapai lebih dari enam puluh yang
dikategorikan sebagai perusahaan dengan skala menengah dan besar. Perkembangan mengenai jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang dipakai
disajikan dalam tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Pakan Ternak dan Tenaga Kerja di Industri Pakan Ternak 1995-2005.
Tahun Jumlah
Tenaker Produksi Tenaker Lainnya
Total
1995 87 7642
3952 11594
1996 90 8530
4135 12665
1997 82 7541
3551 11092
1998 82 7034
3661 10695
1999 77 6541
3463 10004
2000 72 6666
3664 10310
2001 72 8445
2881 12326
2002 79 7831
4052 11883
2003 68 7141
3348 10489
2004 64 7167
3228 10495
2005 67 7582
3658 11240
Sumber : BPS
Peningkatan jumlah perusahaan pakan ternak di Indonesia lebih didominasi oleh empat perusahaan besar yang memiliki kapasitas produksi tinggi
di pasar domestik. Keempat perusahaan tersebut menjadi faktor penentu dari struktur industri pakan ternak Indonesia. Adapun nama keempat perusahaan
tersebut disajikan dalam tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Empat Perusahaan Pakan Ternak Terbesar di Indonesia 2008 ton
No Nama Perusahaan Kapasitas
Perusahaan 1
Charoen Phokpand Indonesia
2600000 2 Japfa
Comfeed 1730000
3 Cheil Jedang Feed Indonesia 750000
4 Sierad Produce
540000 Sumber : GPMT. 2008
Menurut data dari GPMT, Charoen Phokpand sebagai perusahaan pakan ternak terbesar di Indonesia didirikan tahun 1972 yang kegiatan utamanya
menghasilkan pakan ternak dan industri pengolahan daging ayam. Perusahaan dengan penanam modal asing yang bergabung yaitu PT. Central Protein Prima,
Royal Bank of Canada Asia, UBS AG Singapura. Produksi tahunannya mencapai 2,6 juta ton pakan dengan lokasi pabrik di wilayah Mojokerto, Jakarta
dan Medan. Industri pengolahan daging ayam dikelola oleh anak perusahaan CPI yaitu PT. Primafood International dengan produk daging ayam yang dikenal
dengan merk Fiesta. Tahun 2007 dicatat bahwa pendapatan perusahaan ini mencapai Rp 8,3 trilyun dan Rp 210 milyar diantaranya merupakan laba bersih.
Sementara itu, Japfa Comfeed yang menempati urutan kedua didirikan tahun 1971 yang kegiatan utamanya pada industri pakan ternak. Perusahaan ini
merupakan gabungan antara Pasific Focus Enterprises 28,94 persen, JP Morgan Chases Bank 9,6 persen, Coutts Bank Von Ernst 9,15 persen, Rangi
Management 8,57 persen, BNP Private Bank Singapore 6,63 persen dan 37,06 persen merupakan investor publik. Japfa Comfeed merupakan perusahaan dengan
agribisnis yang terintegrasi dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 1,73 juta ton pakan ternak. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan kegiatan lain yaitu
pembibitan yang dikelola oleh PT. Multibreeder Adirama, budidaya ikan dikelola oleh PT. Suri Tani Pramuka. Perusahaan pakan ternak dan peternakan berlokasi di
Lampung, Cirebon, Sidoarjo dan Tangerang. Pada tahun 2007 dicatat bahwa pendapatan perusahaan mencapai Rp 7,9 trilyun dengan Rp 180,9 milyar
merupakan laba bersih. Dari income yang dihasilkan, industri pakan ternak memberikan kontribusi sebesar 80 persen.
Cheil Jedang Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea Selatan yang mulai beroperasi sejak tahun 1989. CJ memiliki dua
perusahaan pakan yaitu PT. Cheil Jedang Superfeed yang didirikan tahun 1996, dan PT. Cheil Jedang Feed Jombang yang didirikan tahun 2004. Dua perusahaan
tersebut berlokasi di Serang, Banten dan Jombang dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 750 ribu ton. Pakan ternak diproduksi oleh CJ Feed termasuk
pakan untuk broiler, layer, babi, burung dan udang dengan produknya yang dikenal dengan Superfeed.
Perusahaan terbesar keempat yaitu Sierad Produce didirikan tahun 1985 dengan nama PT. Betara Darma Ekspor Impor, merupakan hasil merger empat
perusahaan yaitu PT. Anwar Sierad, PT. Sierad Produce, PT. Sierad Feedmill dan PT. Sierad Grains. Adapun kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi
ayam mulai dari parent stock hingga final stock dan ayam olahan. Sierad Produce juga menghasilkan pakan ternak, industri pengeringan jagung, dan industri obat
hewan yang berlokasi di Tangerang, Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Sidoarjo. Kapasitas produksi pakan ternak tahunan perusahaan ini mencapai 540 ribu ton
dengan produksi utama untuk pakan unggas. Perusahaan ini menggunakan label Delfram sebagai merk untuk daging ayam yang dijual di supermarket di seluruh
Indonesia. Anak perusahaan lain yang dimiliki yaitu PT. Biotek Indonesia memproduksi obat hewan, Wendy’s Restaurant dan Hartz Chicken Buffet
Restaurant. Pada tahun 2007 dicatat perusahaan ini memiliki pangsa pasar untuk pakan ternak sebesar 7 persen dengan pendapatan sebesar Rp 1,2 trilyun dengan
laba bersih sebesar Rp 27,5 milyar.
Investor asing masih mendominasi industri pakan ternak di negeri ini seperti Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin dan
Sentra Profeed. Berdasarkan data dari GPMT, jumlah perusahaan pabrik pakan yang tergabung dalam organisasi produsen pakan tersebut, tahun 2008 mengalami
penurunan yang sebelumnya berjumlah 50 menghentikan operasinya menjadi 42. Dari sejumlah pabrik pakan diatas, hanya 2 perusahaan pakan yaitu Universal
Agri Bekasi dan Hogindo Feedmill Jakarta yang tidak memproduksi pakan unggas. Hal ini berarti sebagian besar pabrik pakan Indonesia menghasilkan pakan
untuk unggas.
Beberapa perusahaan pakan ternak skala besar yang ada di Indonesia tersebar di 8 provinsi di seluruh Indonesia. Adapun persebarannya terletak di
Provinsi Sumatera Utara memiliki delapan pabrik, Lampung dengan empat pabrik, Banten memilki sepuluh pabrik, Jakarta empat pabrik, Jawa Barat memiliki empat
pabrik, Sulawesi Selatan dengan dua pabrik dan sebagian besar terletak di Jawa Timur dengan lima belas pabrik. Jawa timur merupakan pusat pakan ternak
Indonesia yang memiliki peternakan terluas di Indonesia. Hal ini dikarenakan di Jawa Timur memiliki Balai Besar Inseminasi Buatan yang terletak di Singasari.
Selain itu, di Jawa Timur memiliki lahan jagung terluas yang merupakan bahan
baku utama pembuatan pakan ternak. Adapun kapasitas produksi pakan ternak dari masing-masing provinsi disajikan dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Kapasitas Produksi Pabrik Pakan Ternak di Indonesia ton
Provinsi 2002 2003
2004 2005
2006
1 Sumut 904000
904000 1081500
1081500 1331500 2 Lampung
663360 663360
663360 663360
663360 3 Jakarta
596000 596000
596000 596000
596000 4 Jabar
1111080 1111080
1111080 1111080 1111080
5 Jateng 1025483
1025483 1115483
1115483 1115483 6 Jatim
3167008 3167008
3321008 3861408 3638008
7 Sulsel 37800
37800 137800
137800 137800
8 Banten 2521600
2521600 211600
2711600 2711600
Total 10026331
10026331 10737831
11278231 11304831
Sumber : Statistik Peternakan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa produksi pakan ternak pada beberapa provinsi di Indonesia untuk tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Secara umum, produksi pakan ternak nasional terus meningkat dari periode 2002- 2006 dengan pertumbuhan tahunan mencapai 8,4 persen. Tahun 2003 dicatat
produksi mencapai enam juta ton dan tahun 2006 mencapai 9,9 juta ton. Sedangkan tahun 2007 produksi menurun sekitar 22,5 persen atau sekitar 22,5
persen. Hal ini disebabkan masih merebaknya kasus flu burung yang mengurangi orang untuk mengkonsumsi daging ayam yang pada gilirannya menyebabkan
penurunan pada produksi ayam dan permintaan akan pakan. Adapun penggunaan pakan ternak di Indonesia untuk unggas menempati
porsi terbesar. Penggunaan pakan ternak disajikan dalam tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Perkembangan Penggunaan Pakan Ternak di Indonesia Tahun 2002-2006
Pakan Hewan
2002 20003 2004 2005 2006
Broiler 2071475 2301375 2519400 2609840 2827800
Layer 3268612 3281560 3021116 3020405 3202694
Ayam Ras
367920 413910 400113 505890 535088 ItikBabi
520000 530000 550000 580000 620000
Total 6228007 6526845 6490629 6716135 7185582
Sumber : GPMT Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat dikatakan bahwa penggunaan pakan
untuk unggas memiliki porsi mencapai lebih dari 60-70 persen dari total produksi pakan. Penggunaan pakan ternak meningkat walaupun pada tahun 2004
mengalami penurunan sebesar 0,5 persen. Hal ini disebabkan dengan merebaknya kasus flu burung pada tahun 2003 sehingga mempengaruhi penurunan
penggunaan pakan. Namun secara keseluruhan, penggunaan pakan ternak meningkat. Sehingga mengindikasikan bahwa usaha produksi pakan ternak
memiliki prospek yang baik. Walaupun pasar pakan ternak unggas terbilang prospektif, akan tetapi bahan pakan yang tersedia sebagian adalah hasil pertanian
dalam negeri dan sebagian lagi adalah hasil impor. Kenaikan harga bahan pakan di negara asal dan meningkatnya harga bahan bakar minyak secara langsung akan
meningkatkan harga pakan di dalam negeri. Pada tahun 2006, produksi pakan Indonesia mencapai 7,2 juta ton, sedangkan bahan pakan yang diimpor berjumlah
4,3 juta ton atau sekitar 59,7 persen dari produksi. Salah satu bahan baku pangan yang memiliki peranan penting dalam
penyediaan pakan adalah jagung. Sebagai bahan pangan, jagung dapat dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi makanan ringan. Akan tetapi
kegunaan utama jagung di Indonesia adalah sebagai bahan baku pakan ternak.
Peranan lainnya adalah sumbangan terhadap PDB secara total yang setiap tahun meningkat dengan laju pertumbuhan 3,43 persen. Pada tahun 1987 sumbangan
komoditas jagung thd PDB 0,86 persen dan tahun 1992 naik jadi 0,96 persen BPS, 1995. Selain itu, ada komponen lain dari pakan selain jagung seperti
kedelai 18 persen, tepung daging dan tulangMBM 5 persen, sirup jagung 7 persen, CPO 2 persen juga masih mengandalkan impor.
Perkembangan industri pakan ternak juga tidak terlepas dari peran asosiasi perusahaan pakan ternak yang tergabung dalam GPMT Gabungan Perusahaan
Makanan Ternak. Asosiasi mewakili semua kepentingan anggota para produsen pakan ternak untuk melindungi dan memelihara hubungan kerja sama yang baik
dengan instansi pemerintah. Peranan yang dilakukan asosiasi dilihat dalam bentuk kegiatan internal maupun eksternal. Kegiatan internal dilakukan dengan
membantu anggota untuk mengatasi masalah penyaluran dan pemasaran produk, membentuk pusat informasi dan melakukan studi bersama seputar industri dan
pengembangannya. Kegiatan eksternal yang dilakukan yaitu membantu pemerintah dalam
memberikan informasi dan saran, serta mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan produk. Asosiasi mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah, non
pemerintah maupun badan di dalam dan luar negeri untuk mengembangkan industri pakan ternak guna kemajuan pembangunan.
Asosiasi berperan sebagai penghubung antara produsen dengan pemerintah. Dalam hal ini asosiasi bertugas menyampaikan laporan bulanan atau tahunan pada
Departemen Perindustrian mengenai produksi dan penjualan. Asosiasi juga membahas mengenai standarisasi kualitas produk dalam negeri maupun impor.
Peranan yang dilakukan, secara khusus berfungsi menciptakan kepentingan anggotanya termasuk keuntungan. Asosiasi ikut andil dalam berbagai kebijakan
yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan hasil kajiannya, maka asosiasi memiliki laporan megenai harga yang sebaiknya ditetapkan dan memberikan keuntungan
bagi produsen. Kasimpulan yang diperoleh mengenai peran asosiasi, ternyata keberadaannya telah ikut membentuk kekuatan pasar yang ada.
4.3 Ekspor dan Impor Pakan Ternak Indonesia