Perkembangan dan Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA

4.1 Perkembangan dan Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak

Perkembangan industri pakan ternak erat kaitannya dengan budidaya ternak itu sendiri. Budi daya ternak secara komersil mulai ada tahun 1972 yang dianggap sebagai awal berdirinya ternak yang pada saat itu sebagian besar usaha merupakan ternak unggas. Pabrik pakan yang ada pada masa itu masih terbatas untuk memasarkan hasil produksinya kepada kalangan peternak. Tahun selanjutnya budi daya ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mengindikasikan bahwa peranan pabrik pakan ternak semakin kuat. Namun pada tahun belakangan ini, usaha budidaya ternak terutama unggas mengalami hambatan dan banyak perusahaan yang menghentikan produksinya. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan produsen pakan ternak yang ketergantungan terhadap impor mulai dari penggunaan bahan baku, bibit, pinjaman modal. Kebijaksanaan pemerintah mengenai pengembangan industri ternak dimulai tahun 1967 dengan dikeluarkannya UU Peternakan 1967 yang menyatakan bahwa peternakan merupakan usaha rakyat, usaha komersil tidak diperkenankan masuk, dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan bagi peternak skala kecil. Kemudian tahun 1970-an pemerintah memperbolehkan penanaman modal asing PMA. Pada tahun tersebut disetujui pengembangan pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika Serikat. Usaha yang berkembang saat itu perusahaan pembibitan, pabrik pakan, obat-obatan ternak dan pengolahan hasil ternak, sehingga usaha komersil skala besar makin berperan. Kebijakan ini disusul dengan kebijakan mengenai budi daya tahun 1980 yang mengatur pembatasan skala usaha ternak terutama ayam ras yaitu Keppres No 501981 mengenai larangan operasi usaha ternak ayam layer sebanyak 5.000 ekor dan pedaging maksimal 750 ekor. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi rakyat serta dalam rangka pembinaan dan perlindungan peternak rakyat ditambah lagi dengan dukungan UU Peternakan No 67. Ternyata kebijakan tersebut dirasa kurang memuaskan karena peternak besar yang terintegrasi maupun peternak kecil dan yang tergabung dengan koperasi kurang puas dengan regulasi tersebut. Namun setelah lebih dari 20 tahun berlangsung, ternyata kebijakan tersebut tidak efektif bahkan mendorong percepatan pertumbuhan usaha dengan skala besar yang dikatakan semrawut walaupun dengan adanya Keppres 22 Mei 1990, pemerintah dinilai belum mampu melindungi usaha rakyat. Adapun isi dari Keppres 22 Mei 1990 yaitu: 1 usaha ternak yaitu ayam ras rakyat tidak lebih dari 15.000 ekor, tidak memerlukan izin kecuali harus melapor Dinas Peternakan setempat, 2 usaha skala besar diperkenankan dengan syarat bermitra dengan usaha rakyat, dimana dalam waktu 3 tahun porsi usaha rakyat lebih besar, sekurang-kurangnya 65 persen diekspor. Hasilnya peraturan tersebut dinilai tidak berhasil melindungi usaha rakyat karena tahun 1996 dilanda kekhawatiran ancaman pailit ribuan usaha ternak broiler rakyat karena tidak mampu bersaing dengan skala besar Yusdja, 1996. Pada tahun 2000 pemerintah mencabut Keppres No 22 sehingga intervensi pemerintah dikatakan sudah berakhir.Kondisi di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2. Gambaran Perkembangan Industri Pakan Ternak dan Peternakan