Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA
INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA
OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA
H14104126
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(2)
RINGKASAN
SUNDARI EKA AGUSTINA. NRP H14104126. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).
Berkembangnya industri peternakan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pakan tersebut karena industri pakan ternak memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ternak dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat strategis.
Pangsa pakan terhadap total biaya produksi mencapai 70%, sementara itu biaya bahan baku mencapai 85-90% dari total pakan. Sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (bibit) hanya mencapai 13%. Di sisi lain, 83% produksi pakan dialokasikan untuk unggas, 7% untuk budidaya ikan, 6% untuk babi, 1% untuk pakan ternak lainnya. Dengan demikian, tingginya pangsa pakan terhadap biaya produksi pada usaha ternak di Indonesia mengindikasikan bahwa produk pakan memiliki prospek yang menjanjikan selaras dengan berkembangnya industri pakan sebagai pendukung dari pembangunan dalam dunia peternakan.
Sampai sekarang ini perkembangan industri peternakan semakin menurun kinerjanya. Adanya krisis moneter telah menyebabkan hampir seluruh produsen skala kecil termasuk industri pakan ternak menutup usahanya dan hanya sedikit perusahaan terintegrasi yang mampu bertahan yaitu Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Subur dan Anwar Sierad. Terlepas dari penyediaan bahan baku pakan,
feedmill (perusahaan pakan) merupakan faktor vital dalam usaha budi daya ternak. Namun, diduga adanya kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ternak yang sampai saat ini telah membentuk oligopoli ditunjukkan dengan adanya (1) proporsi produksi pakan dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah delapan pabrik (12%) memiliki pangsa pasar 40-60%, (2) perusahaan peternakan skala besar seperti PT. Japfa Comfeed, PT. Charoen Phokpand, PT. Cargill, PT. Anwar Sierad, Group Subur, PT. Multi Breeder dll melakukan integrasi vertikal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak serta hubungan antara struktur dan faktor lainnya dengan kinerja. Selain itu digambarkan pula bagaimana perkembangan industri pakan ternak Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan industri pakan unggas seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), serta literatur lainnya yang terkait. Data yang digunakan merupakan data time series tahunan dari tahun 1981-2005.
(3)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur Industri pakan di Indonesia dapat dikatakan merupakan oligopoli longgar dengan rata-rata nilai rasio konsentrasi pasar sebesar 41,33 persen. Sementara itu, nilai rata-rata Minimum Efficiency Scale didapatkan sebesar 16,61 persen yang berarti hambatan masuk pasar termasuk tinggi. Nilai MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru ke dalam pasar industri pakan ternak di Indonesia. Perusahaan-perusahaan juga melakukan strategi untuk dapat bertahan dalam industri ini. Untuk strategi produk, perusahaan pakan ternak masih tergantung terhadap impor bahan baku, sehingga harga pakan juga berfluktuasi mengikuti perkembangan harga bahan baku. Dalam hal promosi, perusahaan besar telah memuat iklan dalam majalah khusus peternakan serta mengikuti pameran peternakan. Sementara itu beberapa perusahaan besar melakukan integrasi sehingga mampu menyediakan bahan baku sendiri.
Kebijaksanaan pemerintah mengenai pengembangan industri ternak dimulai tahun 1967 dengan dikeluarkannya UU Peternakan 1967 yang menyatakan bahwa peternakan merupakan usaha rakyat, usaha komersil tidak diperkenankan masuk, dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan peternak skala kecil. Kemudian tahun 1970-an pemerintah membolehkan penanaman modal asing (PMA). Pada tahun tersebut disetujui pengembangan pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika Serikat. Usaha yang berkembang saat itu perusahaan pembibitan, pabrik pakan, obat-obatan ternak dan pengolahan hasil ternak, sehingga usaha komersil skala besar makin berperan. Kebijakan ini disusul dengan kebijakan budi daya tahun 1980 yang mengatur pembatasan skala usaha ternak terutama ayam ras yaitu Keppres No 50/1981. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi rakyat serta dalam rangka pembinaan dan perlindungan peternak rakyat ditambah lagi dengan dukungan UU Peternakan No 67. Ternyata kebijakan tersebut dinilai kurang berhasil karena peternak besar yang terintegrasi maupun peternak kecil dan yang tergabung dengan koperasi kurang puas.
Berdasarkan penelitian, tingkat keuntungan (PCM) pada industri pakan ternak dikatakan masih kecil dengan rata-rata sebesar 19,56%. Kecilnya nilai PCM yang merupakan perbandingan biaya input dengan nilai output, disebabkan oleh biaya input yang terlampau besar terutama besarnya biaya untuk bahan baku yaitu sekitar 80-90%. Selain itu, untuk mengukur kinerja industri dapat dilihat dari efisiensinya. Berdasarkan penelitian, diperoleh rata-rata nilai efisiensi sebesar 30,88%. Nilai X-Eff yang termasuk kategori rendah pada industri ini mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk produksi, artinya perusahaan belum dikelola dengan baik.
Perkembangan struktur-perilaku-industri pakan ternak Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perdagangan internasional. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel pengaruh ekspor dan impor mengingat Indonesia adalah negara perekonomian terbuka yang melaksanakan perdagangan dengan negara luar termasuk komoditas pakan ternak.
(4)
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI
PAKAN TERNAK INDONESIA
OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA H14104126
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(5)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMAN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sundari Eka Agustina Nomor Pokok Mahasiswa : H14104126
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP 131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131 846 872
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2009
Sundari Eka Agustina H14104126
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sundari Eka Agustina lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Garut, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari Pasangan Sufyan Suri dan I. Solihah. Jenjang pendidikan penulis dimulai di TK PERTIWI Surabaya lalu melanjutkan studi yang dilalui tanpa hambatan menamatkan pendidikan dasar di SD IPPOR I hingga lulus pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 1 Garut hingga lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 2 Bandung dan lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam beberapa organisasi HIPOTESA, HMI Komisariat FEM maupun HMI Cabang Bogor serta dalam berbagai kegiatan seperti klub teater dan olahraga basket.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Pakan Unggas di Indonesia”. Topik penelitian ini dipilih karena melihat perkembangan industri peternakan unggas menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pakan unggas tersebut karena industri pakan ternak unggas memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ayam dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat strategis. Berdasarkan fenomena tersebut, muncul keinginan penulis untuk melihat bagaimanakah struktur perilaku serta kinerja industri pakan unggas di Indonesia. Di samping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat serta ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Yang tercinta Ibu, Ayah, adik-adik serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, setia memberikan doa, dukungan dan moril kepada penulis
3. Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bimbingan, pengarahan, dukungan serta motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Nunung Nuryartono, Ph. D yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang berharga bagi penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Toni Irawan, M. App atas masukannya guna perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.
(9)
6. Mba Andin, Mas Suhe atas arahan serta masukannya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan lancar.
7. Adam atas kebersamaan, kesabaran dorongan serta dukungannya selama ini.
8. Sahabat-sahabatku Dwita, Laswati, Nina, Siera, Mega, Mirza, Puri, Monika, Dwi, Dodol, Reni, Desi, Sofia, Ranum, Ba Cony, Cika, atas kebersamaan dan persahabatan yang tulus.
9. Teman-teman Ilmu Ekonomi, terutama Hipotesa, HMI Komisariat FEM, Panitia Bounce atas kerja samanya dan semangatnya selama ini.
10.Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2009
Sundari Eka Agustina H14104126
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Konsep Mengenai Industri... 8
2.2 Konsep Struktur-Perilaku-Kinerja ... 8
2.3 Penelitian Terdahulu... 16
2.4 Kerangka Teori ... 18
2.5 Hipotesis Penelitian ... 20
III. METODE PENELITIAN... 22
3.1 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.2 Metode Analisis ... 22
3.3 Uji Statistika dan Ekonometri... 30
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA... 34
4.1 Sejarah Serta Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak ... 34
4.2 Perkembangan Industri Pakan ... 36
4.3 Ekspor dan Impor Pakan Ternak Indonesia... 44
4.4 Regulasi yang Berkaitan Pakan Ternak... 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47
(11)
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA
INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA
OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA
H14104126
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
(12)
RINGKASAN
SUNDARI EKA AGUSTINA. NRP H14104126. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).
Berkembangnya industri peternakan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pakan tersebut karena industri pakan ternak memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ternak dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat strategis.
Pangsa pakan terhadap total biaya produksi mencapai 70%, sementara itu biaya bahan baku mencapai 85-90% dari total pakan. Sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (bibit) hanya mencapai 13%. Di sisi lain, 83% produksi pakan dialokasikan untuk unggas, 7% untuk budidaya ikan, 6% untuk babi, 1% untuk pakan ternak lainnya. Dengan demikian, tingginya pangsa pakan terhadap biaya produksi pada usaha ternak di Indonesia mengindikasikan bahwa produk pakan memiliki prospek yang menjanjikan selaras dengan berkembangnya industri pakan sebagai pendukung dari pembangunan dalam dunia peternakan.
Sampai sekarang ini perkembangan industri peternakan semakin menurun kinerjanya. Adanya krisis moneter telah menyebabkan hampir seluruh produsen skala kecil termasuk industri pakan ternak menutup usahanya dan hanya sedikit perusahaan terintegrasi yang mampu bertahan yaitu Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Subur dan Anwar Sierad. Terlepas dari penyediaan bahan baku pakan,
feedmill (perusahaan pakan) merupakan faktor vital dalam usaha budi daya ternak. Namun, diduga adanya kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ternak yang sampai saat ini telah membentuk oligopoli ditunjukkan dengan adanya (1) proporsi produksi pakan dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah delapan pabrik (12%) memiliki pangsa pasar 40-60%, (2) perusahaan peternakan skala besar seperti PT. Japfa Comfeed, PT. Charoen Phokpand, PT. Cargill, PT. Anwar Sierad, Group Subur, PT. Multi Breeder dll melakukan integrasi vertikal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak serta hubungan antara struktur dan faktor lainnya dengan kinerja. Selain itu digambarkan pula bagaimana perkembangan industri pakan ternak Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan industri pakan unggas seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), serta literatur lainnya yang terkait. Data yang digunakan merupakan data time series tahunan dari tahun 1981-2005.
(13)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur Industri pakan di Indonesia dapat dikatakan merupakan oligopoli longgar dengan rata-rata nilai rasio konsentrasi pasar sebesar 41,33 persen. Sementara itu, nilai rata-rata Minimum Efficiency Scale didapatkan sebesar 16,61 persen yang berarti hambatan masuk pasar termasuk tinggi. Nilai MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru ke dalam pasar industri pakan ternak di Indonesia. Perusahaan-perusahaan juga melakukan strategi untuk dapat bertahan dalam industri ini. Untuk strategi produk, perusahaan pakan ternak masih tergantung terhadap impor bahan baku, sehingga harga pakan juga berfluktuasi mengikuti perkembangan harga bahan baku. Dalam hal promosi, perusahaan besar telah memuat iklan dalam majalah khusus peternakan serta mengikuti pameran peternakan. Sementara itu beberapa perusahaan besar melakukan integrasi sehingga mampu menyediakan bahan baku sendiri.
Kebijaksanaan pemerintah mengenai pengembangan industri ternak dimulai tahun 1967 dengan dikeluarkannya UU Peternakan 1967 yang menyatakan bahwa peternakan merupakan usaha rakyat, usaha komersil tidak diperkenankan masuk, dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan peternak skala kecil. Kemudian tahun 1970-an pemerintah membolehkan penanaman modal asing (PMA). Pada tahun tersebut disetujui pengembangan pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika Serikat. Usaha yang berkembang saat itu perusahaan pembibitan, pabrik pakan, obat-obatan ternak dan pengolahan hasil ternak, sehingga usaha komersil skala besar makin berperan. Kebijakan ini disusul dengan kebijakan budi daya tahun 1980 yang mengatur pembatasan skala usaha ternak terutama ayam ras yaitu Keppres No 50/1981. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi rakyat serta dalam rangka pembinaan dan perlindungan peternak rakyat ditambah lagi dengan dukungan UU Peternakan No 67. Ternyata kebijakan tersebut dinilai kurang berhasil karena peternak besar yang terintegrasi maupun peternak kecil dan yang tergabung dengan koperasi kurang puas.
Berdasarkan penelitian, tingkat keuntungan (PCM) pada industri pakan ternak dikatakan masih kecil dengan rata-rata sebesar 19,56%. Kecilnya nilai PCM yang merupakan perbandingan biaya input dengan nilai output, disebabkan oleh biaya input yang terlampau besar terutama besarnya biaya untuk bahan baku yaitu sekitar 80-90%. Selain itu, untuk mengukur kinerja industri dapat dilihat dari efisiensinya. Berdasarkan penelitian, diperoleh rata-rata nilai efisiensi sebesar 30,88%. Nilai X-Eff yang termasuk kategori rendah pada industri ini mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk produksi, artinya perusahaan belum dikelola dengan baik.
Perkembangan struktur-perilaku-industri pakan ternak Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perdagangan internasional. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel pengaruh ekspor dan impor mengingat Indonesia adalah negara perekonomian terbuka yang melaksanakan perdagangan dengan negara luar termasuk komoditas pakan ternak.
(14)
ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI
PAKAN TERNAK INDONESIA
OLEH
SUNDARI EKA AGUSTINA H14104126
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(15)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMAN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sundari Eka Agustina Nomor Pokok Mahasiswa : H14104126
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Pakan Ternak Indonesia
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec NIP 131 644 945
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP 131 846 872
(16)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2009
Sundari Eka Agustina H14104126
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sundari Eka Agustina lahir pada tanggal 28 Agustus 1986 di Garut, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, dari Pasangan Sufyan Suri dan I. Solihah. Jenjang pendidikan penulis dimulai di TK PERTIWI Surabaya lalu melanjutkan studi yang dilalui tanpa hambatan menamatkan pendidikan dasar di SD IPPOR I hingga lulus pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 1 Garut hingga lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 2 Bandung dan lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam beberapa organisasi HIPOTESA, HMI Komisariat FEM maupun HMI Cabang Bogor serta dalam berbagai kegiatan seperti klub teater dan olahraga basket.
(18)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Pakan Unggas di Indonesia”. Topik penelitian ini dipilih karena melihat perkembangan industri peternakan unggas menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pakan unggas tersebut karena industri pakan ternak unggas memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ayam dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat strategis. Berdasarkan fenomena tersebut, muncul keinginan penulis untuk melihat bagaimanakah struktur perilaku serta kinerja industri pakan unggas di Indonesia. Di samping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat serta ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Yang tercinta Ibu, Ayah, adik-adik serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, setia memberikan doa, dukungan dan moril kepada penulis
3. Bapak Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bimbingan, pengarahan, dukungan serta motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Nunung Nuryartono, Ph. D yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang berharga bagi penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Toni Irawan, M. App atas masukannya guna perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.
(19)
6. Mba Andin, Mas Suhe atas arahan serta masukannya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan lancar.
7. Adam atas kebersamaan, kesabaran dorongan serta dukungannya selama ini.
8. Sahabat-sahabatku Dwita, Laswati, Nina, Siera, Mega, Mirza, Puri, Monika, Dwi, Dodol, Reni, Desi, Sofia, Ranum, Ba Cony, Cika, atas kebersamaan dan persahabatan yang tulus.
9. Teman-teman Ilmu Ekonomi, terutama Hipotesa, HMI Komisariat FEM, Panitia Bounce atas kerja samanya dan semangatnya selama ini.
10.Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2009
Sundari Eka Agustina H14104126
(20)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Konsep Mengenai Industri... 8
2.2 Konsep Struktur-Perilaku-Kinerja ... 8
2.3 Penelitian Terdahulu... 16
2.4 Kerangka Teori ... 18
2.5 Hipotesis Penelitian ... 20
III. METODE PENELITIAN... 22
3.1 Jenis dan Sumber Data ... 22
3.2 Metode Analisis ... 22
3.3 Uji Statistika dan Ekonometri... 30
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAN TERNAK INDONESIA... 34
4.1 Sejarah Serta Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak ... 34
4.2 Perkembangan Industri Pakan ... 36
4.3 Ekspor dan Impor Pakan Ternak Indonesia... 44
4.4 Regulasi yang Berkaitan Pakan Ternak... 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47
(21)
5.2 Analisis Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia ... 50
5.3 Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia ... 52
5.4 Analisis Perilaku Perusahaan pada Industri Pakan Ternak di Indonesia... 58
VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 62
6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA... 65
(22)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Tipe-tipe pasar... 11 Tabel 2. Kondisi pasar berdasarkan struktur-perilaku-kinerja ... 15 Tabel 3. Contoh nilai penjualan perusahaan... 24 Tabel 4. Perkembangan jumlah perushaan pakan ternak dan jumlah tenaga kerja di industri pakan ternak (1995-2005)... 37 Tabel 5. Empat perusahaan pakan ternak terbesar di Indonesia 2008 ... 37 Tabel 6. Kapasitas produksi pabrik pakan ternak di Indonesia... 41 Tabel 7. Perkembangan penggunaan pakan ternak di Indonesia
tahun (2002-2006) ... 42 Tabel 8. Perkembangan ekspor-impor pakan (2003-2007)... 44 Tabel 9. Perkembangan impor kebutuhan bahan baku pakan... 45 Tabel 10. CR4 industri pakan ternak di Indonesia 1981-2005... 47 Tabel 11. Nilai HHI tahun 2000-2005... 48 Tabel 12. Perkembangan nilai MES... 49 Tabel 13. Nilai PCM industri pakan ternak di Indonesia tahun 1981-2005... 51 Tabel 14. Hasil estimasi model PCM industri pakan ternak di Indonesia
tahun 1981-2005 ... 52 Tabel 15. Tabel uji kenormalan ... 54
(23)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran………...20 Gambar 2. Gambaran perkembangan industri pakan ternak dan
Peternakan………... 36
(24)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Biaya bahan baku industri pakan ternak dari tahun
1981-2005 ……… 69 Lampiran 2. Nilai efisiensi industri pakan ternak Indonesia tahun
1981-2005 ……….70
Lampiran 3. Tabel nilai R2 dan durbin Watson………. 70 Lampiran 4. Tabel Anova ………. 71 Lampiran 5. Regression ……… 71
(25)
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan pertumbuhan ekonomi Indonesia, agribisnis peternakan dianggap mampu merespon peluang pasar domestik. Adapun peluang tersebut diantaranya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa merupakan target pasar yang potensional. Ditambah lagi dengan kesadaran akan gizi masyarakatnya semakin meningkat. Oleh karena itu sumbangannya terhadap perekonomian nasional cukup berarti dengan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 736,8 trilyun dan mampu menyerap tenaga kerja mencapai 2,4 juta penyerapan tenaga kerja nasional (BPS, 2006).
Karena perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan investasi dan teknologi yang mendorong perubahan struktur industri dari usaha rakyat menjadi industri yang mencakup perkembangan semua komponen industri dalam skala besar termasuk industri pakan ternak. Perkembangan industri pakan ternak erat kaitannya dengan budidaya ternak itu sendiri. Budi daya ternak terutama ayam ras mulai ada tahun 1972 yang dianggap sebagai awal berdirinya ternak ayam ras komersil. Pabrik pakan pada masa itu masih terbatas untuk memasarkan hasil produksinya kepada kalangan peternak ayam ras. Tahun selanjutnya budi daya ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mengindikasikan bahwa peranan pabrik pakan ternak ayam semakin kuat.
Adapun Industri pakan ternak pertama yang sudah berkembang di Indonesia yaitu PT. Charoen Phokpand Indonesia yang merupakan perusahaan multinasional
(26)
bergerak dalam agribisnis perunggasan sebagai kegiatan utamanya. Disusul dengan PT. Japfa Comfeed yang juga merupakan salah satu perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia dengan aktivitas intinya adalah industri pakan ternak, pembibitan dan budidaya perairan. Perusahaan ini juga telah memegang peranan yang cukup signifikan dalam pasar pakan ternak domestik dan telah sukses mencapai posisi yang kuat dalam pasar. Hingga saat ini jumlah perusahaan pakan ternak telah mencapai lima puluh perusaahaan dengan empat puluh dua diantaranya tergabung dalam asosiasi produsen pakan ternak dengan produksi mencapai tujuh juta ton juta ton per tahun (GPMT, 2008).
Berkembangnya industri peternakan terutama unggas menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pakan tersebut karena industri pakan ternak memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) berhubungan dengan output pakan yang digunakan sebagai makanan ternak dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang berhubungan dengan kebutuhan akan input pakan terutama jagung. Oleh karena itu, bisnis pakan merupakan usaha yang sangat strategis. Namun demikian, akibat krisis multi dimensi sejak pertengahan 1997, industri pakan turut terkena imbasnya sehingga kapasitas pabrik yang terpakai hanya sekitar 30 persen atau sekitar 2,8 juta ton. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena selama periode 2001-2006, jumlah produksi daging dan populasi unggas di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9,8 persen/tahun (Statistik Peternakan, 2006). Sementara itu, pertumbuhan rata-rata konsumsi pakan pertahunnya mencapai 7 persen.
(27)
Sementara itu, pangsa pakan terhadap total biaya produksi mencapai 70 persen, sementara itu biaya bahan baku mencapai 85-90 persen dari total pakan. Sedangkan pangsa biaya lainnya seperti DOC (bibit) hanya mencapai 13 persen (Yusdja dan Pasandaran, 1998). Di sisi lain, 83 persen produksi pakan dialokasikan untuk unggas, 7 persen untuk budidaya ikan, 6 persen untuk babi, 1 persen untuk pakan ternak lainnya. Dengan demikian, tingginya pangsa pakan terhadap biaya produksi pada usaha ternak di Indonesia mengindikasikan bahwa produk pakan memiliki prospek yang menjanjikan selaras dengan berkembangnya industri pakan sebagai pendukung dari pembangunan dalam dunia peternakan.
Perusahaan pakan ternak yang telah ada dikuasai oleh perusahaan berskala besar yang telah terintegrasi secara vertikal dan dinamis, termasuk perusahaan multinasional, yang bertindak sebagai motor penggerak rantai pasok, termasuk untuk pakan ternak. Pada tahun 2000 terdapat 61 perusahaan pakan ternak di seluruh Indonesia dengan kapasitas 10.018.791 ton. Semakin dominannya perusahaan skala besar ditunjukkan bahwa pada tahun 1999 PT. Charoen Phokpand Indonesia (CPI) mempunyai kapasitas produksi pakan sebesar 2.410.000 ton pertahun yang berarti PT. CPI memiliki pangsa pasar yang mencapai 38 persen untuk pakan unggas. Suatu pangsa pasar yang sangat potensial untuk menjadi leader dalam perusahaan oligopoli (Simatupang, et.al,
2002). Disusul oleh Japfa Comfeed, Sierad Produce, Cheil Jedang dan Wonokoyo yang merupakan perusahaan agribisnis dan telah terintegrasi dengan baik mulai dari usaha pakan ternak, usaha pembibitan, maupun produksi daging olahan.
(28)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan industri pakan ternak di Indonesia dengan pendekatan struktur perilaku dan kinerja.
1.2Perumusan Masalah
Berangkat dari kebijakan pemerintah yang dikeluarkan mengenai peternakan yaitu dengan dikeluarkannya Keppres No 6/1967 yang menyatakan bahwa industri peternakan dikelola oleh skala kecil. Saat itu usaha komersil unggas belum popular di kalangan konsumen akan tetapi penyediaan pakan dan stok induk unggas telah terjadi. Setelah tahun 1970 pemerintah memperbolehkan investasi asing di industri peternakan, sehingga mulai berkembang bisnis tersebut termasuk pabrik pembuatan pakan ternak, kemudian peternak melakukan protes karena dianggap tidak seimbangnya persaingan antara peternak skala kecil dan skala besar. Pemerintah menanggapinya dengan mengeluarkan Keppres No.50/1980 yang menyatakan bahwa produksi peternakan diambil alih oleh peternak skala kecil dan produksi skala besar harus mengikuti aturan tersebut. Akan tetapi pada tahun 1990 peternak-peternak berskala kecil semakin menurun jumlahnya.
Pemerintah kemudian melakukan deregulasi dengan mengeluarkan Keppres No 22/1990 yang mengijinkan skala ekonomi produksi dimana produsen berskala besar mengekspor 60 persen produksinya dan memiliki hubungan kemitraan dengan peternak berskala kecil termasuk dalam penyediaan pakannya.
Sampai sekarang ini perkembangan industri peternakan semakin menurun kinerjanya. Adanya krisis moneter telah menyebabkan hampir seluruh produsen
(29)
skala kecil temasuk industri pakan ternak menutup usahanya dan hanya sedikit perusahaan terintegrasi yang mampu bertahan yaitu Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Subur dan Anwar Sierad (Poultry Indonesia, 2005). Ditambah lagi dengan merebaknya flu burung tahun 2003 memberikan sinyal negatif bagi investor perunggasan.
Terlepas dari penyediaan bahan baku pakan, feedmill (perusahaan pakan ) merupakan faktor vital dalam usaha perbroileran. Namun, diduga adanya kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ternak yang sampai saat ini telah membentuk oligopoli ditunjukkan dengan adanya (1) proporsi produksi pakan dari pabrik pakan berskala besar yang berjumlah delapan pabrik (12 persen) memiliki pangsa pasar 40-60 persen, (2) hasil estimasi keuntungan pabrik pakan (1993) Rp 265/ pakan petelur dan Rp 287/kg pakan broiler atau sekitar 42-44$ dari harga jual pakan, (3) perusahaan peternakan skala besar seperti PT. Japfa Comfeed, PT. Charoen Phokpand, PT Cargill, PT. Anwar Sierad, Group Subur, PT. Multi Breeder dll melakukan integrasi vertikal , (4) kedelapan pabrik pakan tersebut tergabung dalam organisasi GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak), (Yusdja dan Saptana, 1995).
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang dapat dikaji, yaitu apakah kondisi yang melanda bisnis pakan ternak Indonesia turut mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak Indonesia.
(30)
Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah struktur industri pakan ternak di Indonesia? 2. Bagaimana perilaku pasar industri pakan ternak di Indonesia? 3. Bagaimana kinerja industri pakan ternak di Indonesia?
4. Bagaimana hubungan struktur dan faktor lainnya dengan kinerja pada industri pakan ternak di Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian mengenai industri pakan unggas adalah:
1. Menganalisa struktur industri pakan ternak di Indonesia,
2. Menganalisa perilaku industri pakan ternak di Indonesia,
3. Menganalisa kinerja produsen pakan ternak di Indonesia,
4. Menganalisa hubungan struktur dan faktor lainnya dengan kinerja industri pakan ternak di Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak di Indonesia, diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi pelaku industri pakan, bagi para pengambil keputusan diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk pengembangan industri pakan ternak selanjutnya sehingga dapat dicapainya industri pakan Indonesia yang tangguh. Hasil penelitian ini juga
(31)
diharapkan menjadi informasi ataupun rujukan untuk penelitian yang berkaitan dengan industri pakan ternak selanjutnya. Bagi penulis sendiri, penelitian ini merupakan proses belajar dalam menganalisa suatu permasalahan dan menambah wawasan mengenai industri pakan ternak di Indonesia.
1.5Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini mengkaji perkembangan bisnis pakan ternak melalui analisis struktur-perilaku-kinerja industri pakan ternak serta produk pakan ternak dengan kode ISIC 15331 untuk ransum pakan ternak dan ISIC 15332 untuk konsentrat pakan ternak. Analisis dibatasi tanpa membahas lebih lanjut tentang aspek pasar, pengaruh harga, keterkaitannya dengan permintaan bahan baku serta produk akhir pakan ternak serta tidak menganalisis aspek perdagangan internasional.
(32)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Konsep Mengenai Industri
Kumpulan perusahaan sejenis dinamakan industri. Perusahaan (firm) adalah unit produksi yang bergerak dalam bidang tertentu. Bidang ini dapat merupakan bidang pertanian, bidang pengolahan maupun jasa. (Djojodipuro, 1994 dalam Safitri, 2006). Hasibuan (1993) menyatakan bahwa pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro.
Secara mikro, sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen, atau barang yang mempunyai sifat saling menggantikan secara erat. Namun, dari segi pembentukan pendapatan, yang bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Istilah industri memiliki makna, yang berarti himpunan perusahaan sejenis. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, peranan pemerintah semakin jelas pengaruhnya terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri (Hasibuan, 1993).
2.2 Konsep Struktur-Perilaku-Kinerja
Dalam melakukan analisis ekonomi industri, khususnya organisasi industri, ada cara mengamati kaitan antara struktur, perilaku dan kinerja. Pertama,
hanya memperhatikan secara mendalam dua aspek, yakni kaitan struktur dan kinerja industri, sedangkan aspek perilaku kurang ditekankan. Kedua, pengamatan kinerja dan perilaku dan kemudian dikaitkan lagi dengan struktur. Ketiga,
(33)
Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi, oleh karena telah dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya (Hasibuan, 1993).
2.1.1 Struktur Industri
Struktur yang dimaksud yaitu struktur pasar yang sebagian besar digambarkan oleh konsentrasi penguasaan pasar. Derajat tingkat konsentrasi mengacu pada kepemilikan atau berapa besar proporsi dari beberapa kumpulan atau aktivitas sumber daya ekonomi. Struktur industri diukur berdasarkan perbandingan rasio konsentrasi yang diduga dipengaruhi oleh faktor teknis seperti skala ekonomi yang diproksi dari biaya produksi; variabel perilaku, dan kinerja. Struktur pasar menjadi ukuran yang penting dalam mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa.
Konsentrasi mengindikasikan derajat tingkat market power. Kekuatan pasar adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mempengaruhi dengan kuat kuantitas dan harga di pasar. Market power muncul jika market share mencapai 15 persen dan jika mencapai 25-30 persen, derajat monopoli dapat menjadi lebih signifikan, serta market share yang lebih dari 40-50 persen biasanya memberikan
market power yang lebih besar. (Sheperd, 1997). Market power dapat berubah tergantung market share-nya. Dimana market share berhubungan positif dengan profitabilitas (Suvanichwong, 1977 dalam Sayaka, 2003).
(34)
Struktur pasar mempengaruhi sifat proses persaingan. Terdapat tiga kriteria yang merupakan elemen pokok dalam struktur pasar, yaitu: pangsa pasar (market share), pemusatan (concentration), hambatan masuk (barrier to entry).
1. Pangsa pasar
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri dan berkisar antara 0-100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar dalam praktik bisnis merupakan tujuan dan alasan perusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik akan menikmati keuntungan dari penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya. Peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber keuntungan dari perusahaan (Jaya, 2001).
Pangsa membandingkan dari pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dari pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar. Sedangkan jika pangsanya rendah, maka kekuasaan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Sheperd, 1990).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tipe-tipe pasar yang digambarkan berdasarkan pangsa pasar perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
(35)
Tabel 1. Tipe- tipe pasar
Tipe pasar Kondisi Pasar Contoh
Monopoli murni Suatu pasar yang
memiliki 100% pangsa pasar
PLN, TELKOM, PAM
Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang memilki50-100% pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat
Surat kabar lokal atau nasional, film Kodak, batu baterai
Oligopoli ketat Penggabungan empat
perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa
pasar 60-100%, kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif
mudah
Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen
Oligopoli longgar Penggabungan empat
perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40% atau kurang, kesepakatan di antara
mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin
Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan
Persaingan monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10% pangsa pasar
Pedagang eceran, penjual pakaian
Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun yang memiliki pangsa pasar yang berarti
Sapi dan unggas
Sumber: Jaya, 2001
2. Konsentrasi
Menurut Sheperd (1990) dinyatakan bahwa concentration (pemusatan) merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan utama, dimana jumlahnya paling sedikit 2 perusahaan dan paling banyak 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar membentuk satu tingkat pemusatan dalam pasar.
(36)
Penerimaan rata-rata industri yang terkonsentrasi adalah lebih tinggi daripada penghasilan jenis industri yang kurang terkonsentrasi.
Pemusatan merupakan tingkat oligopoli. Para oligopolis merupakan koordinasi yang secara ketat seakan mereka monopolis sejati, sehingga persaingan hebat bisa terjadi di antara mereka atau mungkin mengikuti pola lebih lanjut. Kombinasi kekuatan pasar mereka perlahan mengurangi pengaruh perusahaan yang mempunyai pangsa pasar utama. Pemusatan dapat menghasilkan suatu bentuk industri yang secara rasio dapat diterima (Jaya, 2001).
Menurut Greer (1975), konsentrasi disebabkan 5 faktor, yaitu :
adanya kesempatan dan keberuntungan
adanya penyebab teknis berupa skala ekonomi, kemudahan memperoleh sumber daya, tingkat pertumbuhan pasar
kebijakan pemerintah yang terdiri dari peraturan, pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota
kebijakan usaha berupa merger, dan adanya predatory pricing diferensiasi produk
3. Hambatan masuk
Menurut Sheperd (1990) dinyatakan bahwa dengan adanya hambatan masuk akan menghalangi pesaing yang potensial untuk memasuki pasar dan menjadi pesaing yang sesungguhnya. Apapun yang mengurangi kemungkinan skala atau kecepatan dari masuknya perusahaan disebut sebagai hambatan masuk.
Menurut Jaya (2001) dinyatakan bahwa sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru
(37)
merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan tersebut mencakup cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sah (seperti paten, dan franchise), seperti hambatan ekonomi umum lainnya.
2.1.2 Perilaku Industri
Banyak hal yang dapat dipengaruhi dengan kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Pada kondisi pasar oligopoli perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Kondisi pasar oligopoli yang dipimpin oleh beberapa perusahaan dominan, pada umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti hanya perusahaan monopoli akan menaikkan harga untuk memperoleh keuntungan lebih dan menggunakan diskriminasi harga. Berbeda dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga, pada pasar oligopoli tindakan yang mereka lakukan terkait oleh strategi dimana pilihan tindakannya seringkali tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pesaing terdekat. (Jaya, 2001).
Hasibuan (1993) menyatakan bahwa dalam menilai derajat persaingan suatu pasar perlu diperhatikan perilaku dari perusahaan yang berada dalam industri yang bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri dalam pasar sehingga tercapai tujuannya. Perilaku ini jelas terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian koordinasi terjadi sangat luas seperti kolusi dalam bentuk kartel.
(38)
Perilaku merupakan tindakan apa yang perusahaan lakukan dengan harga produk, tingkat produksi, produk, promosi dan variabel kunci lainnya. Perilaku dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu harga dan non harga. Kategori non harga termasuk iklan, kemasan, kualitas produk dan sebagainya (Greer, 1992 dalam Safitri, 2006).
2.1.3 Kinerja Industri
Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi (Jaya, 2001).
1. Efisiensi
Secara sederhana, pengertian efisiensi adalah menghasilkan output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah output tertentu. Baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis (harga). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah input yang sifatnya boros dihindarkan, sehingga tidak ada sumber daya terbuang.
2. Kemajuan teknologi
Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Proses pembaharuan tidak dapat menghindari masalah ketidakpastian, oleh karena itu, ide-ide yang baru membutuhkan suatu penelitian dan percobaan terlebih dahulu.
(39)
3. Keseimbangan dalam distribusi
Menurut istilah ekonomi, keseimbangan dalam distribusi disebut dengan keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Secara umum kondisi pasar berdasarkan struktur-perilaku dan kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2. Kondisi Pasar berdasarkan Struktur-Perilaku-Kinerja Ciri-ciri Monopoli Perusahaan
dominan Oligopoli Persaingan monopolistik Persaingan murni Kondisi utama Memiliki 100% pangsa pasar Mengasai pangsa pasar 50-100% tanpa pesaing kuat Gabungan perusahaan terkemuka pangsa pasar 60-100% Banyak pesaing efektif dan tidak satupun memiliki pangsa pasar >10% Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Jumlah produsen
Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat
banyak Entry/exit barrier Sangat tinggi Relatif rendah Tinggi Relatif rendah Rendah Diferensiasi produk
Relatif Relatif Relatif Relatif Tidak ada Kekuatan
menentukan
Sangat besar
Relatif Relatif Sedikit Tidak ada Persaingan
selain harga
Tidak ada
Besar Besar Besar Tidak ada
Informasi Sangat terbatas Cukup terbuka Terbatas Cukup terbuka Terbuka Profit Berlebih Berlebih Agak
berlebih Normal Normal Efisiensi Kurang baik Kurang baik Kurang baik
Cukup baik Baik Sumber: Hasibuan (1993).
(40)
2.3 Penelitian Terdahulu
1) Penelitian Terdahulu mengenai Pakan Unggas
Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa efisiensi produksi pabrik pakan pada saat pengamatan adalah layak secara ekonomi dari segi pemanfaatan sumberdaya domestik hanya untuk memenuhi kebutuhan setempat (lokal). Untuk tujuan perdagangan antar daerah berada pada kondisi kritis dan tidak layak sama sekali untuk tujuan promosi ekspor. Industri pakan ayam ras di wilayah Bogor-Bekasi belum berproduksi secara efisien pada kondisi laba maksimum jangka pendek (Alim, 1996).
Menurut Purba (1999) yang meneliti mengenai keterkaitan pasar jagung dan pakan ternak ayam ras di Indonesia: suatu analisis simulasi dengan menggunakan data deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai dengan teori ekonomi yang nyata dipengaruhi oleh peubah selisih harga pakan dan jagung, tingkat suku bunga, dan populasi ayam ras.
Sementara itu, Yusdja et al (2000) meneliti struktur industri unggas nasional yang meliputi produksi, peternak dan struktur indstri pakan. Yang menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur produksi dari tahun 1970-an, usaha peternakan ayam ras 100% dikuasai oleh peternakan rakyat dengan dukungan kebijakan PMA. Pada periode 1990-an 60% pangsa produksi dikuasai oleh perusahaan peternakan skala besar, 20% oleh skala menengah dan 20% skala kecil.
(41)
Menurut Kariyasa (2003) yang meneliti perilaku dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar serta melakukan proyeksi produksi dan permintaan domestik terhadap tiga komoditi tersebut. Penelitian menggunakan data sekunder deret waktu 1980-2001 dengan pendekatan ekonometrika. Penelitian menunjukkan ada keterkaitan antara ketiganya, serta antara pasar domestik dan pasar dunia lewat harga jagung, harga pakan domestik, harga daging ayam. Kebijakan subsidi suku bunga kredit usaha tani dan harga pupuk disarankan sebagai alternatif utama dalam pengembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam domestik.
2) Penelitian Terdahulu mengenai Teori Struktur Perilaku Kinerja Menurut Sayaka (2003) menganalisis struktur pasar, perilaku kinerja industri benih jagung di provinsi Jawa Timur, menggunakan data primer dan sekunder dengan analisis deskriptif statistik. Penelitian mengungkapkan struktur industri benih jagung di Jawa Timur sangat oligopolistik. Sementara itu, pasar benih jagung dinilai tidak efisien.
Menurut Fitriani (2006) yang menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak ayam di Lampung dan Jawa Barat menunjukkan bahwa dari hasil pendugaan model, menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara komponen struktur, perilaku dan kinerja pada industri pakan ternak ayam. Perilaku biaya (share biaya bahan baku) dipengaruhi oleh jumlah industri pakan (indikator struktur). Sementara diferensiasi produk (indikator struktur) merupakan faktor yang mempengaruhi teknis perusahaan dan profitabilitas (indikator kinerja).
(42)
Sebaliknya, perubahan dalam kinerja secara langsung ataupun tidak langsung akan merubah struktur industri pakan ternak (jumlah industri pakan dipengaruhi oleh harga pakan, sebaga indikator kinerja).
Menurut Safitri (2006) yang meneliti mengenai SCP industri besi-baja menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi-baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang medominasi pasar. Variable X-eff dan CR4 mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variable yang memiliki pengaruh terbesar adalah variabel dummy, MES dan Growth. Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari perusahaan pada industri besi-baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain strategi harga, produk, promosi dan distribusi.
Menurut Winsih (2007) yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia dengan menggunakan panel data menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar pada peningkatan kinerja adalah produktivitas, dan efisiensi-x. Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar, pertumbuhan nilai produksi, ekspor dan impor tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
2.4 Kerangka Teori
Kerangka Pemikiran ini mengacu pada kerangka structure conduct performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja industri itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu industri mempengaruhi kinerja dari industri mempengaruhi
(43)
perilaku perusahaan yang ada di dalamnya, kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut. Tentu saja analisis ini tidak terlepas dari pengaruh kebijakan pemerintah yang mempengaruhi perkembangan industri pakan ternak di Indonesia.
Pendekatan ini dimulai dari menganalisis struktur industri pakan ternak melalui concentration ratio, barrier to entry price cost margin. Hal ini dikarenakan struktur mempunyai pengaruh utama terhadap kinerja industri.
Sementara itu, struktur pasar yang ada akan mempengaruhi perilaku industri pakan ternak. Dalam penelitian ini, perilaku dianalisis secara deskriptif karena secara umum untuk menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara kuantitatif. Analisis perilaku ini dilihat dari bagaimana strategi perusahaan dalam menetapkan harga jual, produk, melakukan promosi untuk memasarkan produknya dan strategi distribusi. Perlaku ini dapat mempengaruhi kinerja industri pakan ternak.
Variabel struktur seperti konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4), efisiensi-X (XEFF), hambatan masuk (MES), pertumbuhan nilai produksi (GROWTH) yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pakan ternak di Indonesia. Sementara analisis kinerja industri dapat dlihat dari bagaimana perkembangan tingkat keuntungan perusahaan melalui nilai Price Cost Margin (PCM) dan nilai efisiensi (X-eff). Setelah mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri pakan ternak, dilihat
(44)
pula hubungan ketiganya. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam bagan berikut ini:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Kebijakan Pemerintah
`Keterangan: …. ruang lingkup analisis
Perkembangan Industri Pakan Ternak
Struktur : - Market share - Concentration ratio
- Barier To entry
Kinerja:
- PCM
- Efisiensi-X Perilaku:
- Harga - Produk - Promosi
Hubungan ketiganya
Implikasi kebijakan Pemerintah
2.5 Hipotesis Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri telah banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri. Hubungan variabel-variabel struktur dan kinerja dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh para peneliti.
Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka
(45)
semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sementara tingkat kosentrasi memiliki pengaruh negatif dengan persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat persaingan akan menurun. Begitu pula sebaliknya.
2. Efisiensi-X (XEFF) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat.
3. Hambatan masuk (MES) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Hambatan masuk yang dimaksudkan di sini adalah besarnya output perusahaan terbesar dibandingkan dengan output total industri pakan ternak. Semakin tinggi hambatan untuk masuk bagi industri ini semakin tinggi tingkat keuntungan yang dipertahankan pada industri yang telah ada.
4. Pertumbuhan nilai produksi (GROWTH) mempunyai nilai positif terhadap PCM. Pertumbuhan nilai produksi merupakan perbandingan nilai barang yang dihasilkan tahun ini dikurangi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun sebelumnya. Jika pertumbuhannya semakin meningkat maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan juga meningkat.
(46)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dari industri pakan ternak Indonesia. Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan industri pakan unggas seperti Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), serta literatur lainnya yang terkait. Data yang digunakan merupakan data time series tahunan dari tahun 1981-2005.
3.2 Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku industri pakan unggas. Metode kuantitatif dengan dua pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja industri pakan dan pendekatan OLS digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pakan unggas Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan SPSS 13.0
3.2.1 Analisis struktur Industri a. Pangsa Pasar (MS)
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda dan berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.
(47)
Msi = Si x 100% Stot
Dimana:
MSi = pangsa pasar perusahaan i (%)
Si = penjualan perusahaan i (rupiah)
Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) Sumber: Hasibuan (1993)
b. Rasio Konsentrasi (CR)
Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel yang dapat diukur. Dengan mengetahui tingkat konsentrasi maka tipe pasar yang dihadapi suatu industri juga dapat diketahui. Penggunaan CR menggambarkan struktur pasar yang ada pada hubungan tersebut.
Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan penjualan. Rasio konsentrasi sejumlah perusahaan besar mengukur pangsa pasar relatif dari total output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100%) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100% berarti monopoli. Dengan demikian maka CRm dapat dikatakan sebagai berikut:
CR4 = jumlah penjualan 4 perusahaan terbesar x 100% Total penjualan industri
Selain itu, ada cara lain untuk melihat konsentrasi yaitu Indeks Hirschman-Herfindahl. Dalam desertasinya, Orris C Herfindahl mengukur konsentrasi industri dengan formula:
(48)
HHI= Σn=ki=1 msi2
Dimana:
HHI = Indeks Hirschman-Herfindahl Msi = Pangsa pasar perusahaan ke-ia (%) m = jumlah persahaan terbesar
n = jumlah total seluruh perusahaan yang berada pada industry Sumber: Hasibuan (1993)
Nilai IHH dinyatakan dalam persentase, maka nilai ini adalah andil perusahaan pertama sampai dengan ke-i yang terbesar dalam suatu industri.
Tabel 3. Contoh Nilai Penjualan Perusahaan
No Perusahaan NILAI PENJUALAN/TAHUN
1 A 100.000
2 B 60.000
3 C 40.000
4 D 20.000
5 E 20.000
6 F 10.000
Jumlah nilai perusahaan 250.000
Kalau menghitung konsentrasi empat perusahaan, maka diperoleh : 220/250= 0,88
Kalau menghitung dengan nilai indeks IHH :
IHH = 0,402 + 0,242…….
Indeks ini sensitifterhadap andil perusahaan yang terbesar, karena semakin kecil andil perusahaan semakin kurang berarti dalam indeks ini. Misalnya bilangan 0,04 berarti andil penjualan perusahaan 4%. Setelah dikuadratkan, diperoleh angka 0,0016. Tetapi kalau dikuadratkan 0,0016. Tetapi kalau 0,4
(49)
dikuadratkan didapat 0,16. Jadi pengaruh andil perusahaan pertama sangat besar dalam struktur pasar tersebut. Dengan demikian, pengukuran ini konsisten dengan pengukuran konsentrasi industri dengan memeperhatikan andil perusahaan terbesar dalam suatu barang. Misalnya, ukuran ini paralel dengan ukuran konsentrasi empat perusahaan terbesar.
c. Hambatan Masuk (Barrier to Entry)
Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing potensial untuk masuk ke suatu pasar. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-hambatan ini tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal tapi juga dapat terjadi secara alami. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang menguasai pasar lebih dari 50%. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan total output industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES),
MES = Output perusahaan terbesar x 100% Total output industri
3.2.2 Analisis Perilaku Industri
Analisis mengenai perilaku industri ini akan dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Elemen-elemen dalam perilaku pasar dapat dijelaskan sebagai berikut:
(50)
• Strategi harga
Strategi penetapan harga suatu industri tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan oleh industri serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
• Strategi produk
Perusahaan yang bergerak di dalam industri akan melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini yang akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dala menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk.
• Strategi promosi
Selain harga dan produk, dalam suatu industri terdapat pula kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi untuk menarik konsumen.
• Strategi distribusi
Produsen melakukan strategi distribusi yang bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat didistribusikan secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
3.2.3 Analisis Kinerja Industri (Market Performance)
Analisis kinerja dilakukan dengan mengunakan analisis Price Cost Margin
(51)
perusahaan untuk meningkatkan harga di atas baya produksi. PCM juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung, atau
PCM = nilai tambah – upah total
barang yang dihasilkan
Sumber: Sheperd (1990)
Nilai tambah digunakan sebagai proksi dari keuntungan yang didapat oleh perusahaan namun harus dikurangi dengan biaya lain yaitu pengeluaran upah bagi pekerja. Tingkat PCM yag tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi.
Efisiensi yang dapat dihitung dalam hal ini adalah efisiensi internal (efisiensi-X) yang menggambarkan suatu industri dan perusahaan dikelola dengan baik. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio nilai tambah dengan nilai input ataupun dengan cara mengukur atau melihat utilisasi kapasitas produksi perusahaan-perusahaan di industri tersebut, menurut persamaan yaitu:
X-eff = Nilai tambah industri x 100%
Nilai input industri
3.2.4 Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja
Hubungan struktur dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS. Pemilihan metode OLS utuk meramalkan model disebabkan oleh mudahnya penggunaan serta pendeskripsian hasil regresi. Disamping itu metode ini juga lebih sederhana dibandingkan dengan metode lain. Metode ini
(52)
merupakan salah satu metode yang sering digunakan peneliti di bidang ekonomi untuk melihat hubungan antar variabel ekonomi.
Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan industri yaitu PCM (%). Variabel bebas yang digunakan adalah konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), hambatan masuk pasar dengan melihat output perusahaan terbesar (MES), efisiensi-X (XEFF), pertumbuhan nilai produksi (GROWTH). Penggunaan variable PCM sebagai proksi keuntungan telah digunakan oleh Collins dan Preston (1968, 1969) lalu Sheperd (1972) dan semakin banyak digunakan dalam penelitian ilmiah.
PCMt = a0 + a1CR4t + a2MESt + a3XEfft + a4GROWTHt + a5Dummy + error
PCMt = 100%
ProduksiIndustri x Nilai
Upahtotal h
NilaiTamba −
rasio keuntungan industri
yang mencerminkan kelebihan atas biaya langsung pada tahun ke-t (%)
CR4t = konsentrasi empat perusahaan terbesar dalam suatu industri pada tahun ke-t (%)
XEfft = efisiensi internal dalam industri pakan di Indonesia
GROWTH = 100%
Pr Pr Pr x a nSebelumny oduksiTahu Nilai a nsebelumny oduksiTahu Nilai n oduksiTahu Nilai −
pertumbuhan produksi, proksi dari permintaan pakan di Indonesia (%)
Dummy = variabel pembeda periode sebelum dan sesudah krisis ekonomi 1997
a0 =intercept
a1, a2, a3, a4, a5 = koefisien kemiringan parsial
(53)
Estimasi tanda dari koefisien bebas diduga adalah a1, a2, a3, dan , a4 > yang artinya masing-masing variabel bebas (CR4, MES, XEF dan GROWTH ) memiliki hubungan positif terhadap PCM. Sedangkan a5<0 yaitu DUMMY memiliki hubungan negatif.
3.2.5 Spesifikasi Data
1. Concentration Ratio (CR4) merupakan alat untuk mengukur besarnya konsentrasi penjualan 4 perusahaan terbesar dalam total penjualan industri pakan ternak. Nilai penjualan pakan ternak digunakan untuk menghitung CR4 terkait dengan kemampuan perusahaan-perusahaan untuk bersaing dalam produksi pakan, sehingga yang dilihat seberapa besar perusahaan tersebut mendominasi pasar pada produk pakan ternak.
2. Minimum Efficiency Scale (MES) merupakan kontribusi output perusahaan terbesar terhadap total output industri pakan ternak di Indonesia yang menggambarkan hambatan masuk. Digunakannya nilai output dalam menghitung MES adalah untuk mengetahui seberapa efisien. Nilai output merupakan jumlah nilai barang yang dihasilkan, listrik yang terjual, nilai jasa yang dihasilkan, selisih nilai stok barang setengah jadi dan penerimaan lain di jasa non industri.
3. Efisiensi (X-eff) merupakan kemampuan industri pakan ternak untuk menghasilkan nilai tambah terhadap biaya input yang diukur dengan membandingkan besarnya nilai tambah dengan biaya input.
(54)
4. GROWTH menggambarkan besarnya permintaan produk pakan yang merupakan pertumbuhan nilai produksi pada industri pakan ternak di Indonesia.
3.3 Uji Statistika dan Ekonometrika
Dari hasil regresi yang didapatkan kemudian dilakukan pengujian-pengujian agar suatu model dapat dikatakan baik. Pengujian tersebut yaitu uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan oleh variable-variabel terikatnya melalui koefisien determinasi (adjective-R2). Uji ekonometrika yang dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.
a. Uji Adjusted R-Squared (Adjusted-R2 )/ Uji Goodness of fit
Uji ini mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai variable terikat. Nilai R2 memiliki dua sifat yaitu memiliki besaran positif dan besarannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 sebesar nol maka hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas sedangkan jika R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang sempurna antara variabel terikat dengan variabel bebas. Adjusted-R2 adalah nilai R2 yang telah disesuaikan, nilai ini relatif kecil dari R2. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted-R2 sebagai koefisien determinasi.
(55)
b. Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Dengan kata lain, uji tersebut dapat digunakan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara bersamaan.
Berdasarkan metode OLS dengan menggunakan software SPSS 13.0, dapat dilihat nilai probabilitas dari F statistiknya. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka secara keseluruhan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat (PCM) artinya minimal ada satu minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap PCM.
c. Uji t
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel independen secara individu, yaitu apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Berdasarkan metode OLS, dapat dilihat nilai probabilitas t-statistik pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya.
Kesesuaian model dengan kriteria ekonomi dapat dilihat dari tanda parameter dugaan. Tanda positif pada koefisien variabel bebas (independen) menunjukkan bahwa perubahan variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Tanda negatif pada koefisien variabel bebas menunjukkan
(56)
pengaruh negatif antara variabel independen terhadap variabel dependennya. Adanya perbedaan hasil dan hipotesis dapat diterima jika dapat dijelaskan dan didukung dengan alasan yang sesuai dengan teori dan kondisi sosial yang terjadi
d. Uji Auotokorelasi
Suatu model dikatakan baik apabila telah memenuhi asumsi tidak terdapat gejala autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil estimasi model tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term.
Pada program SPSS, uji autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW) sebagai berikut:
Nilai Dw Hasil
4-dl < DW < 4 Tolak H
0, korelasi serial negatif
4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan
2 < DW < 4-du Terima H
0, tidak ada korelasi serial
du < DW < 2 Terima H
0, tidak ada korelasi serial
dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan
0 < DW < dl Tolak H
0, korelasi serial positif e. Uji Heteroskedastisitas
Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh nilai p < α (0,10). Yang dimaksud asumsi heteroskedastisitas adalah :
H0: Terjadi homoskedastisitas H1:Terjadi heteroskedastisitas
Dikatakan bahwa heteroskedastisitas menyebabkan penafsiran koefisien regresi menjadi tidak efisien.
(57)
f. Uji Multikoleniaritas
Asumsi lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya korelasi yang kuat pada sesama variabel bebas (eksogen). Uji multikolinearitas dalam SPSS
dinamakan uji kolinearitas, yaitu untuk melihat apakah terjadi korelasi yang kuat antara variabel-variabel independennya. Cara pengujiannya adalah:
• Nilai korelasi dua variabel independen tersebut mendekati satu.
• Nilai korelasi parsial akan mendekati nol
Apabila terjadi kolinearitas maka variabel yang dimasukan dalam persamaan linear hanya variabel independen yang memiliki korelasi partial yang tinggi. Selain itu dapat pula dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam tabel coefficients. Apabila nilai VIF < 5 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas.
g. Uji Normalitas
Dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30, karena jika sampel kurang dari 30 maka error term akan terdistribusi secara normal.
Hipotesis: H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal
Dengan SPSS 13.0 uji ini menghasilkan tabel One-sample Kolmogorov-Smirnov test yang di dalamnya terdapat nilai Asymp Sig (2-tailed). Apabila nilainya kurang dari setengah alpha maka H0 ditolak yang berarti model distribusi normal tidak sesuai.
(58)
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI PAKAN TERNAK
INDONESIA
4.1 Perkembangan dan Tinjauan Penerapan Kebijakan Industri Ternak Perkembangan industri pakan ternak erat kaitannya dengan budidaya ternak itu sendiri. Budi daya ternak secara komersil mulai ada tahun 1972 yang dianggap sebagai awal berdirinya ternak yang pada saat itu sebagian besar usaha merupakan ternak unggas. Pabrik pakan yang ada pada masa itu masih terbatas untuk memasarkan hasil produksinya kepada kalangan peternak. Tahun selanjutnya budi daya ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mengindikasikan bahwa peranan pabrik pakan ternak semakin kuat.
Namun pada tahun belakangan ini, usaha budidaya ternak terutama unggas mengalami hambatan dan banyak perusahaan yang menghentikan produksinya. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan produsen pakan ternak yang ketergantungan terhadap impor mulai dari penggunaan bahan baku, bibit, pinjaman modal.
Kebijaksanaan pemerintah mengenai pengembangan industri ternak dimulai tahun 1967 dengan dikeluarkannya UU Peternakan 1967 yang menyatakan bahwa peternakan merupakan usaha rakyat, usaha komersil tidak diperkenankan masuk, dengan tujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan bagi peternak skala kecil. Kemudian tahun 1970-an pemerintah memperbolehkan penanaman modal asing (PMA). Pada tahun tersebut disetujui pengembangan pembibitan ayam ras dari negara Jepang dan Amerika Serikat. Usaha yang
(59)
berkembang saat itu perusahaan pembibitan, pabrik pakan, obat-obatan ternak dan pengolahan hasil ternak, sehingga usaha komersil skala besar makin berperan. Kebijakan ini disusul dengan kebijakan mengenai budi daya tahun 1980 yang mengatur pembatasan skala usaha ternak terutama ayam ras yaitu Keppres No 50/1981 mengenai larangan operasi usaha ternak ayam layer sebanyak 5.000 ekor dan pedaging maksimal 750 ekor. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk menyediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi rakyat serta dalam rangka pembinaan dan perlindungan peternak rakyat ditambah lagi dengan dukungan UU Peternakan No 67. Ternyata kebijakan tersebut dirasa kurang memuaskan karena peternak besar yang terintegrasi maupun peternak kecil dan yang tergabung dengan koperasi kurang puas dengan regulasi tersebut.
Namun setelah lebih dari 20 tahun berlangsung, ternyata kebijakan tersebut tidak efektif bahkan mendorong percepatan pertumbuhan usaha dengan skala besar yang dikatakan semrawut walaupun dengan adanya Keppres 22 Mei 1990, pemerintah dinilai belum mampu melindungi usaha rakyat. Adapun isi dari Keppres 22 Mei 1990 yaitu: (1) usaha ternak yaitu ayam ras rakyat tidak lebih dari 15.000 ekor, tidak memerlukan izin kecuali harus melapor Dinas Peternakan setempat, (2) usaha skala besar diperkenankan dengan syarat bermitra dengan usaha rakyat, dimana dalam waktu 3 tahun porsi usaha rakyat lebih besar, sekurang-kurangnya 65 persen diekspor. Hasilnya peraturan tersebut dinilai tidak berhasil melindungi usaha rakyat karena tahun 1996 dilanda kekhawatiran ancaman pailit ribuan usaha ternak broiler rakyat karena tidak mampu bersaing dengan skala besar (Yusdja, 1996). Pada tahun 2000 pemerintah mencabut
(60)
Keppres No 22 sehingga intervensi pemerintah dikatakan sudah berakhir.Kondisi di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Gambaran Perkembangan Industri Pakan Ternak dan Peternakan
Sumber: Yusdja et.al., 2000 dalam Oktaviani, 2007 Skala Kecil (100%) Skala Menengah (70%) Skala Besar (60%) Skala Besar (60%) Skala Besar (10%) Skala Kecil (30%) Skala Kecil (20%) Skala Kecil (20%) Skala Kecil (15%) Skala Menengah (20%) Skala Menengah (20%) Skala Menengah (75%) Integrasi vertikal subsisten Integrasi vertikal subsisten Kemitraan, Subsisten dan integrasi penuh Kemitraan, Produksi ditangani industri skala besar Struktur produksi Peternak Subsisten terintegrasi UU Penanaman Modal Asing (PMA) Kepres Presiden No 50/80 Kepres Presiden No 22/90 Krisis Ekonomi dan Keuangan 2020 2000 1990 1980 1970 Ke depan
4.2 Perkembangan Industri Pakan
Jumlah perusahaan pakan ternak bervariasi dari tahun ke tahun. Perkembangannya sampai tahun 2005 telah mencapai lebih dari enam puluh yang
(61)
dikategorikan sebagai perusahaan dengan skala menengah dan besar. Perkembangan mengenai jumlah perusahaan dan tenaga kerja yang dipakai disajikan dalam tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Pakan Ternak dan Tenaga Kerja di Industri Pakan Ternak (1995-2005).
Tahun Jumlah Tenaker Produksi Tenaker Lainnya Total
1995 87 7642 3952 11594
1996 90 8530 4135 12665
1997 82 7541 3551 11092
1998 82 7034 3661 10695
1999 77 6541 3463 10004
2000 72 6666 3664 10310
2001 72 8445 2881 12326
2002 79 7831 4052 11883
2003 68 7141 3348 10489
2004 64 7167 3228 10495
2005 67 7582 3658 11240
Sumber : BPS
Peningkatan jumlah perusahaan pakan ternak di Indonesia lebih didominasi oleh empat perusahaan besar yang memiliki kapasitas produksi tinggi di pasar domestik. Keempat perusahaan tersebut menjadi faktor penentu dari struktur industri pakan ternak Indonesia. Adapun nama keempat perusahaan tersebut disajikan dalam tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Empat Perusahaan Pakan Ternak Terbesar di Indonesia 2008 (ton)
No Nama Perusahaan
Kapasitas Perusahaan 1
Charoen Phokpand
Indonesia 2600000
2 Japfa Comfeed 1730000
3 Cheil Jedang Feed Indonesia 750000
4 Sierad Produce 540000
(62)
Menurut data dari GPMT, Charoen Phokpand sebagai perusahaan pakan ternak terbesar di Indonesia didirikan tahun 1972 yang kegiatan utamanya menghasilkan pakan ternak dan industri pengolahan daging ayam. Perusahaan dengan penanam modal asing yang bergabung yaitu PT. Central Protein Prima, Royal Bank of Canada (Asia), UBS AG Singapura. Produksi tahunannya mencapai 2,6 juta ton pakan dengan lokasi pabrik di wilayah Mojokerto, Jakarta dan Medan. Industri pengolahan daging ayam dikelola oleh anak perusahaan CPI yaitu PT. Primafood International dengan produk daging ayam yang dikenal dengan merk Fiesta. Tahun 2007 dicatat bahwa pendapatan perusahaan ini mencapai Rp 8,3 trilyun dan Rp 210 milyar diantaranya merupakanlaba bersih.
Sementara itu, Japfa Comfeed yang menempati urutan kedua didirikan tahun 1971 yang kegiatan utamanya pada industri pakan ternak. Perusahaan ini merupakan gabungan antara Pasific Focus Enterprises (28,94 persen), JP Morgan Chases Bank (9,6 persen), Coutts Bank Von Ernst (9,15 persen), Rangi Management (8,57 persen), BNP Private Bank Singapore (6,63 persen) dan 37,06 persen merupakan investor publik. Japfa Comfeed merupakan perusahaan dengan agribisnis yang terintegrasi dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 1,73 juta ton pakan ternak. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan kegiatan lain yaitu pembibitan yang dikelola oleh PT. Multibreeder Adirama, budidaya ikan dikelola oleh PT. Suri Tani Pramuka. Perusahaan pakan ternak dan peternakan berlokasi di Lampung, Cirebon, Sidoarjo dan Tangerang. Pada tahun 2007 dicatat bahwa pendapatan perusahaan mencapai Rp 7,9 trilyun dengan Rp 180,9 milyar
(63)
merupakan laba bersih. Dari income yang dihasilkan, industri pakan ternak memberikan kontribusi sebesar 80 persen.
Cheil Jedang Feed Indonesia merupakan anak perusahaan Cheil Jedang dari Korea Selatan yang mulai beroperasi sejak tahun 1989. CJ memiliki dua perusahaan pakan yaitu PT. Cheil Jedang Superfeed yang didirikan tahun 1996, dan PT. Cheil Jedang Feed Jombang yang didirikan tahun 2004. Dua perusahaan tersebut berlokasi di Serang, Banten dan Jombang dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 750 ribu ton. Pakan ternak diproduksi oleh CJ Feed termasuk pakan untuk broiler, layer, babi, burung dan udang dengan produknya yang dikenal dengan Superfeed.
Perusahaan terbesar keempat yaitu Sierad Produce didirikan tahun 1985 dengan nama PT. Betara Darma Ekspor Impor, merupakan hasil merger empat perusahaan yaitu PT. Anwar Sierad, PT. Sierad Produce, PT. Sierad Feedmill dan PT. Sierad Grains. Adapun kegiatan utama perusahaan ini adalah memproduksi ayam mulai dari parent stock hingga final stock dan ayam olahan. Sierad Produce juga menghasilkan pakan ternak, industri pengeringan jagung, dan industri obat hewan yang berlokasi di Tangerang, Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Sidoarjo. Kapasitas produksi pakan ternak tahunan perusahaan ini mencapai 540 ribu ton dengan produksi utama untuk pakan unggas. Perusahaan ini menggunakan label Delfram sebagai merk untuk daging ayam yang dijual di supermarket di seluruh Indonesia. Anak perusahaan lain yang dimiliki yaitu PT. Biotek Indonesia (memproduksi obat hewan), Wendy’s Restaurant dan Hartz Chicken Buffet
(64)
Restaurant. Pada tahun 2007 dicatat perusahaan ini memiliki pangsa pasar untuk pakan ternak sebesar 7 persen dengan pendapatan sebesar Rp 1,2 trilyun dengan laba bersih sebesar Rp 27,5 milyar.
Investor asing masih mendominasi industri pakan ternak di negeri ini seperti Charoen Phokpand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin dan Sentra Profeed. Berdasarkan data dari GPMT, jumlah perusahaan pabrik pakan yang tergabung dalam organisasi produsen pakan tersebut, tahun 2008 mengalami penurunan yang sebelumnya berjumlah 50 menghentikan operasinya menjadi 42. Dari sejumlah pabrik pakan diatas, hanya 2 perusahaan pakan yaitu Universal Agri Bekasi dan Hogindo Feedmill Jakarta yang tidak memproduksi pakan unggas. Hal ini berarti sebagian besar pabrik pakan Indonesia menghasilkan pakan untuk unggas.
Beberapa perusahaan pakan ternak skala besar yang ada di Indonesia tersebar di 8 provinsi di seluruh Indonesia. Adapun persebarannya terletak di Provinsi Sumatera Utara memiliki delapan pabrik, Lampung dengan empat pabrik, Banten memilki sepuluh pabrik, Jakarta empat pabrik, Jawa Barat memiliki empat pabrik, Sulawesi Selatan dengan dua pabrik dan sebagian besar terletak di Jawa Timur dengan lima belas pabrik. Jawa timur merupakan pusat pakan ternak Indonesia yang memiliki peternakan terluas di Indonesia. Hal ini dikarenakan di Jawa Timur memiliki Balai Besar Inseminasi Buatan yang terletak di Singasari. Selain itu, di Jawa Timur memiliki lahan jagung terluas yang merupakan bahan
(1)
(2)
Lampiran 1. Biaya bahan baku industri pakan ternak dari tahun 1981-2005
Tahun Bahan Baku
Barang yg
Dihasilkan Biaya Input Nilai Output
Share BB Thd B.Input
1981 78825960 105143425 86353902 105176214 91,28245299 1982 87324030 114423545 95524679 114474446 91,41515147 1983 125127894 160574114 139565689 160613431 89,65519742 1984 155143002 207536921 169868004 210165597 91,33150349 1985 211783576 297311736 240693528 301607906 87,98889516 1986 284290533 416494352 311137285 429182595 91,37141278 1987 459383109 613593538 493257448 615827496 93,13252357 1988 612744425 787182421 664147689 789900402 92,26026607 1989 695220291 999179569 753741206 1006450346 92,23594059 1990 571567752 857412981 625495433 872385813 91,37840532 1991 858105580 121776928 934758256 1235850426 91,79973266 1992 1036973094 1470794552 1147784721 1589210006 90,34560881 1993 1056334589 1458824146 1189900341 1643732601 88,77504717 1994 1555393194 2103818490 1740444400 2321520023 89,36758876 1995 1816027138 2437141783 1980213392 2563154221 91,70865854 1996 2320091373 3276430838 2903673619 3424310548 79,90193381 1997 2983354000 3807518000 3244816000 4418935000 91,94216251 1998 3112867050 4052090281 3296623651 4596590341 94,4259151 1999 3444774390 5085528787 3674639559 5569931355 93,74455194 2000 4827229465 7879481500 5358347035 8496998534 90,08803337 2001 5643186747 7895898404 6129441877 8179628803 92,06689386 2002 6153091785 9054570143 6724908924 9410677522 91,49702776 2003 7901743998 10184730288 8393775372 10570249191 94,13813985 2004 9232356513 11259896732 9700591362 11626753191 95,17313088 2005 12159716009 15114562460 12954022438 15191726115 93,86826422
(3)
Lampiran 2. Nilai efisiensi industri pakan ternak Indonesia tahun 1981-2005
TAHUN XEff1981 21,8
1982 19,84
1983 15,08
1984 23,72
1985 25,31
1986 37,94
1987 24,85
1988 18,93
1989 33,53
1990 39,47
1991 32,21
1992 38,46
1993 38,14
1994 33,39
1995 29,44
1996 17,93
1997 36,18
1998 39,43
1999 51,58
2000 58,57
2001 33,45
2002 39,94
2003 25,93
2004 19,86
2005 17,27
rata-rata 30,89
Lampiran 3. Tabel Nilai R
2dan Durbin-Watson
Model Summaryb
,936a ,876 ,844 2,70132 1,975
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson Predictors: (Constant), DUMMY, CR4, Growth, XEff, MES
a.
Dependent Variable: PCM b.
(4)
Lampiran 4. Tabel ANOVA
ANOVAb
983,973 5 196,795 26,969 ,000a
138,645 19 7,297
1122,618 24 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), DUMMY, CR4, Growth, XEff, MES a.
Dependent Variable: PCM b.
Lampiran 5. Regression
Descriptive Statistics
19,5460 6,83928 25
30,890 10,8979 25
23,27 17,592 25
41,3252 9,62002 25
16,6124 7,87651 25
,32 ,476 25
PCM XEff Growth CR4 MES DUMMY
Mean Std. Deviation N
Correlations
1,000 ,880 ,060 -,443 -,357 ,432
,880 1,000 ,005 -,418 -,401 ,312
,060 ,005 1,000 -,095 -,162 -,219
-,443 -,418 -,095 1,000 ,938 -,172
-,357 -,401 -,162 ,938 1,000 -,213
,432 ,312 -,219 -,172 -,213 1,000
. ,000 ,389 ,013 ,040 ,016
,000 . ,490 ,019 ,024 ,064
,389 ,490 . ,325 ,219 ,146
,013 ,019 ,325 . ,000 ,205
,040 ,024 ,219 ,000 . ,154
,016 ,064 ,146 ,205 ,154 .
25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25 25
PCM XEff Growth CR4 MES DUMMY PCM XEff Growth CR4 MES DUMMY PCM XEff Growth CR4 MES DUMMY Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
(5)
Variables Entered/Removedb
DUMMY, CR4, Growth, XEff, MESa
. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: PCM b.
Coefficientsa
13,331 4,803 2,775 ,012
,491 ,058 ,783 8,492 ,000 ,764 1,308
,062 ,034 ,160 1,851 ,080 ,870 1,149
-,542 ,172 -,763 -3,151 ,005 ,111 1,979
,653 ,212 ,752 3,075 ,006 ,109 1,674
3,605 1,286 ,251 2,803 ,011 ,811 1,233
(Constant) XEff Growth CR4 MES DUMMY Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: PCM a.
Collinearity Diagnosticsa
4,753 1,000 ,00 ,00 ,01 ,00 ,00 ,01
,721 2,567 ,00 ,00 ,05 ,00 ,00 ,63
,349 3,692 ,00 ,00 ,54 ,00 ,02 ,02
,146 5,699 ,00 ,33 ,27 ,00 ,02 ,31
,028 13,145 ,24 ,60 ,11 ,01 ,14 ,01
,004 36,667 ,75 ,07 ,02 ,99 ,82 ,03
Dim ensi on 1 2 3 4 5 6 Model 1 Eigenvalue Condition
Index (Constant) XEff Growth CR4 MES DUMMY
Variance Proportions
Dependent Variable: PCM a.
(6)