Analisis Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia

Sumber: BPS 1981-2005, diolah. MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri Comanor dan Wilson dalam Alistair, 2004, sehingga dapat dikatakan bahwa hambatan masuk pada industri pakan ternak termasuk tinggi. Nilai MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru ke dalam pasar industri pakan ternak di Indonesia.

5.2 Analisis Kinerja Industri Pakan Ternak di Indonesia

Salah satu indikator utama yang dapat menunjukkan kinerja industri adalah keuntungan yang diperoleh dalam industri tersebut. Dalam menganalisa industri pakan ternak di Indonesia, kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya data laba perusahaan maupun industri sehingga untuk menghitung tingkat keuntungan industri diproksi dengan menggunakan Price Cost Margin PCM. PCM dihitung dengan membagi selisih nilai tambah dengan pengeluaran tenaga kerja dengan total nilai output. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada tahun 2000 tingkat keuntungan yang diraih industri pakan ternak Indonesia merupakan nilai tertinggi selama tahun yang diteliti yaitu sebesar 35,33. Sedangkan nilai PCM terkecil terjadi pada tahun 1983 yaitu hanya sebesar 10,02. Kecilnya nilai PCM yang merupakan perbandingan biaya input dengan nilai output, disebabkan oleh biaya input yang terlampau besar terutama besarnya biaya untuk bahan baku lampiran 1. Tabel 13. Nilai PCM Industri Pakan Ternak di Indonesia Tahun 1981-2005 Tahun PCM Tahun PCM Tahun PCM 1981 14,93 1990 25,52 1999 32,22 1982 12,75 1991 21,49 2000 35,33 1983 10,02 1992 25,16 2001 23,40 1984 16,15 1993 12,39 2002 25,99 1985 16,70 1994 16,47 2003 18,85 1986 24,62 1995 10,58 2004 14,83 1987 17,18 1996 12,95 2005 12,99 1988 13,58 1997 24,99 Rata-rata 19,56 1989 23,03 1998 26,50 Sumber:BPS 1981-2005 diolah. Untuk Mengukur kinerja dalam suatu industri, dapat juga dilihat dari efisiensi internal pada industri. X-Eff yang diproksi dari nilai tambah per biaya input. Perkembangan nilai efisiensi internal X-Eff industri pakan ternak Indonesia selama tahun 1981-2005 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 3. Perkembangan Nilai X—Eff Berdasarkan hasil penelitian, dari tahun 1981-2005 diperoleh rata-rata nilai efisiensi industri pakan ternak sebesar 30,88 persen lampiran 2. Nilai X-Eff yang termasuk kategori rendah pada industri ini mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk produksi masih rendah, artinya perusahaan belum dikelola dengan baik. Hal ini terjadi karena produksi riil pabrik pakan ternak sekitar 40-70 persen dari kapasitas terpakainya Saptana, 2000.

5.3 Analisis Hubungan Struktur Pasar dengan Kinerja Industri Pakan