Produksi KaretSadapTunas lateral Analisis Fisiologi .1 Kadar Sukrosa Lateks

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncans Multiple Range Test pada taraf α 5 Hasil karet keringpohonsadap suatu klon karet bergantung pada ukuran lilit batang. Pada klon yang sama produksi akan lebih besar pada tanaman dengan lilit batang yang besar Oktavia Lasminingsih, 2010. Tetapi dari hasil penelitian ini didapati bahwa tebal kulit tidak memiliki korelasi yang positif terhadap produksi karet. Klon IRR 42 yang memiliki kulit yang lebih tebal memiliki produksi karet yang lebih rendan dibandingkan dengan klon PB 260 yang memiliki kulit lebih tipis. Lateks umumnya mengandung 25-40 bahan karet mentah yang mengandung senyawa kimia kompleks antara lain karet hidrokarbon, protein, lipid, karbohidrat, garam anorganik dan lain lain. Kandungannya bergantung pada jenis tanaman dan cara penyadapan. Pada tanaman yang belum disadap kandungan karet pada tanaman mampu mencapai 60 atau lebih Sethuraj Mathew, 1992; Fachry et al., 2012. Tingkat aliran lateks dan perubahan dari tekanan turgor memiliki hubungan langsung terhadap aspek anatomi pada sistem latisifer Priyadarshan, 2011. Tingginya nilai koefesien keragaman produksi karet kering pada tanaman disebabkan banyaknya faktor produksi yang mempengaruhi seperti genetik, lilit batang, tebal kulit, jumlah latisifer, diameter latisifer dan lingkungan yang masing-masing komponennya juga memiliki keragaman Akbar et al., 2013. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa, klon PB 260 yang memiliki tebal kulit lebih kecil memiliki produksi lateks yang lebih tinggi. Produksi lateks yang tinggi tidak ditunjukkan dari seberapa besar ukuran lilit batang dan tebal kulit. Produksi lateks mungkin dipengaruhi oleh tingkat metabolisme yang terjadi pada masing-masing tanaman. Menurut Sethuraj Mathew 1992, metabolisme mengambil peranan penting dalam bidang produksi melalui pembentukan lateks didalam jaringan latisifer. Kandungan sukrosa yang tinggi mengindikasikan adanya ketersediaan prekursor karet yang banyak didalam latisifer dan diikuti dengan metabolisme yang aktif. Menurut Rachmawan Sumarmadji 2007, kadar karet kering diukur sebagai TSC Total Solid Content melalui perbandingan persen berat kering dan bobot basah tetesan lateks. Fluktuasi kadar karet kering tidak hanya dipengaruhi oleh faktor umur tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh respon tanaman terhadap penyadapan. Tanaman yang telah disadap cenderung memiliki nilai kadar karet kering yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang baru saja disadap. Peningkatan kadar karet kering menunjukkan adanya semacam adaptasi tanaman terhadap produksi lateks in situ karena perlakuan dari luar seperti penyadapan.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan a. Jenis klon berpengaruh terhadap kondisi histologis latisifer berupa tebal kulit,

jumlah latisifer dan diameter latisifer dan berpengaruh terhadap kondisi fisiologis latisifer berupa produksi karet. b. Zat pengatur tumbuh berpengaruh terhadap kondisi histologis latisifer berupa jumlah latisifer dan diameter latisifer dan tidak berpengaruh terhadap kondisi fisiologis latisifer. c. Interaksi antara zat pengatur tumbuh dan klon berpengaruh terhadap kondisi histologi latisifer berupa tebal kulit, jumlah latisifer dan diameter latisifer dan berpengaruh terhadap kondisi fisiologis latisifer berupa kadar fosfat, kadar sukrosa dan produksi karet.

5.2 Saran a. Diperlukan metode pembuatan preparat yang lebih baik untuk menghitung

jumlah diameter latisifer, mengukur diameter latisifer dan mengukur tebal kulit tanaman. b. Diperlukan pengujian zat pengatur tumbuh pada klon yang berbeda untuk mengetahui konsistensi efek zat pengatur tumbuh terhadap tanaman. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa. Ai, N, S. 2012. The Evolution Of Photosynthesis in Plant. Scientific Journal Of Science . Manado: University of Sam ratulangi. 121: pg. 1 Dailin, A., Sayurandi, Pasaribu, S. A., 2010. Potensi keunggulan klon karet harapan IRR seri 200 dari hasil seleksi pohon induk. Jurnal penelitian karet. 281: pg. 5 Dalimunthe, A. 2004. Biosintesis lateks. Medan: USU Digital Library. d’ Auzac ??????????? Davies, P, J. 1995. Plant Hormones: Phisiology, biochemistry and molecular biology. Second Edition. Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Pg. 179. Dische, Z. M. 1962. Carbohydrate Chemistry. New York: Acad Press. Evans et al. 1984. Editor Scott, T. K.. Hormonal Regulation Of Development II. Berlin-Heidelberg: Springer-Verlag. Pg 6, 24, 48 Fachry, A. R., Sari, T. I., Putra, B. A., Kristianto, D. A. 2012. Pengaruh penambahan filler kaolin terhadap elastisitas dan kekerasan produk souvenir dari karet alam Hevea brasiliensis. Prosiding STNK TOPI: hal. 205-210. Pekanbaru. Faturrahman. 2011. Multiplikasi Eksplan Anthurium anthurium sp. Dengan Pemberian Benzil Amino Purin BAP dan Indole Acetic Acid IAA Secara Kultur Jaringan. Jurnal Agroekoteknologi. 21: hal. 25-33. Gomez, J. B., 1982. Anatomy of Hevea and Its Influence On Latex Production. Kuala Lumpur: Malaysian rubber research and development board. Pg 1-2, 15-21. Gomez,K.A dan Gomez, A.A. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua.Universitas Indonesia. Jakarta. Gomez et al. 1972 ????? Hagel ????

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus Di Desa Huta II Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

2 56 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57

Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) 2.1.1. Biologi Karet - Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 1 8