Bunga, Buah dan Biji

yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga berkisar 4-8 mm. Bunga betina berambut vilt dan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga jantan. Bunga betina mengandung bakal buah yang beruang tiga. Bunga jantan memiliki 10 benang sari yang tersusun menjadi satu tiang Tim Penulis PS, 2011. Walaupun demikian penyerbukan dapat terjadi secara sendiri maupun secara silang Setyamidjaja, 1986. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang membentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5cm. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya Tim Penulis PS, 2011. Setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat Setiawan Andoko, 2007. Proses pemasakan buah berlangsung selama 5½-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek. Hanya sekitar 1½ bulan. Sedangkan daya kecambah bij sangat cepat berkurang, terutama bila penanganannya kurang baik. Berdasarkan proses pembuahannya, dikenal tiga golongan biji pada karet yaitu biji legitim, prope legitim dan ilegitim Setyamidjaja, 1986.

2.1.2.2 Akar, Batang dan Daun

Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Dibeberapa kebun karet terdapat kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring ke arah utara Nugroho, 2010. Dibatang inilah terkandung getah yang dikenal dengan nama lateks Setiawan Andoko, 2007. Sebagai tanaman berbiji belah akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas. Dengan akar yang seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh meskipun tingginya mencapai 25 meter Setiawan Andoko, 2007. Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah Tim Penulis PS, 2011. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai utama 3-20 cm, sedangkan panjang tangkai anak daun antara 3-10 cm. Anak daun berbentuk memanjang elips, memanjang dengan ujung runcing Nugroho, 2010. Dalam pertumbuhan karet diketahui bahwa menjelang berakhirnya musim hujan, pohon karet mulai menggugurkan daunnya Setyamidjaja, 1986. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan Setiawan Andoko, 2007, tetapi masa gugur daun pada tanaman tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Masa gugur daun dipengaruhi oleh jenis klon dan keadaan iklim setempat Setyamidjaja, 1986.

2.2. Lateks

2.2.1. Latisifer

Lateks sewaktu keluar dari latisifer masih dalam keadaan steril Fachry et al., 2011. Lateks Hevea brasiliensis merupakan getahcairan sel yang berbentuk suspensi yang terdiri dari partikel-partikel karet dan non karet seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, karotenoid, dan lain-lain. Adanya beberapa protein spesifik yang terdapat di dalam lateks, yang diduga memiliki peranan penting dalam proses aliran lateks Soedjanaatmadja, 2008; Fachry et. al., 2011. Lateks terdapat pada suatu rongga dan sel sejenis yang bergabung yang dikenal sebagai latisifer Fachry et al., 2011; Gomez, 1982. Latisifer biasanya memiliki struktur berongga dengan cabang ataupun tidak. Pada beberapa spesies, latisifer yang sangat kompleks dihubungkan oleh anastomosis antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan ontogeninya, latisifer dapat dibedakan menjadi tipe articulatedi dan non-articulated yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai pembuluh Gomez, 1982.

2.2.2. Fisiologi Lateks

Menurut Sando et al 2009, Hevea brasiliensis Muell Arg. merupakan tanaman tropik yang memproduksi karet alami dengan rumus kimia cis-1,4-polyisoprene. Hampir 2000 spesies tanaman memproduksi lateks, tetapi hanya Hevea

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus Di Desa Huta II Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

2 56 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57

Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) 2.1.1. Biologi Karet - Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 1 8