HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 1 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap tebal kulit pada klon karet PB 260 dan IRR 42 19 2 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap jumlah latisifer pada klon karet PB 260 dan IRR 42 21 3 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap diameter latisifer pada klon karet PB 260 dan IRR 42 23 4 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap kadar fosfat anorganik pada klon karet PB 260 dan IRR 42 24 5 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap jumlah latisifer pada klon karet PB 260 dan IRR 42 27 6 Pengaruh pemberian JA, NAA dan kombinasinya terhadap produksi karet pada klon karet PB 260 dan IRR 42 28 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1 Lay out penelitian 36 2 Bagan alir penelitian 37 3 Alur kerja pemangkasan tanaman klonA 38 4 Alur kerja perlakuan tunas lateral klon 39 5 Alur kerja pembuatan preparat 40 6 Alur kerja penghitungan jumlah latisifer 41 7 Alur kerja pengukuran diameter latisifer 42 8 Alur kerja pengukuran tebal kulit 43 9 Alur kerja pengukuran kadar sukrosa lateks 44 10 Alur kerja pembuatan kurva standart sukrosa 45 11 Alur kerja pengukuran kadar fosfat anorganik lateks 46 12 Alur kerja pembuatan kurva standart fosfat anorganik 47 13 Alur kerja pengukuran produksi karetsadaptunas lateral 48 14 Rataan tebal kulit 49 15 Sidik ragam tebal kulit 50 16 Rataan jumlah latisifer 51 17 Sidik ragam jumlah latisifer 51 18 Rataan diameter latisifer 53 19 Sidik ragam diameter latisifer 54 20 Rataan kadar sukrosa 55 21 Sidik ragam kadar sukrosa 56 22 Rataan kadar fosfat anorganik 57 23 Sidik ragam kadar fosfat anorganik 58 24 Rataan produksi karetsadaptunas lateral 59 25 Sidik ragam pengukuran produksi karetsadaptunas lateral 60 26 Foto hasil penelitian 61 ANALISIS HOSTOLOGI DAN FISIOLOGI LATISIFER PADA TANAMAN KARET Hevea brasiliensis ABSTRAK Tanaman karet Hevea brasiliensis merupakan sumber penghasil karet alam yang ikut berkontribusi dalam peningkatan devisa negara. Berdasarkan peran ini, berbagai proses peningkatan kualitas produksi dilakukan baik dalam skala pertanian maupun dalam skala biologi. Penelitian tentang analisis histologi dan fisiologi latisifer pada tanaman karet Hevea brasiliensis telah dilakukan di Balai Penelitian Sungei Putih dengan menggunakan rancangan Nested Split Plot. Zat pengatur tumbuh JA, NAA dan kombinasinya telah diaplikasikan kepada klon PB 260 dan IRR 42 untuk peningkatan parameter histologi dan fisiologi yang dianggap penting dalam hal peningkatan produksi karet. Parameter histologi meliputi tebal kulit, jumlah latisifer dan diameter latisifer. Sedangkan parameter fisiologi meliputi kadar fosfat anorganik, kadar sukrosa dan produksi karetsadaptunas lateral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis klon berpengaruh nyata terhadap tebal kulit dan produksi karetsadaptunas lateral setalah diberi perlakuan zat pengatur tumbuh JA, NAA dan kombinasinya. Sedangkan zat pengatur tumbuh berpengaruh terhadap keseluruhan parameter histologi dan fisiologi meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata. Kata kunci: JA, NAA, latisifer, kadar fosfat anorganik, kadar sukrosa, produksi karetsadaptunas lateral, IRR 42, PB 260. HISTOLOGICAL AND PHYSIOLOGICAL ANALYSYS OF LATICIFER IN RUBBER TREE Hevea brasiliensis ABSTRACT Rubber tree Hevea brasiliensis is the source of natural rubber which contributed a great deal in terms of the increase in Indonesia foreign exchange. Based on this contribution, many effort have been done to increasing the quality of production in agricultural or biological aspects. Study of histology and physiology analisys in rubber tree Hevea brasiliensis has been conducted. The plant growth regulator JA, NAA and their combination applied in two kinds of Hevea clones, there are PB 260 and IRR 42 to induce the histological and physiological pharameters which important to increase rubber production. The histological pharameters are the thickness of bark, amount of laticifers and diameter of laticifers and the physiological parameters are inorganic phosphate level, sucrose level and the total of rubber product in one tapping. The result showed the type of the clones have a significant response in bark thickness and the rubber productiontappinglateral buds and the plant growth regulators affects of all histogycal and physiological pharameters although the differences were not significant. Key words: JA, NAA, inorganic phosphate level, sucrose level, rubber productiontappinglateral buds, IRR 42, PB 260.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latisifer merupakan sel khusus yang terdapat pada lebih dari 20 kelompok tanaman angiospermae. Pembentukan latisifer bergantung pada indikator morfologi dari masing-masing spesies Hagel et al., 2008. Berdasarkan morfologinya, latisifer dikategorikan kedalam 2 tipe yaitu articulated dan non- articulated . Kehadiran kedua tipe latisifer ini ditemukan pada Hevea brasiliensis. Latisifer pada H. brasiliensis ditemukan pada kotiledon, daun, bunga buah, akar, batang dan floem sekunder pada kulit Sando et al., 2009. Sebagian besar latisifer juga dibedakan berdasarkan karakter anatomi dan perbedaan kandungan sitoplasma latisifer yang diketahui sebagai lateks. Komponen yang dihasilkan latisifer lateks berupa senyawa bioaktif yang pada dasarnya berperan sebagai toksin yang memberikan efek sitotoksik terhadap musuhnya musuhnya Hagel et al., 2008. Lateks mengandung sekitar 25-40 bahan karet mentah Fachry et. al., 2011. Bahan karet inilah yang diolah dan dimanfaatkan untuk menghasilkan produk untuk kebutuhan manusia dan menjadikan karet sebagai salah satu komoditas penting baik di Amerika maupun negara lainnya Onokpise Louime, 2012. Menurut Anwar dalam Nasarudin Maulana 2009, di Indonesia pendapatan devisa dari komoditi karet pada tahun 2004 mencapai US 2.25 milyar yang bernilai setara dengan 5 dari pendapatan negara. Kebutuhan inilah yang mendorong dilakukannya usaha-usaha peningkatan produksi lateks pada tanaman penghasil lateks khususnya Hevea brasiliensis. Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi lateks dari tanaman karet. Peningkatan produksi lateks pada tanaman karet tersebut dilaksanakan melalui berbagai usaha antara lain teknik budidaya yang baik seperti menanam klon unggul, pemupukan dengan dosis tepat dan teratur, sistem penanaman dan pemeliharaan yang baik. Sebagian besar kajian penelitian peningkatan produksi lateks tersebut dilakukan dalam aspek pertanian dan perkebunan saja, namun aspek biologinya belum banyak diteliti. Teknik perakitan klon-klon unggul pada tanaman karet, ketebalan kulit, jumlah latisifer dan diameter latisifer merupakan faktor yang penting diamati karena lateks dihasilkan oleh latisifer yang didapati dalam jumlah tinggi pada bagian kulit disamping faktor genetik dan faktor lingkungan yang juga mempengaruhinya Woelan Sayurandi, 2009; Aidi Daslin, 2006. Aplikasi stimulan pada tanaman karet, tidak semua memberikan respon yang diharapkan. Hal ini tergantung pada setiap klon karet Nasaruddin Maulana, 2009. Klon karet yang berbeda kemungkinan memberikan respon yang berbeda terhadap stimulan yang diperlakukan. Stimulasi lateks umumnya dilaksanakan pada tanaman karet yang telah dewasa. Tujuannya untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet. Pemberian stimulan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tanaman yang masih muda. Oleh karena itu tanaman karet hanya bisa dipacu produksinya dengan stimulan jika telah berumur 10 tahun atau 15 tahun. Pemberian stimulan berfungsi memperpanjang masa pengaliran lateks sehingga produksi yang diperoleh pada penyadapan lebih tinggi apalagi jika didukung dengan dosis yang tepat Nasaruddin Maulana, 2009. Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi tumbuhan Abidin, 1983. Penelitian tentang asam jasmonat JA dalam mempengaruhi diferensiasi latisifer telah dilakukan pada klon tertentu yang berasal dari kebun percobaan di Kepulauan Hainan, Cina. Perlakuan diberikan pada tanaman yang telah menghasilkan 2-4 unit pemanjangan, tepatnya pada bagian pucuk teratas dari setiap unit pemanjangan klon karet yang digunakan Hao Wu, 2000. Disisi lain auksin merupakan salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. NAA ditemukan mampu menginduksi penebalan kulit pada tanaman karet Abidin, 1983; Koryati, 2004. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan JA dan NAA untuk menguji kemampuannya sebagai agen yang dapat menginduksi histologi dan fisiologi

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 64 58

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Pada Komposisi Media Dan Genotipe Berbeda

0 43 86

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Intersepsi Pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Karet (Hevea brasiliensis) (Studi Kasus Di Desa Huta II Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun)

2 56 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai

3 65 57

Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) 2.1.1. Biologi Karet - Analisis Histologi Dan Fisiologi Latisifer Pada Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis)

0 1 8