Pertumbuhan di Lokasi Penanaman

59

V. PEMBAHASAN

5.1 Pertumbuhan di Lokasi Penanaman

a. Faktor pembatas Sesuai dengan hasil survei dan wawancara, kondisi lahan penelitian awalnya merupakan lahan perkebunan yang ditanami pohon karet dan akhirnya terbuka karena tidak produktif dan menjadi lahan alang-alang. Saat ini, lahan yang dijadikan lokasi penelitian merupakan lokasi peternakan sapi perah dan domba garut. Pakan ternak diambil di sekitar lokasi penelitian yaitu rerumputan dan dedaunan dari pohon yang ada di sekitar lokasi peternakan. Percobaan penelitian dilakukan di lokasi peternakan seluas 1500 m 2 milik bapak Rahmat yang dibagi menjadi 3 blok. Hasil analisis tanah awal dengan menggunakan alat pH meter dengan cara menusukkan ke dalam tanah diperoleh pH tanah di blok 1 adalah 4,8; blok 2 adalah 5,2; dan blok 3 adalah 4,2 dengan tingkat kesuburan sedang. Kemudian dilakukan pengambilan contoh secara komposit. Hasil analisis tanah yang dianalisis di Services Laboratory SEAMEO BIOTROP menunjukkan pH tanah sangat masam yaitu di blok 1 = 4,1; blok 2 = 4,5; dan blok 3 = 4,0 serta kandungan Al yang tinggi di blok 1 dan 2, sedangkan blok 3 termasuk sedang. Hasil analisis kimia tanah pada akhir penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara di lahan percobaan termasuk sangat rendah untuk semua parameter Lampiran 1, sehingga kondisi lahan penelitian tergolong jenis lahan yang kritis atau miskin hara. Paramater pH dan Al merupakan faktor pembatas yang sangat perlu dicermati dan dikaji agar pertumbuhan tanaman di lapangan menjadi lebih baik. Pada tanah dengan pH sangat masam, yaitu pH lebih rendah dari 4,5 maka dalam sistem tanah akan terjadi perubahan kimia yaitu Aluminium menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman dan sebagian besar hara tanaman menjadi kurang tersedia bagi tanaman, sedangkan beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan beracun. Masalah-masalah ini tersebar luas di daerah tropis basah yang telah mengalami pelapukan lanjut. Menurut Sanchez dan Logan 1992, bahwa sepertiga dari daerah tropis, atau 1,7 miliar hektar, adalah tanah bereaksi asam 60 dengan tingkat kelarutan aluminium cukup tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman. Efek toksisitas Al terhadap sorgum terutama terjadi perubahan sistem perakaran yang memendek sehingga bidang serap terhadap unsur hara menajdi semakin terbatas. Toksisitas Al dan defisiensi kalsium serta magnesium terjadi hampir 70 di tanah masam di Amerika tropis dan hampir semua tanah tersebut mengalami defisiensi pospor Sanchez dan Salinas, 1981 diacu dalam Marschner, 1995. Akibat pH tanah masam dan Al yang tinggi menyebabkan tanaman sorgum tidak begitu baik pertumbuhannya meskipun pemupukan dilakukan dengan baik. Namun demikian, sorgum Numbu sangat tahan terhadap kemasaman tanah dibanding dengan ZH-30. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian Agustina et al. 2010 bahwa sorgum galur BATAN B-75, B-69, dan ZH-30-29-07 lebih rentan terhadap tanah masam dari pada varietas Numbu. Pertumbuhan sentang di lokasi penanaman sangat baik, bahkan semua tanaman tidak ada yang mati. Dari hasil ini tanaman sentang dapat di golongkan menjadi tanaman yang tahan terhadap tanah yang masam. b. Faktor pendorong Hasil analisis biologis tanah berupa jumlah spora terbukti bahwa ada peningkatan jumlah spora pada lahan yang ditanami sorgum dan sentang Tabel 5. Pada awal penelitian terdapat 49 spora per 10 g tanah dan kebanyakan dari jenis Glomus sp., kemudian pada akhir penelitian diperoleh 170 spora per 10 g tanah dengan jenis Glomus sp., dan Aucolaspora. Hal ini menunjukkan adanya potensi mikorhiza alami yang ada di lokasi penelitian, kemudian meningkat setelah dilakukan pengolahan lahan dan penanaman dengan sorgum. Simbiosis dengan V-AM meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap cekaman Al dan kekeringan yang ditunjukkan oleh semakin meningkatnya bobot kering akar, bobot kering tajuk, kandungan hara N, P, dan Ca, dan serapan P, tetapi tidak meningkatkan produksi biji kering Hanum C, 2004. Hasil analisis kolonisasi akar Tabel 16 terlihat di sentang, sorgum dan gulma terdapat kolonisasi V-AM. Akar sentang terkolonisasi paling banyak yaitu 61,67, sedangkan akar sorgum sebesar 57,50 dan akar gulma sebesar 31,01. Kolonisasi yang paling banyak terdapat pada plot yang ditanam jenis sorgum Numbu dan pertumbuhan Numbu 61 lebih baik dari ZH-30 serta pertumbuhan sentang menjadi lebih baik jika berada di plot yang ada sorgumnya dari pada di plot tanpa sorgum. Penyebaran akar sentang di plot sorgum lebih banyak dari pada di plot tanpa sorgum. Jangkauan akar sentang di plot sorgum lebih panjang dari pada di plot tanpa sorgum Tabel 15. Akar sentang berhasil mengokupasi di area sorgum, namun belum terjadi interaksi negatif antara kedua komponen tersebut, bahkan mengindikasikan akar sentang membantu penyebaran spora mikorhiza dan infeksi ke akar sentang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroba tanah dalam hal ini mikorhiza membantu didalam pertumbuhan tanaman baik itu sentang dan sorgum. Hasil penelitian Rumambi 2012 menunjukkan adanya interaksi antara pola tanam, aplikasi fosfat dan inokulasi V-AM mampu meningkatkankan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman jagung dan sorgum. Pada plot tanpa sorgum terlihat adanya interaksi negatif antara akar sentang dan gulma, dimana akar gulma atau alang-alang sampai menembus akar sentang. Hal ini juga menunjukkan bahwa gulma berusaha mengokupasi di areal tempat tumbuh sentang dimana terdapat kandungan hara yang tersedia dari pemupukan awal. Akibat dari hal ini pertumbuhan sentang di plot tanpa sorgum menjadi terhambat. Namun karena adanya mikorhiza alami di plot tersebut, baik sentang maupun gulma bisa bertahan dan berkembang. Mikorhiza mampu meningkatkan daya tahan terhadap kekekeringan dan tahan terhadap dan terhadap serangan pathogen akar Imas et al., 1989. Perkembangan sentang yang terbaik di plot tanpa sorgum ada di blok 2, dikarenakan kompetisi yang terjadi tidak dengan alang-alang namun dengan jenis gulma yang lain yaitu Phillanthus niruri, Mimosa pudica, Axonopus compressus, Mikonia micrantha, Setaria plicata, dan Borreria levis. Pada lokasi penelitian di blok 2 gulma-gulma tidak seinvasif alang-alang dan relatif tidak begitu tinggi. interaksi yang terjadi dalam percobaan ini dapat bersifat menghambat karena adanya faktor pembatas seperti aluminium Al, tetapi jika ada yang bersifat mendorong karena kehadiran mikroba yang menguntungkan seperti endomikorhiza V-AM. Mikorhiza tersebut dapat bersimbiosis dengan gulma, sentang, dan sorgum. 62

5.2 Pengaruh Jarak Tanam Sentang