Percobaan Agroforestri HASIL PENELITIAN

43 Hasil produksi benih Numbu dan ZH-30 pada percobaan pendahuluan ini menunjukkan produksinya yang sangat rendah. Untuk itu benih hasil produksi dari percobaan pendahuluan digunakan sebagai percobaan agroforestri dengan harapan sudah beradaptasi.

4.3 Percobaan Agroforestri

Dalam percobaan agroforestri Lampiran 3 telah dikombinasikan antara semai sentang yang ditanam pada jarak tanam 2,5 m x 2,5 m A1 dan 2,5 m x 5 m A2 dengan sorgum jenis Numbu S1, ZH-30 S2, dan tanpa sorgum S0. 1 Pertumbuhan sentang Pertumbuhan diameter dan tinggi Tabel 11 menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter sentang dipengaruhi oleh jenis sorgum dan blok tanam. Jenis sorgum yang mendorong pertumbuhan tinggi dan diameter sentang adalah Numbu S1 dan ZH-30 S2. Pertumbuhan diameter sentang pada lahan tanpa sorgum S0 tidak lebih baik dibandingkan dengan yang ditanam di lahan S1 dan S2 karena lahanya tidak diolah maka pertumbuhan diameternya paling kecil. Pertumbuhan sentang yang ditanam tanpa sorgum S0 kurang baik karena tidak ada pengolahan lahan walaupun sudah diberikan pupuk organik pada awal penanaman. Tabel 11. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum dan blok tanam terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi sentang umur 14 BST Jenis sorgum Diameter cm Tinggi cm Blok Tanam Diameter cm S1 3,80 A 207,47 A 2 3,47 A S2 3,65 A 195,98 A 3 3,03 B S0 2,98 B 87,13 B 1 2,93 B Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Pada plot yang ditanami Numbu S1 pertumbuhan tinggi sentang paling baik yaitu 207,47 cm dengan rata-rata diameter sebesar 3,80 cm, namun jika dibandingkan dengan plot pengamatan tanpa sorgum S0, maka pengaruh Numbu dan ZH-30 sama baiknya dalam mendukung pertumbuhan tinggi sentang pada umur 14 BST. 44 Pengaruh blok tanam hanya mempengarui diameter sentang sehingga tinggi sentang tidak dipengaruhi blok tanam. Pertumbuhan diameter sentang terbaik di blok 2, hal ini berarti terdapat variasi kesuburan tanah antar blok tanam Tabel 4. Pertumbuhan lebar dan tinggi tajuk Pada percobaan agroforestri akan terjadi kompetisi pemanfaatan ruangan yang akan mempengaruhi pertumbuhan tajuk tanaman pokok sentang. Perlakuan jenis sorgum, jarak tanam, dan blok tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan lebar tajuk sentang umur 14 BST. Tabel 12 menunjukkan pertumbuhan lebar tajuk sentang di plot Numbu S1 dan ZH-30 S2 menunjukkan sama baiknya dibandingkan dengan di plot tanpa sorgum S0, karena pada tanaman sorgum dilakukan pengolahan lahan lebih intensif. Tabel 12. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum terhadap pertumbuhan lebar dan tinggi tajuk sentang umur 14 BST Jenis sorgum Lebar tajuk cm Tinggi tajuk cm S1 107,84 A 98,91 A S2 102,57 A 87,70 A S0 56,87 B 23,53 B Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Perlakuan jarak tanam 2,5x5 m A2 memberikan pengaruh pertumbuhan lebar tajuk terpanjang yaitu 92,71 cm dari pada jarak tanam 2,5x2,5 m yaitu 85,47 cm. Jarak tanam yang lebih luas memberikan ruang tumbuh untuk berkembang lebih baik dari pada jarak yang sempit. Tabel 12 menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tajuk dipengaruhi oleh jenis sorgum. Sentang yang ditanam dengan Numbu S1 dan ZH-30 S2 menghasilkan pertumbuhan tinggi tajuk lebih baik dibandingkan dengan sentang yang ditanam tanpa sorgum S0. 45 Penggunaan model Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator Harja Vincent 2008. Penggunaan model ini bertujuan untuk memprediksi pertumbuhan tajuk sentang. Gambar 9 menunjukkan proyeksi horizontal pertumbuhan tajuk sentang pada umur 14 BST diblok 3 dilihat dari atas. Plot yang ditanam sorgum tajuknya lebih berkembang dan lebat dari pada plot yang tidak ditanam dengan sorgum. Gambar 9. Pertumbuhan tajuk sentang umur 14 BST di blok 3 Pengukuran lebar tajuk sentang di setiap plot kemudian diolah dengan menggunakan software SExI-FS Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator diperoleh data pembukaan tajuk crown opening pada umur 3 BST dan 14 BST seperti pada Gambar 11 dan 12. Proyeksi horizontal tajuk sentang pada umur 3 BST dan 14 BST dapat dilihat pada Gambar 9 dan Lampiran 7, sedangkan prediksi pembukaan tajuk sentang pada umur 2, 4, dan 8 tahun dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12 dan Lampiran 8. 46 Hasil prediksi pertumbuhan tajuk sentang dalam kurun waktu 14 BST, 2 tahun dan 4 tahun dengan menggunakan model SeXi-FS Harja Vincent, 2008. Gambar 10. Prediksi pertumbuhan tajuk di blok 1 pada umur 14 BST a, umur 2 tahun b, dan umur 4 tahun c. Gambar 11. Prediksi pertumbuhan tajuk di blok 2 pada umur 14 BST a, umur 2 tahun b, dan umur 4 tahun c. C b a C b a Ga Ha Gambar 1 Fr e q u e n c y 5 0 4 0 3 0 2 0 1 0 Gamba selama 3 B ambar 12. P u asil penguk 13 dan umu 0 . 9 6 7 5 ar 13. Hasil Sentang m BST, hal in a Prediksi per umur 2 tahu kuran terhad ur 14 BST 0 . 9 0 . 9 7 5 0 H i s analisis pen masih men ni terlihat da 47 rtumbuhan t un b, dan u dap pembuk Gambar 14 C O _ 1 a w a l 0 . 9 9 0 0 8 2 5 t o g r a m o f C N o r m a l ngukuran pe ngalami pr ari perkemb b tajuk di blo umur 4 tahu kaan tajuk 4. 1 . 0 0 . 9 9 7 5 C O _ 1 a w a l enutupan ta roses adapa bangan tajuk ok 3 pada um un c. sentang pa 1 . 0 1 2 5 0 5 0 ajuk sentang atasi terha knya yang m mur 14 BST ada umur 3 M e a n 0 . 9 9 2 2 S t D e v 0 . 0 0 9 0 8 9 N 1 0 0 g umur 3 BS adap lingku masih kecil. C T a, BST 2 9 ST ungan . Dari 48 hasil pengukuran dengan menggunakan bantuan minitab diperoleh pembukaan tajuk sentang umur 3 BST sebesar 99, sedangkan pada akhir penelitian yaitu sentang berumur 14 BST pengukuran dilakukan terhadap pembukaan tajuk sentang sebesar 86. C O _ 1 a k h ir Fr e q u e n c y 1 . 0 5 0 0 . 9 7 5 0 . 9 0 0 0 . 8 2 5 0 . 7 5 0 0 . 6 7 5 1 6 1 4 1 2 1 0 8 6 4 2 M e a n 0 . 8 6 1 9 S t D e v 0 . 0 7 9 5 9 N 1 0 0 H i s t o g r a m o f C O _ 1 a k h i r N o r m a l Gambar 14. Hasil analisis pengukuran penutupan tajuk sentang umur 14 BST Semakin bertambahnya umur sentang maka pertumbuhan tajuk sentang semakin rapat dan diprediksi pada umur 4 tahun dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m A1 sorgum sudah tidak dapat ditanam dengan sentang, sehingga pada umur 4 tahun perlu pemangkasan sentang cabang agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sorgum dengan memanfaatkan cahaya samping. Prediksi pertumbuhan tajuk sentang pada jarak tanam 2,5 m x 5 pada umur 4 tahun masih dapat ditanami dengan sorgum Gambar 10c, 11c, 12c. Penyebaran akar Dari Tabel 6 hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa parameter perakaran sentang terhadap fraksi akar horizontal saja yang menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada perlakuan jenis sorgum dan interaksi antara jenis sorgumjarak tanam sentang, sedangkan parameter Shoot-root ratio, jangkauan akar ke kiri dan kanan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Namun dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa akar yang berada di Numbu S1 dan ZH-30 S2 jumlah akar lebih banyak dan penyebaran akar lebih merata serta lebih jauh jangkauan akar ke bidang olah sorgum Lampiran 4. 49 Tabel 13. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum terhadap fraksi akar horizontal sentang umur 14 BST Jenis sorgum Fraksi akar horizontal S1 58 a S2 44 ab S0 30 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Tabel 13 menunjukkan fraksi akar horizontal dipengaruhi oleh jenis sorgum. Akar –akar sentang yang ditanam dengan Numbu S1 lebih banyak dibanding di plot ZH-30 S2, namun lebih sedikit di plot tanpa sorgum S0. Hal ini menunjukkan bahwa ada interaksi yang terjadi antara akar sentang dan sorgum di lahan yang ditanami sorgum. Disamping itu tanah yang ditanam sorgum telah diolah dengan baik sedangkan ditanah yang tidak ditanami sorgum lebih padat karena didominasi oleh alang-alang. Tabel 14 menunjukkan interaksi antara jenis sorgum dan jarak tanam sorgum terhadap fraksi akar horizontal sentang umur 14 BST. Pada tanaman Numbu yang ditanam di plot dengan jarak tanam sentang 2,5 m x5 m S1A2 menunjukkan fraksi akar horizontal sentang paling banyak yaitu 66 . Tabel 14. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi jenis sorgum dan jarak tanam sentang terhadap fraksi akar horizontal sentang umur 14 BST JSJT Fraksi akar horizontal S1A2 66 a S2A1 51 ab S1A1 50 ab S0A1 46 ab S2A2 37 bc S0A2 14 c Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Hal ini dikarenakan bidang olah untuk sorgum yang lebih luas memberikan ruang gerak kepada akar sentang, sehingga akar sentang lebih banyak dan mudah berkembang untuk membentuk akar horizontal yang berfungsi untuk melakukan penyerapan hara di lahan olah sorgum. 50 Tabel 15. Jangkauan akar sentang umur 14 BST terhadap jenis sorgum Jenis Sorgum Jangkauan akar sentang cm Kiri Kanan S0 24.83 13.00 S1 75.83 69.17 S2 56.67 41.67 Tabel 15 menunjukkan bahwa jangkauan akar di lahan yang di olah atau ditanami sorgum lebih jauh dan perakarannya lebih banyak Gambar 15a dari pada di lahan tanpa sorgum Gambar 15b. Ini membuktikan bahwa pengolahan lahan di lahan agroforestri memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap pertumbuhan tanaman pokok yaitu sentang. Jangkauan akar sentang tersebut akan mempermudah penularan V-AM dari akar sorgum ke akar sentang. Keterangan : = Jangkauan akar ke arah kiri dan kanan bidang olah sorgum S1 dan S2 = Jangkauan akar ke arah larikan sentang = Akar sentang yang tidak berkembang dan cenderung ke arah bawah S0 Gambar 15. Jangkauan akar sentang di lahan sorgum a dan jangkauan akar sentang di lahan tanpa sorgum b 51 Kolonisasi V-AM di akar sentang Uji Duncan Tabel 16 menunjukkan bahwa pertumbuhan sentang yang ditanam dengan sorgum S1 dan S2 menghasilkan kolonisasi V-AM yang lebih baik dari pada tanpa sorgum S0. Tabel 16. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum terhadap kolonisasi V-AM di akar sentang umur 14 BST Jenis sorgum Kolonisasi akar S1 66,11 A S2 48,89 AB S0 32,05 B Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Tingkat kolonisasi tertinggi diperoleh pada perlakuan jenis sorgum Numbu 66,11 diikuti oleh sorgum ZH-30 48,89, tanpa sorgum S0 sebesar 32,05 Tabel 16. Hal ini berarti tanaman sorgum telah meningkatkan kolonisasi mikorhiza sebesar 106 pada sorgum Numbu S1 dan 53 pada sorgum ZH-30 S2 dibandingkan dengan kolonisasi V-AM di sentang tanpa sorgum S0. Kolonisasi V-AM tersebut telah dapat meningkatkan pertumbuhan santang yang ditanam bersama sorgum Numbu dan ZH-30. Secara keseluruhan pertumbuhan sentang pada lokasi yang ditanami sorgum Numbu S1 dan ZH-30 S2 lebih baik dari pada tanpa sorgum S0, karena kolonisasi mikorhiza pada sorgum menular ke sentang Lampiran 5 dan 6. 2 Pertumbuhan sorgum Persentase hidup dan hasil produksi benih Persentase hidup dari semua jenis sorgum adalah 100 pada umur 14 HST. Hal ini memperlihatkan daya perkecambahan benih sorgum dari hasil percobaan pendahuluan di lapangan sangat baik dan sudah adaptif dengan kondisi lahan percobaan. Produksi benih hasil adaptasi di lahan agroforestri disajikan pada Tabel 17. 52 Tabel 17. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum terhadap hasil produksi benih sorgum di percobaan agroforestri Jenis sorgum Produksi benih kg100 m 2 S1 27,6 A S2 9,75 B Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Hasil produksi benih di percobaan agroforestri Tabel 17 menunjukkan bahwa Numbu S1 memperoleh hasil produksi benih tertinggi yaitu 27,6 kg100 m 2 , sedangkan ZH-30 S2 sebesar 9,75 kg100 m 2 . Dalam deskripsi galur sorgum ZH-30 PAHAT, Sihono 2009 mengemukakan potensi hasil ZH-30 mencapai 5,03 tonha. Ini membuktikan bahwa hasil produksi benih belum mencapai standar atau masih di bawah rata-rata. Diameter dan tinggi sorgum Tabel 18 menunjukkan diameter ZH-30 S2 lebih besar dari pada Numbu S1, namun Numbu lebih tinggi dari pada ZH-30. Pada interaksi jenis sorgum dan jarak tanam, baik kedua level jarak tanam A1 dan A2 menunjukkan tinggi tanaman Numbu lebih tinggi dari pada ZH-30. ZH-30 tumbuh lebih pendek dan diameternya lebih besar jika dibandingkan dengan Numbu, ini sesuai dengan karakter sorgum unggul varietas Numbu dan Kawali menurut Balitsereal 2005 diacu dalam Sihono, 2009 dan deskripsi galur sorgum ZH-30 atau PAHAT oleh Sihono 2009. Tabel 18. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum, interaksi jenis sorgumjarak tanam dan blok tanam terhadap diameter dan tinggi sorgum di percobaan agroforestri Jenis sorgum Diameter cm Tinggi cm S1 1,443 A 234,71 A S2 1,925 B 165,26 B JSJT Tinggi cm Blok Tanam cm Tinggi cm S1A2 238,43 a 3 205,72 A S1A1 231,00 a 2 201,00 A S2A1 167,56 b 1 193,25 B S2A2 162,96 b Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 53 Bobot biji 1000 butir Tabel 19 menunjukkan bobot biji Numbu 1000 butir 34,47 g lebih berat dari ZH-30 24,72 g. Biji Numbu lebih besar dari ZH-30 hal ini sesuai dengan karakter dan deskripsi sorgum Balitsereal, 2005 diacu dalam Sihono, 2009 yang menuliskan bobot 1000 butir varietas Numbu sebesar 36 – 38 g, sedangkan ZH-30 bobot 1000 butirnya sebesar 27,19 – 28,83 g, sementara Supriyanto et al. 2012 menghasilkan berat 1000 butir sebanyak 43 g dengan penyemprotan Boron 1 kgha pada saat pembungaan. Tabel 19. Uji lanjut Duncan pengaruh jenis sorgum terhadap bobot biji 1000 butir sorgum Jenis sorgum Bobot biji 1000 butir g S1 34,47 A S2 24,72 B Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Hasil bobot biji 1000 butir sorgum di percobaan agroforestri masih rendah atau di bawah rata-rata sehingga perlu dilakukan pengelolaan lahan yang lebih baik lagi. Penurunan bobot ini diperkirakan adanya kondisi tanah yang jelek. Kondisi tanah yang jelek diketahui dari hasil analisis kimia tanah bahwa pH tanah sangat masam dan kandungan Al yang tinggi. Biomassa sorgum total berat basahTBB Hasil anova menunjukkan perlakuan umur panen sorgum, jenis sorgum, interaksi umurjenis sorgum, dan interaksi jenis sorgumjarak tanam JPJS terhadap biomassa sorgum menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Tabel 20 menunjukkan dengan semakin meningkatnya umur tanam sorgum maka nilai biomassanya juga semakin besar, biomassa tertinggi pada umur 90 HST. Biomassa Numbu S1 lebih besar dari pada ZH-30 S2. Perlakuan jenis sorgum diperoleh Numbu S1 menunjukkan rerata berat yang tertinggi yaitu 2326,7 gram10 btg, sedangkan ZH-30 S2 hanya sebesar 912,5 gram10 btg. 54 Tabel 20. Uji lanjut Duncan pengaruh umur panen, jenis sorgum, interaksi umur panenjenis sorgum dan interaksi jenis sorgumjarak tanam terhadap biomassa sorgum per 10 batang di percobaan agroforestri Umur panen HST TBB gram Jenis Sorgum TBB gram 90 2451,3A S1 2326,7A 80 2178,8A S2 912,5B 70 1251,7B 60 596,7C JPJS TBB gram JSJT TBB gram 90S1 3860,0A S1A2 2614,2a 80S1 3400,0A S1A1 2039,2a 70S1 1453,3B S2A1 936,7b 70S2 1050,0BC S2A2 888,3b 90S2 1042,5BC 80S2 957,5BC 60S2 600,0C 60S1 593,3C Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Hasil interaksi umur panen sorgum dan jenis sorgum menunjukkan sorgum pada umur 90 HST dengan jenis Numbu 90S1 biomassanya paling besar yaitu 3860,0 gram10 btg, sedangkan pada umur 70 HST dengan jenis ZH-30 70S2 nilai biomassanya sebesar 1050,0 gram10 btg. Pada interaksi umur panen sorgum 60 HST dengan jenis Numbu diperoleh biomassa terkecil yaitu sebesar 593,3 gram10 btg. Hal ini menunjukkan ketika umur panen sorgum 60 HST untuk Numbu memiliki biomassa yang kecil dimungkinkan pada umur tersebut pertumbuhan lambat dikarenakan sorgum dalam masa pembungaan. Pada interaksi jenis sorgum dan jarak tanam sentang menunjukkan Numbu di berbagai jarak tanam sentang A1 dan A2 biomassanya lebih besar jika dibandingkan dengan ZH-30. Hal ini menunjukkan perlakuan jarak tanam sentang tidak berpengaruh terhadap parameter biomassa sorgum. Nira ml Batang sorgum dipress menggunakan alat pengepres Sugar Cone Juicer model MMC-300, untuk menghasilkan nira yang berwarna hijau. Tabel 21 menunjukkan semakin meningkatnya umur panen sorgum, maka hasil nira juga semakin besar. Hasil nira dari Numbu lebih besar dari pada ZH-30 yaitu 385,79 55 ml10 batang sorgum, sedangkan ZH-30 hanya sebesar 124,13 ml10 batang sorgum. Tabel 21. Uji lanjut Duncan pengaruh umur panen, interaksi jenis sorgumjarak tanam JSJT, dan jenis sorgum terhadap hasil nira per 10 batang sorgum UPJS Nira ml Umur panen Nira ml Jenis sorgum Nira ml 90S1 702,50 A 90 412,00 A S1 385,79 A 80S1 525,83 B 80 315,08 B S2 124,13 B 70S1 245,67 C 70 215,42 C 70S2 185,17 CD 60 77,33 D 90S2 121,50 CD 80S2 104,33 D 60S2 85,50 D 60S1 69,17 D Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 Hasil nira dapat digunakan sebagai bahan sirup, gula dan juga ethanol, untuk itu perlu diketahui kadar gula dalam nira agar produk hasil turunanya gula merah dan ethanol lebih baik. Kadar Gula Briks Untuk mengetahui kadar gula optimal maka dilakukan pengukuran kadar gula pada umur yang berbeda-beda. Tabel 22 menunjukkan semakin meningkat umur panen sorgum, maka kadar gula juga meningkat, sehingga pada umur 90 HST diperoleh kadar gula 17,64 Briks. Hasil nira jika difermentasi berubah warnanya dari warna hijau menjadi krem dan beraroma seperti tape. Nira hasil fermentasi jika didestilasi dengan menggunakan destilator sehingga akan diperoleh ethanol untuk kebutuhan energi dan kegunaan lain. Dalam penelitian ini tidak dilakukan proses destilasi nira untuk mendapatkan ethanol. Tabel 22. Uji lanjut Duncan pengaruh umur panen terhadap kadar gula sorgum Umur HST Kadar gula Briks 90 17,64 A 80 15,80 B 70 12,50 C 60 10,90 D Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 56 Limbah pengepresan dapat dijadikan pakan ternak dan bahan bakar biomassa Supriyanto, 2011b. Hasil nira dan kadar gula yang tinggi dibutuhkan untuk meningkatkan produk hasil turunan, antara lain; sirup, gula, dan ethanol. Analisis jumlah spora dan kolonisasi V-AM Hasil anova jumlah spora V-AM menunjukkan tidak beda nyata dari beberapa perlakuan yang di ujikan. Mikorhiza menyebar merata di seluruh petak pengamatan, namun berpengaruh terhadap persentase kolonisasi baik pada akar sentang maupun sorgum. Jumlah spora yang dihitung sebelum dilakukan pengolahan tanah berkisar 49 spora per 10 gram sampel tanah, sedangkan setelah dilakukan pengolahan tanah yaitu penanaman sorgum Numbu S1 dan ZH-30 S2 jumlah spora mikorhiza meningkat di setiap plot yaitu di Numbu S1 berkisar 215 spora per 10 gram sampel, di plot ZH-30 S2 berkisar 173 spora per 10 gram sampel, dan di plot tanpa sorgum S0 berkisar 124 spora per 10 gram sampel tanah. Tabel 23 menunjukkan banyaknya kolonisasi V-AM yang terjadi pada komponen agroforestri yaitu sentang, sorgum, dan gulma. Kolonisasi V-AM pada akar tersebut akan saling berinteraksi untuk memperoleh nutrisi dan air dari dalam tanah. Penyerapan unsur hara oleh akar akan lebih optimal jika ada V-AM yang berasosiasi dengan akar. Mikorhiza membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara dan air. Semakin banyak akar yang terkolonisasi maka unsur hara dan air akan mudah diserap oleh tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hasil pengamatan kolonisasi akar per blok tanaman menunjukkan rerata kolonisasi V-AM pada akar sentang 61,67 lebih besar dari pada akar sorgum 57,50 dan akar gulma 31,01 . Kalau dilihat dari bloknya maka rerata kolonisasi V-AM yang terbesar adalah di blok 2 sebesar 54,28 . Hal ini menunjukkan bahwa mikorhiza berasosiasi dengan akar sentang, sorgum, dan gulma secara merata. 57 Tabel 23. Kolonisasi V-AM di akar sentang, sorgum, dan gulma berdasarkan perlakuan jenis sorgum, jarak tanam dan blok tanam pada umur 14 BST Perlakuan Blok tanam Kolonisasi Rata-rata Total per Blok Sentang Sorgum Gulma S1A1 1 100 50 TG S2A1 1 20 70 TG S0A1 1 20 S0 35,67 S0A2 1 10 S0 33,33 S1A2 1 70 63,33 TG S2A2 1 60 46,67 TG Rata-rata Blok 1 46,67 57,50 34,50 46,22 S2A1 2 80 93,33 TG S1A1 2 100 56,67 TG S0A1 2 60 S0 25 S2A2 2 80 60 TG S0A2 2 70 S0 22,33 S1A2 2 70 40 TG Rata-rata Blok 2 76,67 62,50 23,67 54,28 S1A1 3 40 26,67 TG S0A1 3 100 S0 40 S2A1 3 40 56,67 TG S1A2 3 40 56,67 TG S2A2 3 70 70 TG S0A2 3 80 S0 30 Rata-rata Blok 3 61,67 52,50 35,00 49,72 Rata-rata Total per jenis tanaman 61,67 57,50 31,01 Keterangan : S0 tanpa sorgum; S1 Numbu; S2 ZH-30; TG tanpa gulma Hubungan interaksi pada lahan yang ditanami sorgum S1 dan S2 merupakan interaksi positif atau terjadi simbiosis mutualisme yaitu hubungan saling menguntungkan antara 2 komponen biologis penyusun agroforestri antara sentang dan sorgum pada lahan yang diolah melalui mikorhiza. Sorgum sebagai inang mikorhiza telah mampu meningkatkan kolonisasi pada akar sentang. Ketika pemberian pupuk pada tanaman sorgum, maka akar sentang mengokupasi lahan olah sorgum sehingga terjadi kompetisi dalam pemanfaatan unsur hara. Dalam penelitian ini belum menunjukkan kompetisi negatif antara akar sorgum dan sentang di lahan yang diolah, sedangkan jarak tanam sentang belum berpengaruh terhadap kolonisasi V-AM di sorgum. Interaksi di lahan tanpa sorgum S0 terjadi antara sentang dengan gulma. Dalam hal ini sentang berkompetisi dengan gulma 58 di lahan tanpa sorgum S0 atau lahan yang tidak dilakukan pengolahan tanah. Gulma yang mendominasi plot tanpa sentang adalah alang-alang Imperata cylindrica, terutama di blok 1 dan blok 3, sedangkan di blok 2 lebih didominasi oleh gulma jenis Axonopus compressus, Ageratum conyzoides, dan Borreria alata. Kolonisasi V-AM diakar gulma merupakan potensi V-AM di lahan beralang-alang yang kemudian V-AM tersebut akan berasosiasi dengan akar sentang dan sorgum ketika diolah karena gulmanya telah dihilangkan. Berdasarkan hasil-hasil tersebut diatas maka nampak bahwa agroforestri sentang hingga umur 14 BST dengan sorgum lebih banyak menyangkut interaksi di dalam tanah below ground terutama dari aspek kesuburan lahan, okupasi akar sentang, sorgum, gulma dan potensi V-AM akan membangun suatu sistem jaringan pengaman unsur hara yang mampu mendorong pertumbuhan sentang dan sorgum Gambar 16. Spora Hifa Vesicular Gambar 16. Model interaksi sistem jaringan pengaman unsur hara antara sentang, sorgum, dan V-AM 59

V. PEMBAHASAN