62
5.2 Pengaruh Jarak Tanam Sentang
Usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh oleh berapa faktor antara lain: jarak tanam, intensitas cahaya, dan jenis tanaman. Jarak
tanam di dalam penelitian ini merupakan jarak tanam tanaman pokok sentang yaitu A1 2,5 m x 2,5 m dan A2 2,5 m x5 m. Pemilihan jarak tanam ini
didasarkan pada interaksi antara komponen penyusun agroforestri agar diperoleh pertumbuhan yang baik. Penguasaan ruang tumbuh bagian atas above ground
dan ruang tumbuh di dalam tanah below ground akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa jarak tanam
sentang belum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi sorgum pada umur 14 BST. Pada percobaan pendahuluan menunjukkan perlakuan jarak tanam
sentang pada umur 3 BST berpengaruh terhadap parameter tajuk sentang. Tajuk semakin lebar dan tinggi jika di tanam di jarak A1 2,5 m x 2,5 m, hal ini
menunjukkan jarak tanam sentang yang rapat dapat lebih mudah beradaptasi dengan baik di lapangan. Faktor internal dan eksternal sangat berpengaruh sekali
terhadap pertumbuhan sentang umur 3 BST. Tanaman masih perlu beradaptasi dengan lingkungan. Jarak tanam yang rapat dapat mengurangi efek negatif dari
pengaruh faktor iklim, misalkan angin yang kencang yang dapat menghambat pertumbuhan sehingga lebih stabil jika dibandingkan dengan jarak yang lebar.
Namun demikian hasil lebar dan tinggi tajuk masih sangat kecil, ini dikarenakan sentang masih mengalami proses adaptasi dengan lingkungan di lapangan.
Pada percobaan Agroforestri, jarak tanam sentang hanya berpengaruh terhadap parameter lebar tajuk sentang pada umur 14 BST. Hal ini ditunjukkan
bahwa jarak tanam sentang yang lebar A2 2,5 m x 5 m terbukti pempengaruhi pertumbuhan tajuk sentang ke arah samping. Jarak tanam yang lebar memberikan
ruang tumbuh tajuk sentang untuk berkembang lebih baik dari pada jarak yang rapat.
Jarak tanam di dalam percobaan ini belum berpengaruh terhadap pertumbuhan sorgum selama 14 BST, hal ini berarti sentang belum terlihat
berkompetisi dengan sorgum selama jangka waktu penelitian yaitu 14 BST. Sentang memiliki jenis tajuk yang conic atau seimbang, daunya majemuk dan
mempunyai tingkat pelepasan cabang yang baik. Sentang dapat disarankan
63 sebagai tanaman pokok di dalam agroforestri dengan sorgum karena cahaya
masing mencukupi, sehingga sorgum dapat menerima sinar matahari untuk berfotosintesis dengan baik. Pertimbangan arsitektur pohon dalam pemilihan jenis
dalam agroforestri belum banyak diaplikasikan. Sentang memiliki arsitektur model Roux, sehingga tajuknya berbentuk kerucut conic dengan sistem
percabangan yang seimbang. Jarak tanam sentang akan mempengaruhi kecepatan penutupan tajuk dan
ekspansi sistem perakaran di dalam tanah. Pada awalnya sorgum akan tumbuh dengan baik ketika tajuk sentang belum tumbuh dengan baik karena pada
dasarnya sorgum termasuk jenis tanaman C4 yaitu membutuhkan sinar matahari penuh untuk fotosintesis. Semakin bertambahnya umur maka tajuk sentang akan
mulai menutup seluruh ruangan dan diperkirakan sorgum tidak dapat ditanam lagi pada jarak tanam sentang 2,5 m x 2,5 m dalam kurun waktu 4 tahun, sedangkan
pada jarak tanam sentang 2,5 m x 5 m tidak dapat ditanam sorgum pada umur 8 tahun.
Pada saat yang sama sistem perakaran sentang sudah dapat menginvasi areal perakaran dan akan menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak,
sehingga interaksi yang terjadi bersifat negatif terhadap sorgum. Pendalaman lebih lanjut dapat difokuskan pada sistem jaringan pengaman
unsur hara. Dalam hal ini, terdapat zonasi sistem perakaran antara tanaman pertanian 20 – 30 cm dan tanaman kehutanan 30 cm, sehingga jika terjadi
aliran unsur hara dari zonasi tanaman pertanian ke zonasi tanaman kehutanan maka unsur hara dan air akan dimanfaatkan oleh sistem akar yang di bawahnya.
5.3 Pengaruh Jenis Sorgum