menit berpindah dari tempat semula. Dari uraian tersebut dapat diperjelas dengan rumus V = LS dimana V = kecepatan arus mdtk, L = jarak tempuh m, dan S =
waktu detik. Selanjutnya untuk kedalaman perairan m diukur dengan menggunakan alat meteran dan tali penduga. Secara keseluruhan pengamatan
parameter fisika perairan dilakukan secara langsung di lapangan.
b. Parameter Kimia
Pengambilan contoh air untuk mengukur parameter kimia dilakukan pada minggu kedua, keempat dan keenam. Contoh air diambil dengan menggunakan
kemmerer water sample r, secara vertikal yaitu permukaan ± 30 cm dari atas
permukaan, pertengahan ± 1.5 m atau tergantung kedalaman air dan dasar ± 30 cm dari dasar.
Beberapa parameter kimia meliputi : salinitas ppt, alat yang digunakan adalah refraktometer dengan mengambil contoh air permukaan lalu diukur
salinitasnya; pH diukur langsung ke lapangan dengan mencelupkan kertas lakmus merah ke dalam air kemudian dibandingkan warna yang ada di tabel; kelarutan
oksigen DO diukur secara langsung di lapangan dengan cara titrasi metode winkler. Sedangkan fosfat, nitrat, COD, dan logam berat Pb, contoh air diambil
langsung pada setiap stasiun pengamatan dengan menggunakan kemmerer water sample
r kemudian disimpan dalam botol sampel setelah terlebih dahulu dilakukan pengawetan dengan asam sulfat H
2
SO
4
kemudian disimpan dalam box yang berisi es. Selanjutnya dianalisis di Laboratorium Manajemen Produktivitas
Lingkungan IPB Bogor.
c. Parameter Biologi Hama pengganggu
Pengamatan hama pengganggu dilakukan dengan metode visual sensus dan wawancara langsung dengan nelayan. Pengamatan secara visual yaitu
pengamatan untuk mengetahui jumlah hama pengganggu baik yang menempel langsung ke thallus rumput laut maupun yang berada di dasar perairan.
Metode pengamatan yang digunakan adalah metode sensus yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada thallus rumput laut dan snorkling di sekitar
area budidaya rumput laut. Untuk mengelilingi area tersebut dengan menggunakan sampan supaya memudahkan mengamati hama yang menempel
pada thallus rumput laut. Sedangkan untuk mengamati hama yang ada di dasar perairan dengan melakukan snorkling di permukaan air. Metode pengamatan
sensus ini diawali dengan pemasangan garis transect dengan ukuran 50 m dengan menarik garis lurus ke depan dengan perkiraan jarak pandang pada waktu
snorkling ke arah kanan 2,5 m dan ke arah kiri 2,5 m sehingga keseluruhan 5 m English, et al, 1994.
Luasan area budidaya rumput laut dalam satu stasiun pengamatan seluas 1.000 m
2
10 tali. Dalam pengamatan satu tali membutuhkan waktu 30 menit dan untuk 10 tali membutuhkan waktu 300 menit atau 5 jampetak stasiun
pengamatan. Selama pengamatan berlangsung dicatat apa yang diamati meliputi hama mikro seperti larva bulu babi Tripneustes dan larva teripang yang
menempel pada thallus rumput laut. Sedangkan hama makro seperti ikan beronang Siganus spp., ikan kerapu Epinephelus sp., bintang laut
Protoneustes nodosus, dan penyu hijau Chelonia midas digunakan metode snorkling yaitu pengamatan secara visual di permukaan air sambil berenang lurus
ke depan sampai sejauh 50 m. Untuk membantu penglihatan di dalam air maka digunakan masker dan
alat bantu pernapasan. Untuk lokasi stasiun pengamatan yang kedalamannya 5 m, maka digunakan metode wawancara dengan nelayan sebanyak 15 orang yang
berpengalaman menyelam dan menangkap ikan di sekitar stasiun pengamatan yang telah ditetapkan pada waktu penelitian berlangsung.
d. Produksi