kosentrasi logam berat pada alga laut ditemukan pada periode pertumbuhan Catsiki dan Papathanassion, 1993 dalam Wrigh dan Mason, 1999. Selanjutnya
Wrigh dan Mason 1999, melaporkan bahwa kosentarsi logam berat pada alga laut Ulva lactuca terjadi pada musim panas. Menurut Muse, et al. 1999, bahwa
pada alga merah P. columbina telah terjadi akomulasi dengan logam berat cu, cr, dan zn akan tetapi tidak ditemukan adanya logam berat seperti timbal Pb.
Hama dan Penyakit
Penyebab kegagalan budidaya rumput laut adalah masalah hama dan penyakit sehingga menimbulkan kerusakan dan kematian tanaman. Organisme
pengganggu lainnya, seperti bulu babi Diademasetosum sp., bulu babi duri pendek Tripneustes sp., ikan-ikan herbivora antara lain beronang Siganus sp.,
ikan kerapu Epinephellus, sp. bintang laut Protorester nodusus, dan penyu hijau Chelonia mydas. Binatang-binatang laut tertentu seperti molusca dan ikan
dapat berpengaruh terhadap persporaan rumput laut dan menghambat pertumbuhan rumput laut. Cara menghindari organisme tersebut yaitu dengan
pemagaran di sekeliling tanaman dengan jaring Anggadiredja, et al. 2006.
Penyakit yang sering timbul pada rumput laut, khususnya dari jenis
Eucheuma sp. yang dikenal dengan nama ice-ice yang menyebabkan tanaman
tampak memutih. Ini disebabkan terjadi perubahan lingkungan arus, suhu dan kecerahan sehingga memudahkan bakteri hidup. Kerusakan tanaman akibat ice-
ice dapat mencapai 90, bahkan 100 bila kondisi serangan berlangsung lama.
Kondisi ini akan diperparah karena adanya serangan sekunder dari Peryphyton yang merupakan mikroorganisme akuatik yang umumnya berukuran plantonik,
fitoplankton, maupun zooplankton. Serangan sekunder sebagai lanjutan dari kondisi serangan ice-ice dapat pula dilakukan oleh bakteri patogen seperti
Pseudomonas dan Staphylococcus Ditjenkanbud, 2005.
2.4. Matrik Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut diperoleh dari beberapa literatur hasil penelitian. Besarnya bobot yang diberikan masing-masing
parameter berbeda, karena pembobotan dilakukan berdasarkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing parameter. Menurut Aslan 1988
dan Ditjenkanbud 2005, bahwa pemberian bobot untuk matrik kesesuaian budidaya rumput laut tergantung dari pengaruhnya terhadap pengembangan
budidaya rumput laut, artinya bobot yang tinggi diberikan apabila parameter tersebut sangat diutamakan untuk keberhasilan budidaya rumput laut. Sedangkan
bobot yang rendah diberikan sebagai pelengkap saja, namun semuanya saling melengkapi. Adapun bobot menurut Aslan 1988 dan Ditjekanbud 2005, bahwa
kecerahan, salinitas, nitrat dan fosfat memperoleh nilai bobot 12, sedangkan arus, keterlindungan, suhu, kedalaman, gelombang, substrat dan pencemaran nilai
bobotnya 8 Tabel 1. Selanjutnya Bakosurtanal 2005, memberikan bobot yang tinggi pada kedalaman 35, kecerahan 25, sedangkan DO, salinitas,
suhu dan pH memperoleh bobot yang rendah 10 Tabel 2. Sedangkan Radiarta, et al. 2005, memberikan bobot yang tinggi pada morfologi dan
kedalaman 15, arus, substrat dasar, kecerahan, dan salinitas memperoleh bobot 10, dan hewan herbivora, keamanan, keterjangkauan dan tenaga kerja
memperoleh bobot 5 Tabel 3. Selanjutnya Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee, 1990 dalam Radiarta, et al. 2007 memberikan bobot yang
tinggi pada kecerahan 0.4, kedalaman 0.3, dan arus 0.2. Sedangkan gelombang diberikan bobot yang rendah 0.1 Tabel 4.
Menurut Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007, bahwa pembobotan pada setiap faktor pembataspeubah ditentukan berdasarkan pada
dominannya peubah tersebut terhadap suatu peruntukan kelayakan lahan budidaya laut ikan, rumput laut, dan tiram mutiara. Kemudian diurutkan faktor-faktor
pembatas tersebut dimulai dari yang paling berpengaruh terhadap suatu peruntukan. Selanjutnya Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007
memberikan bobot yang paling tinggi pada morfologi, substrat dasar, kecerahan dan logam berat 0.1, arus, kedalaman, dan salinitas 0.09, hewan herbivora
0.08, keterjangkauan 0.07. Sedangkan tenaga kerja dan keamana bobotnya yang rendah dari parameter sebelumnya 0.06 Tabel 5.
Dari kelima matrik yang disusun oleh para peneliti tersebut di atas Tabel 1, 2, 3, 4 dan 5 dapat diambil suatu gambaran bahwa parameter utama yang
perlu diperhatikan sebelum melakukan usaha budidaya rumput laut di suatu lokasi adalah kedalaman, kecerahan, salinitas, morfologi, arus, nitrat dan fosfat,
sedangkan parameter yang lain misalnya gelombang, suhu, DO, pH, substrat dasar, biota pengganggu, keamanan, keterjangkauan, dan tenaga kerja merupakan
parameter penunjang, namun saling melengkapai artinya tanpa parameter penunjang tidak mungkin suatu usaha budidaya rumput laut dapat berhasil.
Tabel 1. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture
Skor S Tidak sesuai
Sesuai Sangat sesuai
Bobot Parameter Satuan
1 2 3
5 Arus
Kecerahan Keterlindungan
Suhu Kedalaman
Gelombang Salinitas
Nitrat Phosfat
Substrat Pencemaran
mdtk cm
- º C
m cm
ppt mgl
mgl -
- 10 atau 40
3 Terbuka
20 atau 30 2 atau 15
30 28 atau 37
0,01 atau 1,0 0,01 atau 0,30
Lumpur -
10 – 20 atau 30- 40 3 – 5
Agak terlindung 20 – 24
1 – 2 10 – 30
34 – 37 0,8 – 1,0
0.21 – 0.30 pasir berlumpur
sedang 20 – 30
5 Terlindung
24 – 30 2 – 5
10 28 – 34
0,01 – 0,07 0,10 – 0,20
pasir tidak ada
8 12
8 8
8 4
12 12
12 8
8 Jumlah
100
Sumber : Aslan 1988
Tabel 2. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture
Skor S S1
S2 S3
N Parameter Satuan
80 60 40 10 Bobot
Kedalaman Oksigen DO
Salinitas Suhu
Kecerahan pH
M mgl
ppt °C
- 1 – 5
6 28 – 36
26 – 31 75
7,5 – 8,5 -
5 – 6 20 – 28
31 – 33 50 – 75
8,5 – 8,7 -
4 – 5 20 - 24
33 – 35 25 - 50
6,5 - 7 -
4 20
35 25
8,8 35
10 10
10 25
10
Jumlah 100
Sumber : Bakosurtanal 2005
Tabel 3. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture
Skor S S1
S2 S3
N Parameter Satuan
4 3 2 1 Bobot
Kecerahan M 1 43
2 4 0.4
Kedalaman M ¾
1 32
3 0.3 Arus cms
½ 23 1 2 0.2
Gelombang Cm ¼
13 ½
1 0.1
Jumlah 1.0
Sumber : Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta, et al
. 2007
Tabel 4. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture
Nilai value Parameter Satuan
Bobot 30 20 10
Morfologi 15
Terlindung Cukup
terlindung Terbuka
Kedalaman M
15 1 – 10
11 – 15 1 15
Arus Cmdtk
10 20 – 30
31 – 40 20 40
Substrat dasar 10
Pasir dan pecahan
Pasir berlumpur
Lumpur Kecerahan
M 10
3 1 – 3
1 Salinitas
Ppt 10
28 - 31 32 – 34
28 34 Pencemar
10 Tidak
ada Sedang
Tinggi Hewan
herbivora Ekor 5 Tidak
ada Sedang Tinggi Keamanan
5 Aman
Agak aman Tidak aman
Keterjangkauan 5
Mudah Agak sulit
Sulit Tenaga kerja
5 Mudah
Agak sulit Sulit
Jumlah 100
Sumber : Radiarta et al. 2005 Tabel 5. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture
Nilai value Parameter
Satuan
Bobot 4 3 2 1
Morfologi 0.1 Terlindung Agak
terlindung Terlindung
sesaat Tidak
terlindung Substrat dasar
0.1 Pasir dan
pecahan karang
Pasir sedikit berlumpur
Pasir berlumpur
sedang Pasir
berlumpur banyak
Kecerahan 0.1
80 – 100 70 – 79
60 – 69 60
Logam berat mgl
0.1 0.01
0.01 – 0.04 0.03 – 0.06
0.06 Arus
cms 0.09
20 – 30 31 – 40
41-50 2050
Kedalaman M
0.09 5 – 10
11 – 15 16 – 20
5 20
Salinitas Ppt
0.09 31 – 35
28 – 30 25 – 27
2535 Hewan air
Ekor 0.08
Tidak ada Kurang
Banyak Sangat
banyak Keterjangkauan 0.07 Lancar Cukup
lancar Kurang
lancar Tidak
lancar Tenaga kerja
0.06 Banyak
Cukup tersedia
Kurang tersedia
Tidak tersedia
Keamanan 0.06
Aman Cukup aman
Insidentil Tidak
aman Pemasaran
0.06 Lancar
Cukup lancar
Kurang lancar
Tidak lancar
Jumlah 1.00
Sumber : Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007
2.5. Produktivitas Rumput Laut