Pada umunya Propinsi Nusa Tenggara Barat beriklim tropis, dimana musim timur terjadi dari bulan Oktober – Maret bertepatan dengan musim hujan
dan kondisi angin tertiup dari arah timur ke arah barat yang umumnya berkekuatan kecil sampai sedang. Sedangkan musim barat terjadi pada bulan
April – September bertepatan dengan musim kemarau dan kondisi angin tertiup dari arah barat ke timur yang umumnya berkekuatan besar. Kondisi angin tersebut
sangat berpengaruh terhadap pergerakan ombak, arus Utojo, et al. 2004. Dengan memperhatikan gambaran umum tentang kondisi biofisik Kabupaten Bima dan
wilayah perairan sekitarnya maka dapat disimpulkan bahwa teluk Waworada sangat terlindung dari ombak besar dan arus yang deras sehingga sangat besar
potensinya untuk pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut. Dari gambaran data tersebut di atas, secara teknis kondisi biofisik teluk
Waworada pada musim barat maupun musim timur relatif stabil, sehingga rencana zonasi untuk pengembangan budidaya rumput laut di teluk tersebut dapat
dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan para nelayan dan kondisi ril di lapangan bahwa budidaya rumput laut di teluk Waworada
Kabupaten Bima dilakukan secara terus-menerus di kedua musim baik musim hujan maupun panas Pra Penelitian, 2006.
4.2. Pemanfaatan Teluk Waworada Pada Saat Sekarang
Kawasan teluk Waworada merupakan salah satu kawasan sentra produksi perikanan yang potensial di Kabupaten Bima, meliputi tambak udang, kerang
mutiara dan KJA. Pada tambak TIR TRANS sebelumnya pernah diusahakan dengan komoditi utama udang windu yang perkembangannya mengalami pasang
surut karena tersandung oleh berbagai masalah baik teknis, sosial dan manajemen pengelolaannya sehingga sejak tahun 2000 sampai sekarang usaha tersebut
mengalami kefakuman. Untuk
mengantisipasi hal tersebut di atas dan sebagai bentuk tanggung
jawab pemerintah daerah terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir di kawasan teluk Waworada maka pada tahun 2001 pemerintah daerah bekerja sama dengan
Dinas Perikanan Propinsi NTB memperkenalkan sekaligus demplot budidaya rumput laut dengan sistem long line. Usaha pemerintah tersebut tidak sia-sia,
bahkan berdampak pada pengembangan budidaya rumput laut yang cukup pesat Gambar 13
Gambar 13. Peta Area Pemanfaatan Budidaya Rumput Laut Teluk Waworada
Mengingat usaha budidaya rumput laut mudah dilakukan, biayanya murah dengan pangsa pasar cukup menjanjikan, maka usaha tersebut terus berlanjut
bahkan usaha budidaya rumput laut dijadikan sumber pendapatan utama selain usaha penangkapan ikan. Dampak dari semua kegiatan tersebut adalah terjadinya
pemanfaatannya yang melebihi daya dukung Carryng capacity di teluk Waworada Kabupaten Bima. Menurut perhitungan dengan menggunakan GIS,
luasan usaha budidaya rumput laut ± 9.094 Ha 45,16 meliputi ujung barat menyisir bagian utara, bagian selatan sampai ke mulut teluk Waworada yang
letaknya tidak teratur, tertumpu pada beberapa tempat bahkan ditempat yang tidak sesuaipun dimanfaatkan. Untuk mengantisipasi adanya efek negatif dan
menciptakan usaha budidaya rumput laut yang berkelanjutan maka perlu dilakukan zonasi.
Penyusunan zonasi ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan spasial, yaitu bahwa dalam suatu pesisir dan lautan hendaknya tidak seluruhnya
diperuntukan bagi kawasan pembangunan, namun juga menyediakan lahan bagi zona preservasi dan konservasi.
Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Bima Tahun 2003 – 2013, Pemerintah setempat telah menetapkan beberapa kebijakan strategis
yang perlu dikembangkan, antara lain penataan ruang wilayah, peningkatan sumberdaya manusia, peningkatan sarana dan prasarana pendukung
pengembangan wilayah, pengelolaan sumberdaya alam, dan lingkungan serta peningkatan peran kelembagaan. Kebijakan strategis ini diambil berdasarkan
pertimbangan bahwa perlu adanya penyediaan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pemekaran wilayah. Selanjutnya berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi NTB Tahun 2006 – 2020 bahwa teluk Waworada ditetapkan sebagai tempat pengembangan perikanan baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya, area konservasi serta jalur pelayaran. Berdasarkan RTRW Propinsi NTB tersebut maka perlu adanya pengaturan pemanfaatan Bappeda
Propinsi NTB, 2006. Khusus untuk masalah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, hal
tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Strategi Bidang Pembangunan yang meliputi Bidang Ekonomi Khususnya Sub Bidang Perikanan dan Kelautan serta
Bidang Pembangunan Daerah khususnya Sub Bidang Penataan Ruang. Arahan yang diambil adalah pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
kelautan secara optimal, terpadu dan berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengendalian kerusakan lingkungan akibat berbagai
pemanfaatan, penataan kawasan lingkungan menurut proporsinya dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas maka hal penting yang merupakan kebutuhan esensial adalah adanya suatu rencana tata ruang wilayah yang baik termasuk di
wilayah pesisir, kebijakan yang dilakukan harus transparan, berkeadilan dan akomodatif terhadap kepentingan berbagai lapisan masyarakat dimana
memerlukan keterlibatan berbagai stakeholders dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang. Untuk itu diperlukan suatu konsep perencanaan dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir bagi daerah-daerah potensial seperti di teluk Waworada Kabupaten Bima yang diawali dengan membangun
kesepakatan ilmiah tentang alokasi ruang yang ada. Dalam pelaksanaan zonasi perairan teluk Waworada, dibutuhkan data baik
data primer maupun data sekunder. Data primer dapat diambil secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu.
Namun karena keterbatasan data, maka digunakan data hasil penelitian terdahulu yang berlokasi di sekitar perairan teluk Waworada. Data tersebut sangat
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam zonasi teluk Waworada Kabupaten Bima.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN