Analisa Komponen Utama Pertumbuhan Rumput Laut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Komponen Utama Pertumbuhan Rumput Laut

Sebelum dilakukan analisa kesesuaian lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut maka terlebih dahulu dilakukan Analisis Komponen Utama PCA untuk mendapatkan bobot matrik kesesuaian. Hasil Analisis Komponen Utama pada beberapa parameter biofisik teluk Waworada meliputi DO, pH, Salinitas, Suhu, Nitrat, Fosfat, COD, Pb, Arus, Kecerahan, Kedalaman, Hama, Produksi biomas dan Karaginan memperlihatkan bahwa korelasi antara variabel terpusat pada dua sumbu utama dengan akar ciri komponen utamanya masing- masing 8.70 dan 2.36, yang memberikan kontribusi sebesar 62 persen, dan 17 persen dengan ragam totalnya 79 persen Gambar 14; Tabel 11. Hal ini berarti bahwa 79 persen data hasil analisis dapat dijelaskan hingga sumbu utama kedua Tabel 12. Distribusi stasiun pengamatan terhadap sumbu utama sangat ditentukan oleh parameter kualitas perairan. Variabel hama pengganggu, COD, dan pH yang memberikan kontribusi pembentukan sumbu pertama F1 merupakan penciri stasiun pertama St1 yang ditandai oleh tingginya hama pengganggu, COD, dan pH. Stasiun dua St2 dicirikan oleh tingginya Pb. Stasiun tiga St3 dicirikan oleh tingginya fosfat. Stasiun empat St4 dicirikan oleh tingginya DO, dan Stasiun St5 dicirikan oleh tingginya nitrat, produksi biomas, karaginan, kedalaman, kecerahan, dan arus yang juga memberikan kontribusi pembentukan sumbu pertama F1 Gambar 14. Biplot on axes 1 and 2 79 V IV III II I DO pH Salinitas Suhu Nitrat Fosfat COD Pb Arus Keceraha n Kedalama n Hama Produksi Karaginan -2 -1.5 -1 -0.5 0.5 1 1.5 2 2.5 -6 -4 -2 2 4 6 -- axe 1 62 -- -- axe 2 17 -- Gambar 14. Distribusi parameter fisika, kimia dan biologi pada stasiun pengamatan sumbu 1 dan 2 Tabel 11. Akar Ciri dan Representasi Ragam Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Teluk Waworada pada Sumbu Utama. Eigenvaluae Total Cumulative Cumulative 8.70 0.62 8.70 0.62 2.36 0.17 11.06 0.79 1.99 0.14 13.05 0.93 0.94 0.06 13.99 1.00 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2007 Tabel 12. Kontribusi variable Terhadap Sumbu Utama Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan Teluk Waworada Kabupaten Bima Variabel Faktor Utama ke-i Faktor Kedua ke-i DO 0.7431 -0.5865 PH -0.1525 0.8229 Salinitas 0.9584 -0.2271 Suhu 0.5614 0.5046 Nitrat 0.8749 0.3104 Fosfat -0.0269 -0.4619 COD -0.8153 0.5473 Pb -0.7496 -0.2716 Arus 0.9403 0.2644 Kecerahan 0.9456 -0.0805 Kedalaman 0.9423 0.2403 Hama -0.9550 0.2460 Produksi Biomas 0.9892 0.0587 Karaginan 0.5878 0.3951 Sumber : Data Primer diolah Tahun 2007 Dari Tabel 11 terlihat bahwa korelasi antara variabel terpusat pada dua sumbu utama. Mengingat nilai kontribusi faktor utama ke-i sebesar 62 persen kolom 2 Tabel 12 maka faktor utama yang dijadikan bobot matrik kesesuaian lokasi budidaya rumput laut cukup faktor utama ke-i kolom 2 Tabel 13. Tabel 13. Kontribusi Faktor Utama Parameter Fisika dan Kimia terhadap Produksi dan Karaginan Rumput Laut. Parameter Faktor Utama Salinitas 0.9584 Arus 0.9403 Kecerahan 0.9456 Kedalaman 0.9423 Hama -0.9550 Produksi Biomas 0.9892 Karaginan 0.5878 Sumber : Hasil Penelitian diolah Tahun 2007 Dari tampilan Tabel 13 terlihat bahwa salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman berkorelasi positif dengan produksi dan karaginan rumput laut. Sedangkan hama berkorelasi negatif dengan produksi dan karaginan rumput laut. Hal ini berarti bahwa tingginya produksi biomas rumput laut dipengaruhi oleh tingginya salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman perairan. Tingginya salinitas sebesar 0.96, arus 0.94, kecerahan 0.95, kedalaman 0.94 dan berkurangnya hama sebesar -0.96 maka dapat meningkatkan produksi sebesar 0.99. Namun tingginya salinitas, arus, kecerahan dan kedalaman tentu ada batas optimalnya. Batasan tesebut telah ditentukan berdasarkan matrik Kolom 3; 6; 9 Tabel 15. Selanjutnya nilai kontribusi parameter utama yang diambil untuk dijadikan bobot adalah nilai kontribusi yang nilainya sebesar ά ≥ 0,90. Nilai kontribusi parameter utama tersebut meliputi salinitas, arus, kecerahan, kedalaman, dan hama Tabel 14. Dari tampilan Tabel 14 di bawah ini terlihat bahwa salinitas merupakan parameter yang paling tinggi nilai bobotnya yaitu sebesar 20.21, kemudian disusul oleh hama 20.14, kecerahan 19.94, kedalaman 19.87, dan arus 19.83. Nilai prosentase faktor utama tersebut di atas Tabel 10 dapat dijadikan bobot untuk matrik kesesuaian lokasi budidaya rumput laut Tabel 15 : Tabel 14. Kontribusi dan Prosentase Faktor Utama Perairan Teluk Waworada Kabupaten Bima Hasil Analisa Komponen Utama PCA. Parameter Faktor Utama ke-i Prosentase Salinitas 0.96 20.21 Arus 0.94 19.83 Kecerahan 0.95 19.94 Kedalaman 0.94 19.87 Hama -0.95 20.14 Jumlah 4.74 100.00 Sumber : Hasil Penelitian diolah Tahun 2007 Matrik kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut hasil penelitian ini Tabel 15, besarnya bobot yang diberikan masing-masing parameter berbeda, karena pembobotan dilakukan berdasarkan besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing parameter meliputi salinitas 20.21, hama 20.14, kecerahan 19.94, kedalaman 19.87 dan arus 19.83. Tabel 15. Matrik, bobot, dan skor untuk kesesuaian lokasi budidaya rumput laut. seaweed culture di Teluk Waworada S1 S2 S3 Parameter Bobot ßi Kriteria Skor klas xi ßi x xi Kriteria Skor klas xi ßi x xi Kriteria Skor klas xi ßi x xi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Salinitas 20.21 32 – 34 30 606.3 28 – 31 20 404.2 28 34 10 202.1 Hama 20.14 10 30 604.2 10 – 70 20 402.8 70 10 201.4 Kecerahan 19.94 3 30 598.2 1 – 3 20 398.8 1 10 199.4 Kedalaman 19.87 1 – 10 30 596.1 11 – 15 20 397.4 1 15 10 198.7 Arus 19.83 0.20 – 0.30 30 594.9 0.31 – 0.40 20 396.6 0.20 0.40 10 198.3 Total S1 2.999.7 S2 1999.8 N 999.9 Sumber : Data Hasil Penelitian diolah Tahun 2007 5.2. Analisa Kesesuaian Lokasi Budidaya Rumput Laut Pada awalnya penelitian ini menghasilkan rumusan untuk kesesuaian lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut Tabel 15. Analisis ini dimaksudkan untuk menilai kesesuaian lokasi untuk pengembangan budidaya rumput laut. Analisis didasarkan atas faktor pembatas ditinjau dari aspek biofisik. Setelah itu melalui matrik ini dapat diasumsikan bahwa perairan teluk Waworada merupakan areal yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut. Berdasarkan analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG dengan cara tumpang susun overlay diperoleh hasil analisis kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut. Parameter yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut meliputi 4 empat parameter Tabel 15 meliputi yaitu salinitas dengan bobot 20.21, hama pengganggu 20.14, kecerahan 19.94, kedalaman 19.87, dan kecepatan arus 19.83. Hasil overlay dengan menggunakan software Arc View GIS 3,3 dari beberapa peta tematik meliputi salinitas, hama, kecerahan, kedalaman dan arus Gambar 15; 16; 17; 18; 19, sehingga diperoleh luas wilayah perairan teluk Waworada berdasarkan kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut, yaitu dari total luas sebesar 20.135,24 ha, maka 12.26 ha 0.06 digolongkan sangat sesuai, 19.287,94 ha 95,79 dikategorikan sesuai, dan 836.48 ha 3,97 dikategorikan tidak sesuai Gambar 21. Gambar 15. Peta Tematik Salinitas Teluk Waworada Kabupaten Bima Gambar 16. Peta Tematik Hama Pengganggu Teluk Waworada Kabupaten Bima Gambar : 17. Peta Tematik Kecerahan Teluk Waworada Kabupaten Bima Gambar 18. Peta Tematik Kedalaman Teluk Waworada Kabupaten Bima Gambar 19. Peta Tematik Kecepatan Arus Teluk Waworada Kabupaten Bima Gambar 20. Arah Arus Perairan Teluk Waworada Kabupaten Bima Waktu Pasang Bulan Maret 2007. Gambar 21. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Perairan Teluk Waworada Kabupaten Bima Adapun tingkat kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut dapat dirinci sebagai berikut : Sangat Sesuai S1 Pada daerah yang termasuk dalam kategori ini dicirikan dengan tidak adanya faktor pembatas khusus yang menghambat perlakuan yang diberikan. Seluruh parameter fisika, kimia dan biologi yang ada membuat daerah ini sangat sesuai untuk mengembangkan budidaya rumput laut. Hasil analisis spasial yang dilakukan terhadap parameter tersebut, diketahui bahwa ternyata lokasi yang sangat sesuai berada pada stasiun 5 lima yang arahnya mendekati garis pantai. Total luasan lokasi yang sangat sesuai adalah 12.26 ha. Perairan yang sangat sesuai dicirikan dengan karakteristik sebagai berikut : salinitas cukup optimal yaitu berkisar antara 28 – 31 ppt, hama relatif sedikit yaitu kurang dari 10 ekor, kecerahan cukup optimal yaitu lebih dari 3 meter, kedalaman cukup memadai yaitu berkisar antara 1 – 10 m, dan kecepatan arus cukup bagus yaitu berkisar antara 0.21 – 0.35 mdtk. Sesuai S2 Pada daerah yang termasuk dalam kategori ini dicirikan dengan adanya faktor-faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang diterapkan. Dalam hal ini faktor pembatas yang ditemukan tersebar di 10 stasiun pengamatan. Perairan dengan kelas ini dicirikan dengan karakteristik sebagai berikut : salinitas relatif tinggi yaitu berkisar antara 32 – 39 ppt, kecerahan sedang yaitu berkisar antara 1 – 3 m, kedalaman tinggi yaitu berkisar antara 11 – 15 m dan kecepatan arus sedang yaitu berkisar antara 0.10 – 0.20 mdtk. Untuk kategori sesuai, total luasan perairan adalah 19.287,94 ha. Tidak Sesuai N Daerah-daerah yang termasuk dalam kategori ini mempunyai pembatas permanen sehingga mencegah segala kemungkinan masukanperlakuan yang diberikan pada daerah-daerah tersebut. Semua parameter yang ada mempunyai batasan-batasanhambatan-hambatan untuk mengembangkan budidaya rumput laut. Sebaran kategori ini hampir di seluruh stasiun pengamatan yang letaknya berada di dekat pantai. Untuk kategori tidak sesuai, total luasan perairannya 836.48 ha. Perairan ini dicirikan dengan karakteristik sebagai berikut : salinitas cukup tinggi yaitu 32 ppt, kecerahan sangat kurang yaitu 1 m, kedalaman juga relatif dangkal yaitu 1 m, dan kecepatan arus sangat kurang yaitu 0.10 mdtk. Faktor-Faktor Pembatas Sebagaimana telah dijelaskan pada hasil analisa spasialkeruangan di atas, untuk kelas kesesuaian S2 sesuai dan N tidak sesuai terdapat faktor-faktor pembatas yang harus dipertimbangkan baik perlakuan maupun dampak dari perlakuan tersebut. Faktor-faktor pembatas ini merupakan jabaran dari batasan- batasan nilai yang ada dari setiap parameter-parameter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup rumput laut. Pada daerah dengan kategori S2, syarat hidup rumput laut relatif belum mencukupi batasan nilai optimal yang dibutuhkan untuk perkembangan rumput laut. Oleh karena itu, masukan-masukan tertentu masih dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal, seperti misalnya salinitas yang merupakan faktor alami yang sukar diubahdiberi masukan untuk meningkatkan kemampuannya. Salinitas merupakan salah satu parameter yang sangat dibutuhkan oleh rumput laut untuk menjalankan proses metabolisme penting seperti osmoregulasi, proses reproduksi, dan pertumbuhan rumput laut. Salinitas di perairan teluk Waworada berkisar antara 32 – 36 ppt dengan salinitas rata-rata berkisar antara 32,33 - 35,33 ppt Gambar 15. Kondisi salinitas perairan tersebut masih cukup baik untuk pertumbuhan rumput laut. Menurut Lin, 1974, bahwa rumput laut Gracillaria tumbuh paling cepat pada salinitas 25 ppt. Sedangkan Chen, 1976 melaporkan bahwa rumput laut Gracillaria tumbuh paling cepat pada salinitas antara 18 dan 30 ppt. Salinitas optimum untuk rumput laut adalah 15 sampai 25 ppt Anonymous, 1991. Sedangkan Guanzon dan De Castro, 1992; De Castro dan Guanzon, 1993 menyatakan bahwa rumput laut dapat mentolerir salinitas antara 25,5 – 34,5 ppt. Dalam kaitannya dengan kesesuaian lokasi untuk budidaya rumput laut, kondisi salinitas di daerah ini berada pada kisaran sedikit di atas batasan minimal syarat hidup rumput laut dan merupakan hal yang patut dipertimbangkan dalam rencana pengembangan budidaya rumput laut. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan rumput laut yang optimal adalah tidak melakukan penanaman pada musim kemarau karena salinitasnya cenderung tinggi. Sebaiknya penanaman rumput laut dilakukan pada musim hujan saja. Kecerahan merupakan faktor penting untuk pertumbuhan rumpt laut. Kecerahan air di teluk Waworada berkisar 1 – 7 m Gambar 17, hal ini diduga karena dipengaruhi oleh kondisi perairan yang belum tercemar sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai kedalaman tertentu dan bahkan dapat menembus sampai dasar perairan. Namun ditinjau dari sudut kecerahan sebenarnya belum mencapai titik optimum karena di beberapa stasiun pengamatan kecerahan masih banyak 3 m. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap intensitas atau besarnya penyinaran cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Untuk memenuhi syarat yang paling layak, pada kecerahan 3 m rumput laut dapat digantungkan pada kedalaman ± 20 cm dari permukaan laut, hal ini dimaksudkan rumput laut dapat memperoleh sinar matahari yang cukup tinggi. Kedalaman perairan adalah faktor yang penting bagi budidaya rumput laut terutama berkaitan dengan pembuatan media budidaya. Secara keseluruhan kedalaman perairan teluk Waworada berkisar antara 2 – 15 m dengan rata-rata 3,33 – 13,33 m Gambar 18. Keadaan yang demikian dapat mencegah kekeringan bagi tanaman. Kedalaman perairan teluk Waworada di beberapa stasiun pengamatan masih banyak 10 m. Dengan kedalaman yang demikian maka akan menyulitkan dalam penempatan rakit terutama jangkar. Menurut Radiarta, et al. 2007, bahwa pemilihan lokasi dengan kedalaman yang sesuai sekitar 1 – 10 m akan memudahkan untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian solusi yang paling baik yang bisa dilakukan adalah tidak menempatkan rakitlong line pada derah yang mempunyai kedalaman 10 m. Arus merupakan parameter yang sangat penting untuk dijadikan tolok ukur dalam penentuan lokasi budidaya rumput laut. Kecepatan arus di sekitar teluk Waworada berkisar antara 0,12 – 0,32 mdetik dengan Gambar 19. Dengan demikian kecepatan arus pada saat penelitian kurang optimum, karena masih di bawah nilai optimal sangat layak. Ini sesuai dengan pendapat Trono dan Fortes 1980, bahwa kecepatan arus yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 0,08 – 0,17 mdetik. Kadi dan Atmaja 1988 menyatakan bahwa kecepatan arus yang paling baik untuk budidaya Eucheuma adalah 20 – 40 cmdetik. Adanya arus yang baik dapat menjamin tersedianya makanan yang tetap bagi rumput laut sehingga rumput laut dapat tumbuh dengan sempurna dan mencapai produksi yang optimal. Untuk mendapatkan nilai produksi yang tinggi maka perlu dipertimbangkan untuk tidak menanam rumput laut pada lokasi yang memiliki kecepatan arus 0.10 mdtk. Hama pengganggu dalam penelitian bukan merupakan faktor pembatas dalam usaha budidaya rumput laut karena jumlahnya sangat sedikit yaitu 20 ekor. Hama pengganggu budidaya rumput laut di perairan teluk Waworada terdiri dari ikan beronang berukuran besar hasil tangkapan nelayan sekitar. Ikan kerapu, bintang laut, bulu babi, dan penyu hijau tidak ditemukan di lokasi tersebut. Jumlah hama pengganggu terbanyak ditemui di stasiun satu St1 dengan jumlah 32 ekor, diikuti stasiun dua St2 berjumlah 26 ekor, stasiun tiga St3 berjumlah 21 ekor, stasiun empat St4 berjumlah 19 ekor dan stasiun lima St5 dijumpai 18 ekor hama pengganggu Tabel 16; Lampiran 3. Tabel 16. Jumlah Hama Pengganggu Hasil Identifikasi di Lokasi Budidaya Rumput Laut Teluk Waworada Kabupaten Bima. Stasiun Ikan Beronang ekor Ikan Kerapu ekor Bintang Laut ekor Bulu babi dan bulu babi duri pendek ekor Jumlah ekor I 32 - - - 32 II 26 - - - 26 III 21 - - - 21 IV 19 - - - 19 V 18 - - - 18 Sumber : Data Hasil Penelitian diolah Tahun 2007 Menurut Russ, 1985 dalam English, et al. 1994 bahwa kelimpahan species ikan karang yang banyak yaitu dengan jumlah species berkisar antara 1.025 – 16.384 ekor. Dengan demikian kelimpahan hama di lokasi penelitian sangat rendah sehingga tidak berpengaruh bagi pertumbuhan rumput laut.

5.3. Produksiktivitas dan Kandungan Karaginan Produktivitas