rumput laut diperoleh dari hasil bobot kering rumput laut yang diekstrasi dengan metode sederhana skala rumah tangga berkisar antara 54,0 – 72,8 Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan karaginan beberapa rumput laut jenis Eucheuma yang dinyatakan dalam persen.
No Jenis Kandungan
karaginan Lokasi Keterangan
1 Eucheuma spinosum
72,8 Tanzania 2.
Eucheuma striatum 69,0 Tanzania
3. Eucheuma platycladum
85,0 Tanzania 4.
Eucheuma okamurai 58,0 Tanzania
5. Eucheuma spinosum
54,0 Tanzania 6.
Eucheuma spinosum 65,7 – 67,5 Indonesia
7. Eucheuma cottonii
61,5 Indonesia Sumber : Gliksman 1983.
Menurut Kadi dan Atmaja 1987, bahwa kandungan karaginan dalam rumput laut sangat ditentukan oleh jenisnya, iklim serta lokasi budidaya.
Sedangkan kandungan senyawa di dalam rumput laut sangat dipengaruhi oleh musim, habitat dan umur tanaman. Selanjutnya Chen et al. 1973, kandungan
karaginan sangat dipengaruhi kondisi setempat lokasi budidaya. Menurut Papalia 1997 dalam Anonymous 2008, bahwa ketersediaan unsur hara erat
kaitannya dengan pembentukan karaginan pada dinding sel rmput laut. Selanjutnya Mayunar 1989 dalam Anonymous 2008, bahwa kualitas dan
kuantitas cahaya matahari dalam perairan dapat menambah pigmen fitoentrim pada rumput laut sehingga dapat meningkatkan kandungan karaginan rumput laut.
2.7. Aplikasi SIG dalam Penataan Ruang Pesisir untuk Budidaya
Sistem Informasi Geografi SIG adalah suatu sistem komputer yang mempunyai kemampuan pemasukan, pengambilan, analisis data, dan tampilan
data geografi yang sangat berguna bagi pengambilan keputusan Esri, 1990; Burrough, 1986; Burrough dan McDonnel, 1998. Dengan menggunakan SIG kita
dengan mudah dan cepat dapat melakukan analisis keruangan spasial analysis dan pemantauan terhadap perubahan lingkungan wilayah pesisir Gunawan,
1998. Menurut Maguire 1991, bahwa teknologi SIG dikembangkan dan diintegrasi dari beberapa konsep dan teknik seperti Geografi, Statistika,
Kartografi, Ilmu Komputer, Biologi, Matematika, Ekonomi dan Ilmu Geologi. Beberapa penelitian budidaya laut yang melakukan pendekatan SIG untuk
analisa daya dukung lingkungan perairan antara lain : Ross et al. 1993; Ismail, et al.
1996; Ismail, et al. 1998; Tarunamulia et al. 2001; Radiartha, et al. 2003. Menurut Ross, et al. 1993, bahwa faktor utama yang diperlukan untuk
menentukan kelayakan budidaya ikan salmon dalam KJA di laut antara lain : kedalaman, kecepatan arus, salinitas, temperatur dan oksigen terlarut. Hasil
analisa SIG diperoleh luasan lokasi yang cocok untuk KJA di teluk Camas Bruaich Ruaidhe di wilayah Scotlandia sebesar 1,26 ha yang terletak di kawasan
tengah bagian selatan teluk. Menurut Ismail, et al. 1996, bahwa pemilihan lokasi untuk KJA reservat
didasarkan atas kriteria yang telah ditentukan baik teknis kondisi perairan dan padang lamun maupun non teknis mudah tidaknya memperoleh induk,
keamanan, lingkungan, tenaga kerja, dll. Hasil analisa SIG ternyata perairan Tanjung Duku Dompak Kepulauan Riau memperoleh skor yang paling tinggi
4,57. Selanjutnya Ismail, et al. 1998 menyatakan bahwa penempatan panti benih terapung ikan karang dilakukan atas dasar parameter teknis dan non teknis
meliputi kualitas air, kesuburan air, ekosistem, ketersediaan induk dan kemudahan mencapai lokasi, bahan KJA, tenaga kerja, keamanan, sarana, masyarakat dan
pasar. Hasil yang diperoleh bahwa perairan selatan Pulau Bintan memiliki lokasi yang lebih baik daripada perairan kepulauan Karimun Jawa dan memiliki skor
paling tinggi yaitu 512,5. Tarunamulia, et al. 2001 melaporkan bahwa faktor resiko, oceanografi
dan kemudahan menjadi acuan secara umum untuk mendukung usaha budidaya dalam KJA di teluk Pare-pare. Hasil perhitungan dengan menggunakan GIS, dari
luas teluk 3.000 ha, diperoleh 2.185,67 ha tergolong layak dan 783,45 ha tergolong layak sedang. Menurut Radiarta, et al. 2003 bahwa penentuan lokasi
untuk budidaya laut berdasarkan penggabungan beberapa faktor internal kualitas perairan dengan SIG serta memperhatikan faktor eksternal penduduk, jalan, dll.
Hasil analisa SIG diperoleh lokasi seluas 1.576 ha yang ideal untuk pengembangan budidaya laut di teluk Ekas.
2.8. Penataan Ruang dan Zonasi Kawasan Pesisir