atau penjarah collector , foreger, e masyarakat perkotaan dan perindustrian dan f masyarakat tidak menetap sementara atau migratory .
Dalam konteks masyarakat menurut Satria 2002 yaitu masyarakat desa terisolisasi masyarakat pulau kecil. Komunitas kecil tersebut memiliki beberapa
ciri : 1 mempunyai identitas yang khas;
2 terdiri dari jumlah penduduk dengan jumlah yang cukup terbatas sehingga saling mengenal sebagai individu yang berkepribadian;
3 bersifat beragam dengan diferensiasi terbatas; 4 kebutuhan hidup penduduknya sangat terbatas sehingga semua dapat dipenuhi
sendiri tanpa bergantung pada pasar diluar. Selanjutnya dikatakan bahwa masyarakat pesisir yang berjenis desa pantai dan
desa terisolasi dicirikan oleh sikap mereka terhadap alam dan manusia. Pada penelitian ini yang dimaksud masyarakat pesisir adalah masyarakat
yang tinggal di wilayah pesisir baik sebagai nelayan, pengolah maupun bakulpedagang ikan dalam kegiatan usaha perikanan . Menurut Undang-undang
No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapanbudidaya binatangtanaman air.
Nelayan dibedakan nelayan pemilik dan nelayan pekerja buruh. Nelayan pemilik adalah orang atau badan hukum yang dengan hak apapunberkuasa atas
kapalperahu yang dipdalam usaha perlukan dalam usaha penagkapan ikan di laut. Nelayan pekerja buruh yaiu semua orang yang sebagai satu kesatuan
menyediakan tenaga kerjanya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut baik sebagai nakodapendega maupun sebagai pengoperasian alat tangkap.
2.5 Pendapatan Rumah Tangga
Keluarga Nelayan adalah suatu keluarga yang kepala keluarga atau lebih anggota keluarga terlibat dalam proses produksi atau pengolahan hasil perikanan
sebagai sumber pendapatan dan penghidupannya. Pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber
pendapatan dan pendapatan tersebut dapat beragam. Hal ini disebabkan disamping
kegiatan utama sebagai nelayan juga diupayakan kegiatan-kegiatan lain, seperti dagang, usaha jasa dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Menurut Dahuri et al 2001 pada saat ini kira-kira 60 dari nelayan di desa
pantai rata-rata
pendapatannya hanya
berkisar anatara
Rp. 35.000,00kapitabulan,
jauh dibawah
kebutuhan minimumnya.
Untuk meningkatkan pendapatan agar kesejahteraan masyarakat pantai meningkat perlu
usaha-usaha untuk menghadapi perusahaan yang dihadapi. Permasalahan masyarakat pantai memang kompleks, baik masalah kependudukan sumberdaya
manusia, permasalahan potensi alam daratan maupun masalah perairan sebagai lahan masyarakat mencari nafkah.
2.6 Kesejahteraan
Menurut Dahuri 2000, bahwa tidak adanya akses ke sumber moral, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah alasan-alasan terjadinya kemiskinan. Alasan lain terkait dengan sifat sumberdaya pesisir. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemiskinan juga disebabkan karena faktor-faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan dan berkembangnya
kriminalitas. Alasan lain juga terkait dengan kurangnya prasarana umum di wilayah pesisir., lemahnya perencanaan yang berakhir pada tumpang tindih
berbagai sektor di suatu kawasan, dampak polusi dan kerusakan lingkungan. Kemiskinan juga terjadi karena prasarana pembangunan yang kurang di wilayah
pesisir. Prasarana di wilayah pesisir memang sangat dibutuhkan, mengingat masyarakat hanya mampu memanfaatkan dan tidak mampu membangun atau
mengadakannya. Batas baris kemiskinan yang dipergunakan oleh BPS dihitung berdasarkan
nilai dari kebutuhan pokok minimum masyarakat. Angka tersebut secara reguler direvisi sesuai dengan laju kenaikan indeks harga barang kebutuhan pokok. Akan
tetapi penggunaan indeks harga untuk menetapkan garis kemiskinan harus dilakukan pembobotan dengan adanya variasi indeks harga antara wilayah.
Dengan demikian penggunaan nilai konsumsi riil setara dengan kebutuhan kalori
untuk hidup normal kiranya dapat diaplikasikan sebagai dasar menentukan garis kemiskinan seperti yang diperkenalkan oleh Sajogyo 1996.
Klasifikasi tingkat kesejahteraan kemiskinan menurut Sajogyo 1977, didasarkan pada nilai pengeluaran perkapita per tahun yang diukur dengan nilai
beras setempat, yaitu : 1 Miskin, apabila nilai perkapita per tahun lebih rendah dari setara 320 kg
beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota. 2 Miskin, sekali, apabila pengeluaran pekapita per tahun lebih rendah dari
setara 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota. 3 Paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari
setara 180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg untuk daerah kota. Aspek lain yang juga penting dalam menganalisis kesejahteraan rumah
tangga, menurut BPS 2001 berdasarkan pada data kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, kriminalitas serta perumahan
dan lingkungan. Karakteristik social ekonomi penduduk yang lebih spesifik dikumpulkan berdasarkan :
a KonsumsiPengeluaranPendapatan b Kesehatan, pendidikan, Perumahan dan Pemukiman, dan
c Sosial Budaya, Kesejahteraan Rumah Tangga, Kriminalitas.
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Wilayah Pesisir Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Gambar 3. Kecamatan Pemangkat dipilih
sebagai lokasi penelitian karena kecamatan ini selalu mendapatkan Program PEMP sejak tahun 2001 hingga tahun 2006.
Waktu penelitian selama 3 bulan yang dibagi dalam 2 tahap. Tahap I adalah tahap pengambilan data primer selama bulan April – Mei 2007. Tahap II
adalah pengambilan data sekunder dan dilanjutkan analisis data pada bulan Mei hingga Agustus 2007.
Gambar 3. Lokasi Penelitian.
3.2 Kerangka Konseptual Penelitian